Dengan menggunakan pakaian simple serba hitam serta kaca mata membuat aura serta ketampanan Gavin meningkatkan, wanita manapun akan terdoga melihatnya.
Gavin sudah siap untuk bertemu dengan keluarga Pramana, dengan perasaan yang sedikit gugup serta jantungnya yang berdetak lebih kencang Gavin memberanikan diri.
"Gavin, kamu sudah siap?", tanya Elen, Bunda Gavin.
Gavin menghelas nafas, "Sudah, Bun. Gimana penampilan Gavin?", tanya pada sang Bunda.
"Anak Bunda terlihat sangat tampan", Elen mencubit gemas pipi kekar Gavin, pipi itu selalu menjadi favoritnya walau kini sudah tak setembam saat Gavin masih kecil.
Rendra datang dari arah kamarnya yang sudah siap untuk pergi, "Gimana, Gavin?. Kamu sudah siap?", tanya Rendra sambil mengancing lengan kemejanya.
"Saya sudah siap, Pa", jawab Gavin dengan yakin.
"Oke, kalo begitu. Kita berangkat sekarang", Rendra melangkah keluar rumah dan disusul oleh Gavin dan Elen dari belakang.
Ketiganya masuk kedalam mobil yang sudah siap untuk berangkat menuju restoran yang menjadi tempat pertemuan antar dua keluarga.
•÷•
Mini dress serta rambut yang diikat cepol menjadi saksi pertemuan Kezia dan Gavin malam ini, bohong jika Kezia meresa jantungnya baik-baik saja malam ini.
Akan bertemu dengan seseorang yang belum pernah sama sekali ditemui sangatlah berbahaya bagi jantung Kezia, didepan cermin riasnya. Kezia memoleskan lipstik berwarna pink muda pada bibir manisnya.
Tak lama kemudian, Nita mengetuk pintu kamar Kezia dan membukanya, "Sayang, have you done?", tanyanya menatap Kezia yang berada didepan meja rias.
"I'm done, Ma", Kezia meletakkan lipstiknya pada tempat semula, menaut tas kecil dan menghampiri Nita yang ada diambang pintu kamarnya.
"Subhanallah, cantik sekali anak Mama", puji Nita, ia melihat anaknya dari atas hingga bawah sangatlah sempurna.
"Amiinn, ini kan keturunan dari Mama", ucap Kezia tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Ficção Adolescente⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️