Part_08 Alfin Bunuh Diri

3.8K 236 2
                                    

Alfin mengendarai mobil Putra dengan kecepatan tinggi, menuju ke rumah mama nya.

Alfin mengetuk pintu rumah dengan tidak sabaran. Saat pintu dibuka, Alfin langsung masuk tanpa permisi.

“LO JANGAN SEMBARANGAN MASUK KERUMAH ORANG DONG!” Teriak Dion yang berusaha menarik tangan Alfin.

Alfin memaksa masuk untuk mencari mama nya, Wina dan Panji keluar dari kamar mendengar teriakan Dion, mereka sudah rujuk beberapa tahun yang lalu karena Dion yang memohon .

“Ada apa ini?” Alfin dan Dion menoleh ke arah Wina.
Sebelum Dion bicara, Alfin sudah memotong ucapan Dion, “Siapa ayah kandungku?”

“Kamu setiap hari bertemu dengannya,” Panji mengatakan itu lalu duduk di sofa, di ikuti oleh Wina.

“Siapa maksud papa?”

“Kamu adalah anak hasil di luar nikah. 15 tahun yang lalu saat saya pergi bekerja, ibumu dan adikku, Putra mabuk bersama lalu melakukan hubungan itu. Setelah kamu lahir, keluarga saya hancur berantakan.” Panji, Dion dan Wina menatap Alfin dengan tatapan tidak suka.

“Maaf jika kehadiran saya telah merusak keluarga kalian,” suara Alfin bergetar menahan tangis.

Alfin langsung pergi dari rumah Panji, mengendarai mobil Putra dengan perasaan kacau.

Bayangan masa kecil nya melintas begitu saja di kepala nya.

“Ayah, Alfin juara 1 lomba nyanyi.” Alfin kecil berlari ingin memeluk kaki ayahnya, Putra malah menendang Alfin sampai jatuh membentur meja.

Alfin yang mengingat itu mencengkram erat setirnya dengan emosi.

“Alfin tadi bantuin bunda buat kue ulang tahun,” Alfin menyodorkan sepiring kue yang langsung di tepis Putra.

Pyarr...

Alfin menangis melihat pecahan piring dan kue yang berhamburan di lantai.

Mengingat pada ulang tahunnya yang ke-5, padahal saat itu dia ingin membagi kue nya dengan Putra.

“Ayah mau kemana? Alfin mau ikut yah,” Alfin menarik tangan Putra yang ingin memakai sepatu.

Putra mendorong Alfin dan memukul kepala Alfin dengan sepatu, lalu meninggalkan Alfin yang menangis.

“Selamat ulang tahun ayah, Alfin sayang ayah.” Alfin yang sudah usia 10 tahun memberikan jam tangan untuk Putra.

Putra membanting jam tangan itu dan menampar pipi Alfin, “KAMU MENCURI?” Putra membentak Alfin.

“nggak yah, Alfin beli dari uang saku dari bunda dan abang yang Alfin tabung.” badan Alfin gemetar ketakutan.

“Saya nggak percaya,” Putra memukuli tangan Alfin dengan sabuk sampai berdarah.

Alfin memukul kepala nya sendiri, berharap ingatan itu hilang.

Alfin tidak ingin mengingat itu lagi, rasanya dadanya sesak. Alfin nekat menambah kecepatan mobil nya saat mendekati jembatan.

“Gue mau pergi yang jauh,”

Brakk
Byurr

Alfin nekat menabrakkan mobil ke pembatas jembatan sampai rusak  dan mobilnya masuk ke dalam laut.

Semua orang yang ada di sana berteriak histeris, banyak yang menghubungi polisi untuk  melaporkan kejadian tadi.

Alfin tersenyum, mulai menutup matanya, ingin tidur dengan tenang di dalam mobil yang sudah dipenuhi air.

Alfin berharap dia akan tidur yang lama dan tidak akan bangun lagi.

Bersambung...

ALFIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang