5 bulan kemudian, usia kandungan Alya sekarang sudah 9 bulan. Alfin dan Alya juga masih sering bertengkar, Alfin tidak mau mengalah meskipun dia tau Alya rentan keguguran pada usianya yang masih muda.
Alya semakin stres memikirkan Alfin yang belum mau mencintainya, dia berpikir jika Alfin hanya menginginkan bayi di dalam perutnya itu.
Alya masih membenci bayi yang masih di dalam kandungannya, meskipun di depan semua orang dia terlihat seperti menyayangi dan menjaga bayi di dalam perutnya tapi dia hanya berpura-pura.
“Halo ma,” Alya menelpon mamanya, dia tau mamanya menyayanginya meskipun mamanya tidak ada waktu untuknya.
“Ada apa Alya?” Tania bertanya pada anaknya.
“Aku mau minta bantuan dari mama,”
“Bantuan apa? Apa uang dari papamu dan suamimu kurang?” Tania bertanya, berniat bercanda pada putrinya
“Bukan uang ma. Aku minta mama nyuruh orang buat nyulik dan buang bayi yang aku lahirkan nanti,”
“Apa maksud kamu Alya?” Alya yang mendengar nada dingin mamanya langsung diam.
“Jangan membuang anakmu sendiri Al.” Alya menghembuskan nafas kasar saat mamanya menentang keinginannya.
“Kamu akan menyesal karena itu Alya.” Tania masih bicara meskipun Alya tidak menjawab.
“Mama matiin dulu telponnya, mama sibuk.”
“Aku harus gimana? Aku nggak mau ketemu sama kamu.” Alya kesal dan menatap benci ke arah perutnya yang sudah besar.
Ceklek
Pintu terbuka, Alya dengan cepat mengubah ekspresi nya menjadi bahagia dan berpura-pura mengelus perutnya dengan pelan.
Padahal dalam hati dia sudah memaki-maki bayi yang sebentar lagi melihat dunia itu.
“Sekarang kita kerumah sakit, persiapan buat kamu lahiran.” Alya terdiam saat mendengar Alfin berkata lembut.
‘Ini aku nggak salah denger kan?’
Alya mengangguk lalu berjalan pelan keluar kamar, Alfin langsung menuntunnya pelan.
‘Kenapa dia jadi lembut kayak gini?’ Alya masih memikirkan sikap Alfin yang langsung berubah hari ini.
‘Oh iya bentar lagi bayi sialan ini kan lahir.’ Alya menatap benci pada perutnya saat Alfin sedang fokus menyetir mobilnya menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, padahal yang akan melahirkan itu Alya tapi yang gelisah mondar-mandir malah Alfin.
Alya belum kontraksi padahal perkiraan harinya adalah hari ini, Alya sekarang ada di dalam ruangan bersama dokter.
Alfin masih mondar-mandir di depan ruangan Alya, sejam kemudian Alya kontraksi. Dia mulai berusaha mengeluarkan bayi yang sangat dibencinya itu.
Oek
OekAlfin mendengar suara bayi dari dalam langsung menangis terharu, sekarang dia sudah menjadi ayah.
Dia masuk dan langsung bingung melihat Alya yang membawa pisau mengarahkannya kepada bayi yang baru lahir dalam gendongannya, dan dokter dan suster yang menangani Alya sudah berdiri ketakutan merapat ke dinding.
“Alya, kamu mau ngapain? Jangan main pisau.” Alfin mendekat dan langsung berhenti saat Alya menodongkan pisau ke arahnya.
“Jangan mendekat! Aku mau bunuh anak ini. Kamu cuma sayang sama anak ini kan? Kamu nggak pernah sayang sama aku.” Alya mengarahkan pisau itu mendekat ke arah bayinya dengan cepat.
Alfin membelalakan matanya terkejut.
Jlebb
Bersambung.
Author pun kaget juga karena bingung mau kayak gimana😅
Menurut kalian bayi Alya selamat nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIN [END]
ContoStart 11 April 2022 End 29 April 2022 Alfin membanting gelas yang ada di atas meja, mengambil pecahan gelas itu dan menggoreskannya ketangan. Kevin dan orangtuanya yang mendengar suara gelas pecah dari dalam ruangan Alfin langsung membuka pintu dan...