2. Teman Baru
Saat ini Alfin duduk sambil menunduk karena takut dengan beberapa tatapan para guru yang menatapnya dengan berbagai tatapan.Jantung Alfin berdetak cepat seperti habis dikagetkan oleh orang. Beberapa kali dia menghela nafas berat sebelum berada di sini. Di dalam ruang guru, berhadapan langsung dengan para guru dan kepala sekolah.
“Maaf Alfin, kamu memang harus dikeluarkan dari sekolah ini.”
Dengan terpaksa, kepala sekolah mengatakan hal itu kepada Alfin. Walau kepala sekolah sebenarnya tahu apa yang terjadi namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena banyak yang ingin siswa yang berprestasi seperti Alfin keluar dari sekolah ini. Alfin hanya menganggukan kepalanya dengan pelan, sambil menghembuskan nafas dengan kasar. Walau dalam hati sangat berat baginya untuk melalui ini semua, tapi dia mencoba ikhlas menerima keputusan pihak sekolah.
“Memang sudah pantas dia di keluarkan dari sekolah ini, Bu. Dia sudah mencelakai Dion, mungkin jika tetap dibiarkan dia bisa saja mencelakai teman yang lainnya.” Guru lain menyahut, semakin membuat Alfin menundukkan kepalanya dengan pelan. Kepala sekolah menghembuskan nafasnya dengan pasrah, ini semua atas permintaan Wina yang sudah memaksa kepala sekolah agar mengeluarkan Alfin dari sekolah. Dengan alasan Dion sudah di celakai oleh Alfin, walau kepala sekolah merasa ragu untuk mengambil keputusan besar seperti ini. Alfin adalah salah satu murid dengan segudang prestasi.
“Pulang Alfin, mulai hidup yang baru. Jangan melakukan hal yang sama, tetap ingat pesan yang sering ibu berikan kepadamu.”
Alfin mengangguk pelan lalu berdiri, dengan langkah berat dia pergi dari ruangan yang dari tadi memberikan suasana yang menyesakkan baginya. Matanya sudah berkaca-kaca, air mata sudah siap menerjang untuk keluar namun Alfin masih bisa menahannya. Banyak sekali siswa bersorak-sorak mengejek Alfin, sebegitu buruknya Alfin dalam pandangan mereka. Semua orang membencinya, semua orang tidak menyukainya. Bahkan mungkin tidak ada satu pun yang percaya pada dirinya jika dia membela dirinya sendiri.
Keesokan harinya, Alfin mulai mencari pekerjaan yang bisa mengisi waktu luangnya. Jika kalian bertanya kenapa Alfin cari kerja lagi, Alfin terpaksa diberhentikan kerja karena Wina mencari gara-gara di cafe yang lama. Sambil tetap mencari sekolah yang bisa menerima dirinya dengan beasiswa jalur akademik dia terus mencari cafe yang lumayan dekat dengan panti asuhan. Alfin juga sudah membicarakan hal ini dengan ibu panti, dan Ibu panti juga sangat mendukung apapun yang dilakukan oleh Alfin. Hal itu menambah semangat Alfin untuk mencari sekolah baru dan pekerjaan yang bisa dia lakukan saat ini.
“Permisi, apakah disini masih memerlukan karyawan?” tanya Alfin, ketika memasuki sebuah cafe yang tidak terlalu besar namun terkesan mewah.
Kasir yang ditanya oleh Alfin, langsung menatapnya dengan sekilas. “Kami masih kekurangan Pelayan, jika kamu mau kamu bisa bekerja sekarang,” ujar kasir itu membuat Alfin menganggukkan kepalanya dengan cepat. Alfin langsung menunjukkan senyumannya, raut wajahnya yang awalnya cemas langsung jadi lega.
“Baik, saya bisa kerja sekarang.”
“Silahkan ganti baju kamu! Nanti kamu akan diantarkan oleh karyawan lain yang ada di sini.”Alfin mengangguk lalu mengikuti karyawan lainnya.
Tak terasa, jika Alfin sudah genap sebulan bekerja menjadi seorang pelayan di cafe tersebut. Dengan terus kerja keras yang kuat, Alfin sudah bisa mendapatkan banyak uang dari hasil pekerjaannya menjadi seorang pelayan. Tapi sekarang ia tidak berangkat bekerja, melainkan dirinya tengah berada di sebuah sekolah yang terlihat sangat mewah sekali, namun juga mungkin bisa menerima keadaan dirinya di sini. Dan juga mungkin dia bisa mendapatkan beasiswa di sekolah ini. Saat ini Alfin berada di dalam ruang kepala sekolah.
“Baik, akademik kamu lumayan baik untuk sekolah kita yang masih mencari bibit-bibit unggul.” Kepala sekolah membolak-balikan rapor Alfin, Alfin hanya bisa memainkan jarinya sambil menunggu kepala sekolah selesai memeriksa nilai-nilainya dulu. Beberapa detik kemudian, Kepala sekolah menaruh rapor Alfin, dia lalu menyodorkan sebuah kertas putih kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIN [END]
Short StoryStart 11 April 2022 End 29 April 2022 Alfin membanting gelas yang ada di atas meja, mengambil pecahan gelas itu dan menggoreskannya ketangan. Kevin dan orangtuanya yang mendengar suara gelas pecah dari dalam ruangan Alfin langsung membuka pintu dan...