side story

629 28 0
                                    

Side Story - sebelum ada Alfin

Sepasang suami istri duduk berhadapan, suasana tegang membuat ruangan yang harusnya dijadikan tempat keluarga bercanda ria malah menjadi mencekam. Wina, sang istri menggigit bagian dalam mulutnya karena gugup. Akhirnya Panji, sang suami mengetahui perselingkuhannya dengan Putra, adik dari Panji.

“Pantas saja kamu bisa hamil padahal aku udah lama gak pulang kerumah selama 10 bulan, ternyata kamu selingkuh sama adikku sendiri.” rasa sesak memenuhi dada Panji saat mengatakan itu.

“Maaf,” lirih Wina.

“Kata maaf gak cukup! Kamu harus bertanggung jawab atas kelakuanmu itu!” Panji menjawab dengan nada dingin sebelum pergi meninggalkan Wina yang menangis tanpa suara.

Sedangkan ditempat lain.

Diana, istri dari Putra terus menerus menangis dan menahan isakannya agar Kevin, anak satu-satunya tidak terbangun dari tidurnya. Dari tadi Diana mengelus kepala Kevin agar tertidur dengan nyenyak. Suara pintu terbuka mengejutkan Diana, dengan cepat dia menghapus air mata yang membasahi pipinya.

Putra dengan raut menyesalnya datang mendekati istrinya, dia berbisik.

“Kita harus bicara sekarang,” kata itu yang Putra bisikkan pada Diana.

Diana mengangguk dan mengikuti langkah kaki suaminya yang membawanya keluar dari kamar Kevin. Sebelum keluar dia menarik selimut Kevin sampai sebatas dada. Putra menghela nafas pelan, dia sedikit gugup saat sang istri tidak membuka suara sama sekali dari tadi. Saat ini mereka berdua duduk berhadapan, hanya saja ada meja yang menghalangi mereka.

“Kamu mau minum dulu mas? Aku buatin kopi ya?” tanpa menunggu jawaban Diana langsung beranjak pergi membuatkan secangkir kopi yang biasanya dia buatkan untuk suaminya.

Putra ingin menahan tangan Diana tapi dia menarik lagi tangannya yang berhenti diudara. Dia semakin merasa bersalah karena menyakiti istrinya. Dilihat dari cara Diana yang masih memperlakukannya dengan baik malah membuatnya semakin merasa bersalah.

Diana kembali lagi dengan secangkir kopi. Diana meletakkan kopi itu di depan suaminya. Dengan senyum tulusnya, Diana mengajak suaminya bicara.

“Kamu mau ngomong apa mas?”

“......” Putra terdiam, dia bingung ingin mengatakan apa.

“Aku sudah memaafkan kamu mas,”

“Kenapa Na? Aku udah nyakitin kamu,” Putra menunduk, dia takut menatap mata Diana yang mungkin akan menatapnya dengan benci.

“Karena Allah maha pemaaf, Allah itu sempurna. Kita hanya manusia yang tidak sempurna harus bisa memaafkan sesama, aku sangat malu kalau tidak punya sifat pemaaf.” Diana tersenyum kecil sebelum melanjutkan ucapannya.

“Kamu harus bertaubat, mohon ampun pada Allah. Dan satu lagi, jangan benci pada anak yang ada dikandungannya mbak Wina!” Diana langsung pergi ke kamar Kevin setelah melanjutkan ucapannya.

Putra semakin menunduk malu. Seharusnya dia bisa menjadi contoh yang baik untuk anaknya kelak. Tapi dia malah melakukan hal yang tidak terpuji. Istrinya sangat baik, dia memikirkan alasan dia selingkuh.

Hanya karena Diana tidak bisa mengandung lagi setelah melahirkan Kevin, dia jadi mengkhianati istrinya. Dia ingin punya anak lagi, tapi setelah ini dia mengambil keputusan yang salah lagi.

Dia....

Ingin membenci anak yang dikandung Wina seumur hidupnya......

Tapi, siapa tahu hati manusia. Gampang berubah.

End....

Sebenarnya aku membuat cerita ini karena terinspirasi sama seseorang perempuan yang sebatas kutahu namanya.

Dia meninggal bunuh diri karena dilecehkan sama seseorang, aku gak tahu siapa tapi ada yang bilang itu teman dari pacarnya. Ada juga yang bilang itu pacarnya sendiri. Dia milih bunuh diri karena malu. Padahal keluarganya sayang banget sama dia.

Jadinya aku pengen ngebuat dia versi lain diceritaku, di cerita Alfin ini dia kugambarin di tokoh Diana tapi dengan nasib dan sifat yang berbeda. Sebenarnya Diana sama Putra juga terpaksa nikah muda karena udah ada Kevin duluan padahal mereka masih kuliah dan belum nikah.

ALFIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang