Sampai dirumah, mereka mulai merapihkan snack serta beberapa bahan makanan sedalam kulkas dan lemari. Kezia mengambil beberapa untuk dimakan, tak hanya snack ia juga mengambil 2 botol minuman dingin yang tadi ia beli.
Usai merapihkan semua, Kezia dan Gavin kembali terduduk disofa empuk ruang tengah. Memakan snack serta menonton Netflix lah yang mereka lakukan hari ini.Mata Gavin fokus pada jari lentik Kezia yang memasukkan beberapa camilan kedalam mulut manis wanita itu, kemudian tatapan beralih menatap bibir berisi milik Kezia yang berwarna pink.
Gavin melengkungkan sudut bibirnya, "The taste of the snack is just ordinary, nothing special", ujar Gavin.
Kezia menoleh dan mengerutkan alisnya, "Kan ini snack biasa, bukan yang spesial", jarinya kembali memasukkan snack kedalam mulutnya hingga penuh.
"I know how to make it special", ujar Gavin dengan suara pelan, matanya fokus menatap kedepan.
"Gimana?", mendengar pertanyaan dari Kezia, Gavin kembali menarik sudut bibirnya.
Jari kekarnya bergerak mengambil 1 kripik kentang yang ada ditengah-tengah dirinya dan Kezia, Gavin menggigit setengah kripik dan sisinya berada diluar bibirnya. Kepala Gavin bergerak mengikis jarak dengan Kezia.
Kini bibir Gavin dan Kezia hanya terhalang 1 buah kripik kentang yang menengahi kedua belah bibir itu, dengan perlahan. Mulut Kezia terbuka, Gavin dan Kezia berlomba menghabiskan kripik yang artinya semakin tipis jarak antara keduanya.
Ketika kripik tersebut telah habis dan berhasil menempelkan kedua buah bibir pasangan muda itu, Gavin mulai bergerak. Lumatan kecil diberikan oleh Gavin, bumbu kripik yang masih menempel dijadikan 'rasa' dalam lumatannua.
Kezia amat sangat terkejut dengan perlakuan yang diberikan oleh Gavin, matanya membulat dan masih enggan membalas lumatan Gavin. Namun mulutnya terbuka saat merasakan gigitan kecil dibibirnya.
Dengan perlahan, Kezia mengimbangi lumatan yang diberikan Gavin. Pemuda itu memiringkan kepalanya memperdalam lumatan, mata Kezia terpejam merasakan sesuatu yang kini sedang terjadi pada mulutnya.
Selang beberapa saat, Kezia memukul dada bidang Gavin karena ia merasa pasokan udara yang ada telah menipis. Pagutan tersebut terlepas yang menyisakan suara terengah dari keduanya.
Menghirup udara dengan rakus, hingga keduanya tersadar atas apa yang telah mereka lakukan. Mata Gavin membulat melihat bibir Kezia yang terlihat merah dan membengkak, tunggu. 'Apa yang telahku lakukan?'.
Gavin menjauhkan dirinya dari Kezia, "S-s-sorry, s-sorry", ujarnya dengan nafas yang masih terengah, sangat susah baginya untuk berucap saat ini.
Kezia tersipu, ia menghadap jendela guna menyembunyikan wajahnya yang memerah, "What did we just do", tanyanya dengan suara kecil.
"Bibir kamu membengkak", jawab Gavin yang membuat rona merah dipipi Kezia semakin terlihat, "Maaf, s-saya ga tau kenapa bisa melakukan itu", ucapnya dengan canggung.
"Gue ke toilet dulu", Kezia bangkit dan berlari menaiki tangga untuk ke toilet yang ada didalam kamarnya.
Kezia menutup pintu kamar mandi rapat-rapat dan melihat bayangan dirinya dalam pantulan cermin besar yang ada didalam toilet.
Mata cantik Kezia melihat bibirnya, benar kata Gavin. Bibirnya membengkak, "Not bad", gumamnya, "Oh god, apa yang gue lakukan tadi. Sumpah!, Gavin, kenapa?. Kenapa dia bisa kaya tadi coba?!".
"Setan apa yang merasukinya, bibir gue sampe bengkak gini", gumamnya yang terus memperhatikan kedua buah bibirnya yang membengkak seperti selepas digigir oleh serangga, emang abis digigir serangga, serangga besar.
Kezia menghela nafas, "Untung udah nikah, jadi ga digrebek warga", Kezia menyalakan keran dan membasuh wajahnya, kembali menatap wajahnya yang basah dan terus bergumam, "But...Gavin is really good at doing it all", gumamnya, pipinya kembali memerah.
Sadar dengan apa yang ia ucapkan, dengan kuat Kezia menggelengkan kepalanya, "Ga, ga, lo apa-apa si, Zi", tangannya mukul pelan kening berusaha menjauhkan fikiran kotor yang bersarang.
Menaut handuk kecil dan mengelap wajahnya yang basah, Kezia membuka pintu dan keluar. Betapa terkejutnya saat melihat Gavin yang duduk dipinggir kasur dan berjalan kearahnya.
"Gimana?, masih bengkak?", tanya Gavin khawatir, tangannya bergerak memastikan bibir Kezia baik-baik saja.
Kezia menurunkan telapak tangan Gavin dari wajahnya, "Gapapa kok, nanti juga ilang".
"Sorry ya, saya terlalu kasar", ucap Gavin dengan menunduk.
Kezia dibuat gemas oleh perlakuan Gavin, "Gapapa, gue tau lo khilaf tadi", Kezia mencubit kecil pinggang Gavin, "But, You look good, you've been before?".
Dengan cepat, Gavin mengangkat kepalanya dan menatap wanita yang kini ada dihadapannya, "Ga, saya ga pernah melakukan itu sebelumnya. Ngelakuin sama siapa coba?", ucapnya dengan cepat.
"Yaa..kali aja, sama pacar", alis Kezia menukik.
"Ga, belum halal. Ssya ga mau".
Kezia tersenyum menggoda suaminya itu, "Ohh...pantes...sekarang udah halal jadi langsung nyosor ya?. Mana pake modus dulu lagi", goda Kezia.
"Mana ada saya modus?!", ucap Gavin tak terima.
"Ada, lo nya aja yang ga nyadar", Kezia melangkah perlahan menuju kasur.
Gavin berbalik untuk melihat Kezia, "Saya ga suka modus, lebih baik langsung frankly", Gavin melangkah menghampiri Kezia yang duduk ditengah kasur, "By the way, liptint apa yang kamu pakai?", tanyanya menatap intens manik cantik Kezia.
"Kenapa?, lo mau pake juga?", alis Kezia terangkat.
"No, your lips taste sweet", bisik Gavin tepat didepan telinga Kezia.
Deg, jantung Kezia jatuh ke perut mendengar suara serak Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Teen Fiction⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️