BABY EQUIPMENT

867 28 0
                                    

Seiring berjalannya waktu, kehamilan Kezia semakin membesar. Ia sudah melakukan USG yang ditemani oleh Gavin dan hasil mengeluarkan bahwa jenis kelamin bayi yang ada didalam kandungan Kezia adalah laki-laki.

Gavin memang sangat menimang-nimang anak laki-laki sejak dulu, dan kini keinginannya terkabul. Usai pulang dari pemeriksaan, Kezia mengajak Gavin ke mall untuk mencari baju serta alat-alat bayi.

Mengitari mall dan masuk kedalam baby store, baju yang ada sangat lucu terlebih untuk bayi perempuan. Set pakaian yang lengkap dengan headband membuat Kezia gemas sendiri.

Ia ingin membelinya namun anaknya laki-laki, Gavin menghampiri Kezia dengan membawa topi kecil berwarna biru dengan motif awan yang mengitari setiap sudut topi, "Lucu ga?", tanya Gavin dengan polos, topi yang kekecilan dikepalanya itu ia kenakan membuat Kezia terkekeh gemas.

"Lucu bayi besar aku", Kezia menjembil pipi Gavin.

"Kasian ya anak kita, pasti dia cemburu ngeliat kemesraan Papa sama Bundanya", gumam Gavin.

Kezia hanya menggeleng dan tersenyum, ia kembali fokus memilih baju dan alat-alat bayi lainnya. Saat sudah cukup memilih.

Kezia mengajak Gavin untuk melakukan pembayaran, Gavin melirik keranjang belanja Kezia yang terlihat sangat sedikit, "Cuma segini?".

"Iyaa, udah cukup kok", jawabnya.

"Bajunya ga kurang?, trus popok nya?. Kamu ga beli topi?, kaos kaki?, sarung tangan?", tanya Gavin bertubi-tubi.

"Udah lengkap sayangg", Gavin ber-oh kecil, tanganya sebelah mendorong keranjang belanja dan sebelah lagi merangkul Kezia hingga menuju kasir.

Pedugas kasir mulai menghitung semua barang belanjaan, menyebutkan totalnya dan Gavin melakukan pembayaran dengan black card yang ia miliki.

Usai dengan semuanya, Gavin dan Kezia pulang karena tujuannya memang hanya untuk membeli peralatan bayi.

Sampai dirumah keduanya melihat-lihat barang yang telah dibeli, mata Kezia berbinar saat melihat baju kurung berwarna kuning yang sangat lucu, "Ngebayangin anak kita pake ini gemes deh", gumamnya.

"Gemes dong, siapa dulu Bapaknya", ucap Gavin dengan bangga.

"Siapa dulu Emaknya", ucap Kezia tak mau kalah.

Gavin mengecup singkat pipi Kezia, "Kezia Pramana".

"Bantu aku nyusun ini dikamar baby yu", Kezia menatap Gavin dengan penuh pertolongan.

"Ayo!", ucapnya dengan semangat.

Letak kamar sang bayi berada disebelah kamar Gavin dan Kezia agar saat menengoki tak terlalu jauh, beruntung kamar diatas ada tiga. Jadi keduanya tidak perlu naik turun saat ingin melihat sang anak.

Baru beberapa barang yang disusun, Kezia merasa lelah karena bawaan kehamilannya yang sudah besar. Gavin yang menyadari hal itu langsung mengambil alih barang yang ada ditangan Kezia.

Gavin menarik kursi dan membantu Kezia untuk duduk, "Kamu istirahat aja, biar aku yang rapihin", ujarnya.

Kezia menyaksikan Gavin yang dengan telaten menata semua barang bayinya, keadaan kamar malaikat kecilnya kini sudah rapih dan lengkap.

Hanya tinggal menunggu sang jabang bayi lahir rumah mereka akan menjadi ramai, perkiraan dokter hanya menunggu satu minggu atau lebih untuk Kezia lahiran.

Gavin menutup pintu kamar dan membantu Kezia berjalan masuk kedalam kamarnya, "Kamu mau minum?", Gavin menyelipkan anak-anak rambut Kezia yang berantakan.

"No, i need your lips", bisik Kezia.

Gavin langsung mengecup cukup lama bibir ranum Kezia membuat wanita yang mendapatkannya tersenyum, "You got it", ucap Gavin.

GAVIN STORY (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang