Part_06 Mulai menerima?

2.9K 195 3
                                    

Hampir setahun Alfin kembali tinggal di rumah Putra, Alfin sudah tidak bekerja lagi.

Alfin masih mendapatkan pukulan dan tamparan dari ayahnya itu meski tak separah dulu.

Ayahnya masih kasar dan suka memarahinya, belum lagi menuntut Alfin agar juara 1 dikelas dan memenangkan semua olimpiade. Jika Alfin gagal, maka Alfin akan dipukul, dikurung dan tidak diberi makan.

Karena sikap Putra yang kasar pada Alfin, membuat Alfin berubah menjadi pembangkang dan keras kepala.

Diana dan Kevin sering bertukar kabar dengan Alfin, mereka memperhatikan Alfin dari jauh.
Alfin sangat merindukan mereka, entah kapan mereka kembali ke rumah.

Entah kenapa satu bulan ini Putra sudah tidak sekasar dulu pada Alfin, mungkin dia sudah menerima Alfin sebagai anak kandungnya?

“Darimana kamu? Kenapa pulang jam 11 malam?” Alfin menatap datar ayahnya yang berdiri di depan kamarnya.

“Kalau kamu memang tidak bisa mendapat peringkat 1, bisa kan kamu tetap diam dan belajar di rumah?” putra masih bicara meskipun Alfin tidak menanggapi ucapannya.

“Motor kamu saya sita,” Alfin melemparkan kunci motornya ke Putra dan masuk ke kamar begitu saja.

Putra hanya menggelengkan kepala nya, heran dengan kelakuan Alfin yang tidak sopan padanya.
_____

Pukul 10.00 pagi.

Putra mengetuk pintu kamar anak nya, tapi Alfin tidak mau membuka kamarnya.

Putra mulai khawatir saat Alfin tidak keluar dari kamar sejak semalam, Alfin sampai melewatkan jam sarapan nya.

Putra semakin mengetuk pintu kamar anaknya dengan Brutal dan memanggil Alfin, Putra membuka kamar anaknya, ternyata tidak ada orang.

Bi Siti berlari ke arah Putra, “Den Alfin tadi malam keluar rumah lagi pak.”

“Kenapa tidak bilang dari tadi sih.” Putra pergi dengan wajah yang memerah karena malu.

Bi Siti tertawa saat tau jika majikannya itu malu karena mengetuk pintu kamar Alfin dengan brutal, padahal tidak ada orang di dalamnya.

Putra mencoba menelpon Alfin, tapi Alfin tidak mau mengangkat telpon nya.

Alfin nongkrong di rumah Lila, sepupu Miko, sahabatnya.

“Hp lo bunyi terus tuh,” Miko menunjuk hp Alfin yang dibiarkan dimeja.

“Biarin aja,” Alfin fokus main game di hp Miko.

“Gue angkat ya?” Lila mengambil hp Alfin yang langsung dihentikan Fian.

“Udah biarin aja,” Lila yang salah tingkah saat tangannya dipegang Fian.

“Modus ya lo, megang tangan gue.” mata Lila menyipit menatap Fian

“Nggak lah, ngapain gue modus sama lo.” Fian melihat ke arah tv yang menayangkan boboiboy.

“Lo berdua kayak bukan orang pacaran,” Miko mengatakan itu sambil memakan camilan.

“Terus kayak apa?” Lila dan Fian kompak bertanya.

“Kayak kucing ama tikus.” ceplos Miko yang langsung di tabok Lila.

“Sakit njir,” Miko memegang pipi nya yang panas.

“Berisik!” Mereka bertiga diam, Alfin melihat 50 panggilan tidak terjawab dari Putra.

“Ayah lo dari tadi telpon, kenapa nggak lo angkat? Ada masalah lagi?” Fian menepuk pundak sahabatnya pelan.

“Hm,” Alfin hanya bergumam.

“Gue pulang,” Alfin memesan taksi online lalu pergi.
_____

Alfin masuk ke rumah disambut dengan tatapan tajam dari Putra.

“Kenapa kamu tidak menjawab telpon saya?” Alfin hanya diam, melanjutkan langkah kakinya ke kamar.

“Kamu dari mana?” Alfin masih diam.

“Kenapa kamu tidak mau bicara dengan saya?” kali ini Putra mencekal pergelangan tangan Alfin.

Alfin hanya menatap ayahnya malas. Putra mendengus kasar,
“jangan keluyuran nggak jelas!”

“Ya,” Alfin hanya mengucapkan satu kata dan masuk ke kamar.

Putra senang karena anaknya sudah mau bicara setelah 4 bulan Alfin tidak mau bicara apapun padanya.

Putra pernah kecelakaan 4 bulan yang lalu karena Alfin bicara terus di telpon membuat Putra tidak fokus ke jalan. Saat pulang dari rumah sakit, Putra memarahi Alfin seharian dan melarang Alfin mengajak dia bicara.

Sejak saat itu Alfin hanya diam saat dipukul dan dimarahi Putra, dan mengurung diri sambil menangis saat Putra sudah pergi ke kantor.

Bersambung..

ALFIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang