Part_17 Terluka lagi

2.2K 126 18
                                    

Alfin bersandar ke tembok, dengan perlahan tubuhnya merosot kebawah, matanya menatap pisau yang berlumuran darahnya.

Alfin tersenyum sebelum menutup mata dan bergumam, “Alfin akan ngabulin keinginan mama.”

Sementara itu di depan ruangan Alfin, Kevin mondar-mandir karena Alfin mengunci pintunya.

“Argh, Adek bukain pintunya dek.” Kevin mengacak-acak rambutnya lalu mengetuk pintu dan memanggil-manggil Alfin.

Alya dan papanya merasa iba melihat Kevin yang penampilannya acak-acakan.

Fian ikut khawatir, tunggu sepertinya Fian melupakan sesuatu.

“Gue lupa,” Fian langsung berdiri dari kursi.

“Lupa apa kak?” tanya Alya.

“Pisau lipatnya Alfin,” Alya dan Andi semakin bingung dengan ucapan Fian yang setengah-setengah itu.

Kevin membelalakan matanya kaget, dengan brutal dia semakin mengetuk-ngetuk pintu lalu mencoba mendobraknya.

Fian juga ikut mendobraknya, “Ada apa ini?” seorang dokter datang bertanya saat melihat ada yang ingin mendobrak pintu.

“Adik saya di dalam mengunci pintu dok, saya takut selfharmnya kumat.” Alya dan papanya membelalakan matanya kaget mendengar itu.

Kevin dan Fian masih mencoba mendobrak pintu, akhirnya pintu terbuka.

Tubuh Kevin dan Fian lemas seketika melihat keadaan Alfin yang mengenaskan, Andi dan Alya diam mematung di depan pintu, mereka syok melihat keadaan Alfin.

Dokter itu langsung mengangkat tubuh Alfin ke atas ranjang rumah sakit, dan mengobati Alfin. Berusaha menghentikan pendarahan di pergelangan tangan Alfin dan memberi beberapa jahitan di pergelangan tangan Alfin, lukanya cukup dalam.

Dokter itu juga memasangkan infus lagi ke tangan Alfin.

“Tolong jangan tinggalkan pasien sendirian,” kata dokter itu yang pamit ke ruangan lain karena ada pasien yang harus di periksa lagi.

Kevin sedih melihat Alfin yang masih melukai diri sendiri, dia menggenggam tangan adiknya.

“Alya sama papa pulang aja, biar aku yang jagain Alfin.” Fian mengatakan itu lalu duduk di sofa, Alya dan Andi mengangguk lalu pamit pulang pada Kevin.

“Halo Ko, lo bisa kerumah sakit nggak?” Fian menelpon Miko

“Lo sakit? Sharelock Fin, Gue kesana sekarang.” suara Miko terdengar panik.

“Bukan gue, tapi Alfin.”

Sedangkan di rumah Miko, tangan Miko mengepal.

Lama tidak ada jawaban dari Miko, “Ko? Lo denger kan?”

“Gue denger kok, sekarang gue kesana.” Miko langsung mematikan telponnya dan membanting hp ke kasur.

“Kenapa Fian gak musuhan sama Alfin sih?” Miko menggeram kesal.

“Sekarang gue harus pura-pura khawatir sama Alfin,” Miko mengatakan itu dan langsung menuju kerumah sakit setelah mendapat sharelock dari Fian.

Sedangkan diruangan Alfin, Fian heran kenapa nada suara Miko yang tadinya khawatir berubah menjadi dingin.

“Bang, nanti gue sama Miko yang jagain Alfin. Lo pulang aja, pasti tante Diana nyariin lo.” Kevin mengangguk lalu pamit pulang.

Ceklek

Miko langsung masuk dan melihat Kevin yang akan keluar, “Bang Kevin? Mau pulang ya?” Kevin mengangguk, entah kenapa dia dari dulu berpikir Miko itu punya niat jahat ke Alfin.

‘Astaghfirullah,gue gak boleh su'udzon sama orang’ batin Kevin saat berjalan keluar.

“Siapa yang udah buat kepala Alfin luka?” tanya Miko setelah melihat kepala Alfin yang diperban

“Siapa lagi kalau bukan om Putra,” Fian menjawab dengan kesal lalu pergi ke kamar mandi.

“Jahat banget ayahnya Alfin,” Miko menatap Alfin sendu, lalu berubah menjadi tatapan sinis.

‘Lo harus pergi jauh dari kehidupan gue Fin.’

“Gue pulang dulu, jagain Alfin.” Miko mengangguk lalu menunggu Fian keluar.

“Akhirnya cuma kita berdua, asal lo tau. Gue yang udah lecehin Alya, gue yang udah ngefitnah lo, gue benci banget sama lo Fin” Miko menatap sinis Alfin yang masih terbaring lemah.

Miko sengaja mematikan alat bantu pernafasan Alfin.

“Selamat tinggal, semoga kali ini lo beneran mati.” Miko terkekeh sinis lalu keluar dan mengunci pintu.

Bersambung.

ALFIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang