Gavin, Kezia, dan juga Antares sudah sampai di taman kota. Karena Kezia sibuk menggendong anaknya, Gavin menggelar tikar dan menata barangnya yang lain.
Beruntung keadaan langit hari ini tidak terlalu panas, ketiganya duduk saat karpet sudah sempurna terbentang diatas hamparan rumput hijau.
"Sini, kamu pasti pegel", pinta Gavin.
Kezia memberikan Antares kepada Papanya, ia menikmati hembusan angin yang menerpa setiap sudut wajahnya dan membawa anak-anak rambutnya terbang bebas.
"Ares kepanasan ga ya?", tanya Kezia.
"Engga kok, kita kan duduknya dibawah pohon", ujar Gavin.
Mata kecil Antares seakan menikmati pemandangan taman kota yang ramai dengan pengunjung yang juga berpiknik.
Banyak anak kecil juga balita yang bermain-main diatas hamparan rumput yang hijau, Kezia tersenyum, "Nanti kalo kamu udah gede, kamu juga bisa lari-lari kaya kakak-kakak itu. Cepet gede ya anak Bunda", Kezia mengelus punggung tangan Antares yang gemas.
"Kalo Ares udah gede, apapun yang Ares minta Papa kasih. Asalkan Ares ga ngelawan sama Bunda, nurut apa kata Bunda dan juga Papa", Gavin mengelus perut buncit Antares.
"Ares ga akan nakal kok, Papa. Ares kan anak Bunda yang baik", Kezia mengelus pipi tembam Antares.
Kezia dan Gavin terkekeh, keduanya tidak sabar melihat Antares yang tumbuh dewasa. Sebuah bola berhenti didepan kaki mungil Antares yang terbalut kaos kaki, Gavin dan juga Kezia terkejut saat melihat bola yang tiba-tiba saja muncul.
Tangan kanan Gavin mengambil bola tersebut, matanya kelayapan mencari seseorang yang mungkin tak sengaja menendangnya hingga sampai dihadapan sini, "Punya siapa ya?".
Mata Kezia ikut mencari, ia melihat anak kecil berusia 4 tahun yang mencoba mendekati mereka dan seperti meminta bolanya kembali, "Hei, ini punya kamu?", tanya Kezia dengan lembut.
Kezia menggenggam tangan mungil anak itu, matanya tertuju pada kedua orang tua yang melihatnya dari kejauhan dan senyuman mereka yang mengembang. Kezia membalas senyuman mereka.
Sepertinya mereka adalah orang tua dari anak laki-laki ini, "Itu Mama Papa kamu ya?", tanya Kezia.
"Mama..Papa", guman anak itu.
Kezia dan Gavin saling pandang, senyuman mereka terlihat sempurna saat mendengar ucapan dari anak itu padahal itu bukan Antares, "Kamu anter ke Mama Papa nya gih", suruh Gavin.
Kezia mengangguk, ia menggendong anak laki-laki itu dan membawa bola yang tadi. Kezia melangkah menghampiri kedua pasutri yang juga sedang piknik dibawah pohon rindang.
"Terimakasih ya, dan maaf tadi bolanya ga sengaja kesana", ucap Mama dari anak itu.
"Iya gapapa kok", Kezia tersenyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN STORY (Completed)
Novela Juvenil⛔DON'T FORGET TO VOTE⛔ ⚠️the story contains adult elements, please be wise in reading⚠️