Pagi hari pukul 07.00
Diana dan Kevin menginjakkan kaki nya di teras rumah, sudah lama mereka tak pulang ke rumah Putra setelah pertengkaran Diana dan Putra.
“Kevin udah nggak sabar pengen ketemu Alfin,” Kevin tersenyum dan menekan bel rumah.
Diana mengelus kepala Kevin dengan sayang, “Alfin pasti seneng karena surprise dari kita,”
Mereka membawa kue ulang tahun untuk Alfin, mereka akan merayakannya meski telat satu hari.
“Ayah,” Kevin memeluk Putra,
Raut muka Putra yang sedih membuat mereka bingung.
“Ada apa yah? Kenapa sedih?” Diana memegang tangan suaminya.
“Alfin pergi dari rumah, dia belum pulang sejak kemarin.” Diana dan Kevin panik, mereka menelpon Alfin tapi tidak tersambung.
“Ayah udah coba telpon semalaman, tapi nggak diangkat.” Putra semalaman begadang menunggu Alfin pulang.
“Permisi, apakah ini rumah dari keluarga Alfin?” beberapa orang berseragam polisi datang ke rumah Putra
“Iya, ada apa ya?” Diana menjawabnya
“Saudara Alfin diduga nekat bunuh diri dengan cara menabrak pembatas jembatan,” Putra dan Diana merasa lemas mendengar itu, Kevin menangis saat tau adiknya terluka.
“Putra bapak dan ibu kemarin sudah dibawa ke rumah sakit Harapan,” polisi itu mengatakan itu lalu pamit pergi.
“Kevin mau ketemu Alfin sekarang,” Kevin menarik tangan Putra dan Diana masuk ke dalam mobil Diana.
“Ke rumah sakit sekarang,” supir itu mengangguk.
____Sementara itu di rumah sakit, Alfin mengamuk. Alfin melemparkan semua yang bisa digapai oleh tangannya.
Berteriak dan memukul-mukul kepala nya, “Kenapa gue masih hidup?”
Dokter dan suster yang merawat Alfin merasa kesusahan karena Alfin terus memberontak.
Dokter langsung memberikan obat penenang, “Huft, akhirnya tenang juga.”
“Kelihatannya pasien merasa tertekan dok,” suster itu membersihkan kekacauan yang dibuat Alfin
“Apa keluarganya belum datang?” suster menggeleng.
“Kasihan sekali dia,” dokter dan suster itu menatap Alfin yang sudah tidur sebelum keluar.
Tap
Tap
TapKevin dan orangtua nya berjalan tergesa-gesa menuju ruangan tempat Alfin dirawat.
Kevin membuka pintu dengan terburu-buru, semua yang ada di ruangan itu menoleh.
“Maaf, saya salah masuk ruangan.” Kevin yang sadar jika salah masuk ruangan langsung minta maaf dan pergi.
“Kevin, kamu mau kemana? Ruangan Alfin ada di sini.” Diana memanggil anaknya yang ingin berjalan menjauh.
Kevin menepuk jidatnya sendiri, saking paniknya sampai salah membuka ruangan yang ada di samping ruangan tempat adiknya dirawat.
Putra membuka pintu dengan pelan, berjalan mendekat ke Alfin, melihat kondisi Alfin yang mengenaskan.
sebenarnya Diana dan Kevin ingin menyalahkan Putra, tapi mereka tidak ingin menambah beban pikiran Putra.
Mereka ingin Putra menyesal dan tidak akan menyakiti Alfin lagi, tapi tidak dengan cara Alfin terluka.
5 jam kemudian.
Kevin dan orangtuanya menunggu Alfin di luar ruangan.
Jari-jari Alfin mulai bergerak, perlahan matanya mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina nya, saat sadar sepenuhnya.
Alfin kambuh, dia mulai menyakiti dirinya sendiri. Mencakar tangannya, memukul kepala nya sendiri dan mencabut infus dengan kasar.
Alfin membanting gelas yang ada di atas meja, mengambil pecahan gelas itu dan menggoreskannya ketangan.
Kevin dan orangtuanya yang mendengar suara gelas pecah dari dalam ruangan Alfin langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.
Mereka semua diam mematung, penampilan Alfin yang penuh dengan luka baru membuat hati mereka sakit.
“Adek, tenang dek. Turunin pecahan gelas itu!” Kevin perlahan mendekat.
Alfin menodongkan pecahan gelas itu ke depan, “Jangan mendekat!” suara Alfin memekik.
Diana hanya bisa menangis, melihat dari jauh. Putra mulai mendekat untuk merebut pecahan gelas tersebut.
Alfin nekat menginjak pecahan gelas di lantai saat tau Putra akan mendekat.
“ALFIN!” mereka bertiga berteriak saat telapak kaki Alfin mengeluarkan darah.
Diana yang takut Alfin semakin nekat, mulai memanggil dokter dan suster.
“Astaga, semuanya cepat pegang pasien dan suntikkan obat penenang!” para suster mulai menjalankan perintah dari dokter.
Alfin masih memberontak ingin dilepaskan, mereka semua agak kesusahan menahan Alfin.
“Lepasin gue!” Alfin berteriak mendorong beberapa suster yang mendekat.
Akhirnya mereka berhasil menyuntikkan obat penenang ke Alfin saat dia lengah.
Sekarang Alfin sudah di obati.
Putra dan Diana sekarang ada di ruang dokter, “Apa yang terjadi dengan anak saya dok? Kenapa dia menyakiti diri sendiri?” Diana mencoba menenangkan suaminya yang emosi.
“Seperti yang anda ketahui, kecelakaan itu adalah percobaan bunuh diri yang dilakukan putra anda.”
“Jadi maksud dokter?” Diana menahan suaminya yang ingin marah-marah.
“sejak anak bapak dan ibu sadar kemarin malam, dia terus mencoba melakukan bunuh diri lagi.”
Dokter itu menyarankan agar Alfin dibawa ke psikolog.
“Baiklah, terimakasih dok.” Diana dan Putra keluar dari ruangan dokter.
Bersambung.
![](https://img.wattpad.com/cover/307197484-288-k104591.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIN [END]
Short StoryStart 11 April 2022 End 29 April 2022 Alfin membanting gelas yang ada di atas meja, mengambil pecahan gelas itu dan menggoreskannya ketangan. Kevin dan orangtuanya yang mendengar suara gelas pecah dari dalam ruangan Alfin langsung membuka pintu dan...