"SAYANG, KAMU UDAH SIAP?", pekik Gavin, kepalanya mendongak melihat kelantai atas.
"SEBENTAR", pekik Kezia dari dalam kamar, ia memasukan handphonenya kedalam tas dan keluar kamar menghampiri Gavin.
"Kita bergantian kerumah Mama sama Bunda atau gimana?", tanya Gavin.
"Kita langsung kerumah Bunda aja, tadi aku udah kabarin Mama buat dateng kerumah Bunda karena aku sama kamu mau ngasih tau sesuatu yang penting", jawab Kezia.
Gavin mengangguk, tangan Gavin merangkul pinggang Kezia dan menuntunnya keluar rumah. Membukaan pintu mobil untuk Kezia dan berakhir ia masuk dan duduk dikursi pengemudi.
Didalam mobil, Gavin memasangkan seatbelt untuk Kezia. Mendapat kesempatan, ia mencium singkat pipi kanan Kezia.
Mobil pun bergerak melenggang dari perkarangan rumah, hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai kerumah Rendra dan Elena.
Lampu hijau telah berganti merah, masih fokus ke depan namun tangan Gavin berhenti diatas paha Kezia. Mengelusnya dengan lembut membuat sang empu menahan geli mati-matian.
Lampu kembali berganti dan tangan Gavin kembali memegang stir mobil, sudah sampai di persimpangan jalan. Gavin hanya butuh belok kekiri dan masuk kedalam komplek.
Mobil Gavin berhenti didepan rumah besar berwarna putih, membuka pintu Kezia dan kembali merangkul istrinya hingga masuk kedalam rumah.
Saat sudah memasuki ruang tamu, Gavin dan Kezia disambut oleh empat manusia baya yang sudah menunggu kehadiran keduanya dengan rasa penasaran.
"Assalamualaikum", ucap Gavin dan Kezia kompak.
"Waalaikumsalam", ke empat manusia baya tersebut tak kalah kompak.
Gavin dan Kezia mencium punggung tangan ke empatnya dan duduk bersandingan diatas sofa, "Kalian mau ngomongin apa si?, kok kayanya penting banget", ucap Nita.
Gavin dan Kezia saling pandang dan tersenyum, "Kita mengumpulkan kalian disini karena mau menyampaikan bahwa...Kezia hamil", ucap Gavin.
Ke empat orang tua itu sempat membatu karena kaget atas apa yang diucapkan Gavin, "ALHAMDULILLAH", ucapnya serempak.
Rendra juga Pram berdiri dan saling berpelukan, "Akhirnya kita jadi kakek, Ren", Pram menepuk-nepuk punggung Rendra.
"Iya, tandanya kamu sudah tua", Rendra terkekeh.
Pelukan terlepas, "Kamu juga sudah tua", sinis Pram.
"Selamat ya, Nak", Elena memeluk Kezia dan mencium pipi kirinya.
"Makasih, Bundaa...".
"Selamat ya sayang, akhirnya kamu menjadi ibu", Nita memeluk erat anak perempuannya.
"Makasih, Maa", Kezia mencium pipi Nita melepas rindunya pada sang Mama.
"Sebagai ucapan selamat atas kehamilan kamu, kamu mau apa dari Papa?", tanya Pram pada anak semata wayangnya.
"Ga perlu kok, Pa. Kezia cuma mau anak ini lahir dengan sehat dan bisa menjadi anak yang berbakti", ujar Kezia.
"Amiinnn", ucap kelima manusia itu dengan serentak.
"Kalian laper ga?, Bunda udah masak banyak buat kalian. Makan yu", ajak Elena.
Semuanya setuju dan berjalan menuju ruang makan, suara beradu antara sendok dan garpu pun terdengar dengan beberapa selingan obrolan ringan.
•÷•
"Ay", panggil Kezia pada Gavin yang sedang sibuk menyetir.
"Ay?", Gavin menoleh sekilas dengan bingung.
"AYANG!", Kezia dan Gavin terkekeh, panggilan baru antara Kezia dan Gavin debut.
"Kenapa, Ayang?...".
"Aku mau dim sum, boleh?", mata Kezia mengerjap merayu.
Gavin tersenyum gemas, "Boleh sayangg, bentar ya. Mas cari pedagangnya dulu", mata Gavin menoleh kanan kiri mencari keberadaan pedagang dimalam hari. Kezia mengangguk patuh.
Mobil Gavin berhenti saat mendapatkan penjual dim sum, melepas seat belt dan membuka pintu mobil. Gavin tertahan saat hendak turun karena tanganya ditahan oleh Kezia, "Aku ikut..", ucapnya.
Gavin mengelus punggung tangan Kezia, "Gausah, udah malem. Diluar dingin, kamu disini aja ya?".
Karena merasa hal ini tidak perlu diperdebatkan, Kezia mengangguk dan tetap tinggal didalam mobil sedangkan Gavin keluar untuk membeli dim sum permintaan Kezia.
Beberapa menit berlalu, Gavin kembali masuk kedalam mobil dengan sebungkus dim sum yang ditenteng. Pemuda itu menyodorkan makanan yang telah ia beli kepada sang istri.
Kezia sangat bahagia saat mendapat apa yang ia mau, dengan tak sabaran. Kezia membuka bungkus dan melahapnya.
Mobil Gavin kembali melaju, saat ia sedang fokus menyetir. Kezia menyodorkan satu biji dim sum untuk Gavin, "Gausah sayang, kamu makan aja biar kenyang", tolak Gavin.
Raut wajah Kezia tampak kecewa saat Gavin menolak suapannya, Gavin terkekeh gemas melihat raut wajah Kezia. Ia pun membuka mulut dan melahap suapan dari Kezia, "Enak kan?", tanya Kezia dengan wajah senangnya.
Gavin mengangguk, "Kan yang nyuapin wanita cantik", ucapnya dengan mulut penuhi.
"Bisa aja Mazzehh", Kezia kembali melahap dim sum yang ada ditangannya.
"Oh iya, kamu belum beli susu hamil ya?. Besok pulang kerja aku beli deh, kamu mau rasa apa?", Gavin melirik Kezia sekilas.
"Kenapa ga sekarang aja?, biar sekalian", tanyanya.
"Udah malem sayang, kamu harus istirahat", ucap Gavin dengan lembut.
Kezia tersenyum, ia merasa menjadi perempuan yang sangat beruntung karena selalu mendapatkan perhatian dari pria seperti Gavin.
Setelah berputar mencari pedagang dim sum, akhirnya mereka berdua sampai didepan rumah. Gavin membantu Kezia untuk keluar mobil dan membuka pintu utama.
"Kamu langsung tidur gih, Mas mau cek data kerjaan dulu sebentar", titah Gavin menggusar rambut Kezia.
"Aku temenin Mas ya?, masa aku duluan kekamar...".
Gavin tersenyum, "Gapapa sayang, kamu duluan aja. Kasian dede nya kecapean", tangan Gavin bergerak mengelus lembut perut Kezia.
"Yaudah, aku ke kamar ya?. Mas jangan lama-lama", ucapnya cemberut.
"Iya sayang...", Gavin mengecup kening Kezia, "Hati-hati naik tangganya".
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Teen Fiction⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️