"A-aww", Kezia merasakan sakit diperutnya, ",Aww, sshhh. K-kok sakit banget ya...aww...G-Gavin..", Kezia menuruni tangga dengan hati-hati.
Perutnya sangat sakit, air mata kini telah membasahi pipi Kezia, "Mass...perut aku -aww...Mas...", ucap Kezia.
Gavin yang sedang membuat susu untuk Kezia langsung meninggalkan gelasnya diatas meja kitchen set, ia berlari menghampiri Kezia.
Wanita itu hampir saja tersungkur dari anak tangga ke lima jika saja Gavin tidak cepat menahannya, "Sayang...kamu kenapa?, a-apa yang sakit", tanya Gavin panik.
"Mas...p-perut aku-aww, s-sakit Mas...hiks", ia berusaha menahan mati-matian rasa sakit diperutnya.
"K-kita kerumah sakit sekarang ya", Gavin menggendong tubuh Kezia dan mendudukkan dengan hati-hati dikursi mobil, ia memasangkan seatbelt Kezia lalu duduk dikursi pengemudi.
Mobil Gavin mulai melaju dengan perlahan namun pasti, didalam mobil Kezia terus saja mengerang kesakitan membuat Gavin panik.
Sesampainya dirumah sakit, Gavin langsung memanggil perawat dan membawa brankar untuk Kezia. Kini wanita itu sudah masuk kedalam ruang persalinan.
"Bapak mohon tunggu diluar ya, kami akan melakukan tindakan baik kepada istri dan anak Bapak", perawat menutup pintu ruang persalinan.
Meninggalkan Gavin yang berdiri diambang pintu dengan mulutnya yang tak berhenti mengucap doa agar Kezia serta calon anaknya selamat.
Gavin merogoh handphonenya yang ada disaku celana, ia mengabarkan orang tuanya bahwa kini Kezia telah melahirkan persalinan.
Mata Gavin menembus kaca ruang persalinan, air matanya mengalir saat melihat Kezia yang mati-matian berusaha mengeluarkan manusia yang ada didalam perutnya.
"Ya Allah, selamatkanlah istri dan anak hamba ya Allah", ucap Gavin dengan tangan yang menengadah.
Beberapa menit kemudian, Pram, Rendra, Nita, dan juga Elena menghampiri Gavin yang tersandar lemas diambang pintu ruang persalinan.
Elena menghampiri putranya yang sedang terisak berat, ia membawa tubuh kekar putranya kedalam pelukannya dan mengelus punggung tegap Gavin dengan lembut.
Kelima manusia itu dibuat membatu saat mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan, perlahan knop pintu ruang persalinan terbuka dan seorang dokter persalinan keluar menghampiri Gavin juga orang tuanya.
Gavin menghapus air matanya dan menghampiri dokter yang mengenakan pakaian lengkap, "Dok, bagaimana kondisi istri dan anak saya?".
"Allhamdulillah, anak dan istri Bapak selamat. Anak Bapak terlahir dengan sehat dan keadaan tubuh yang lengkap", ucapan Dokter membuat kelima manusia itu menghela nafas lega.
"Boleh kami masuk?", tanya Nita.
"Silahkan", Dokter tersebut tersenyum dan mempersilahkan kelima manusia itu masuk kedalam ruangan.
Kelima manusia itu masuk kedalam ruangan dan menghampiri Kezia yang terbaring diatas kasur rawat, "Mas..", lirik Kezia saat Gavin berada disisi kasurnya.
"Sayang...", Gavin mengangkat punggung tangan Kezia sebelah kanan, mengelus dan mengecupnya dengan perlahan.
Seorang perawat menghampiri Gavin dengan seorang bayi yang berada didalam gendongannya, perawatan itu memberikan bayinya kepada Gavin.
"Terimakasih, Sus", ucap Gavin, perawat itu tersenyum dan keluar dari ruangan.
Empat orang tua yang melihat cucunya yang kini sudah melihat dunia mengucap syukur dan tersenyum penuh haru. Gavin mencium pipi halus sang anak, "Sayang, anak kita", Gavin sedikit merendahkan tubuhnya agar Kezia mempu melihat bayi yang ada digendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Teen Fiction⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️