Part_20 Jadi nikah?

1.8K 106 0
                                    

Alfin dari tadi mondar-mandir di dalam kamarnya, dia sangat gugup.

Tok
Tok
Tok

“Alfin, buka pintunya.” terdengar suara Putra dari luar kamar.

Alfin membuka pintu kamarnya, “Wah ganteng banget anak ayah, bentar lagi mau jadi suami orang.” Putra menggodanya.

“I-ini jadi nikah sekarang?” Alfin gugup, Putra mengangguk lalu menggandeng Alfin keluar dari rumahnya, menuju ke mobil.

“Tega banget lo jadi nikah hari ini, abang lo yang ganteng ini mau lo langkahin.” baru saja Alfin masuk mobil, dia sudah disambut dengan suara Kevin yang terdengar kesal.

“Ganteng dari mananya?” Alfin menjawab dengan bercanda.

“Heh, gue tuh lebih ganteng dari lo.” Kevin menyugar rambutnya kebelakang.

“Iya kalau dilihat dari lubang semut,” Alfin tertawa mengejek.

“Lo pernah masuk lubang semut?” Alfin cengo mendengar pertanyaan aneh dari abangnya itu.

“Nggak lah anjir,” Alfin menjawab dengan kesal.

“Ya siapa tau aja pernah,” sekarang gantian Kevin yang tertawa melihat wajah masam Alfin.

Diana dan Putra yang mendengar perdebatan anak-anaknya hanya tersenyum.

Mereka sekarang sudah sampai di rumah Alya.

“Aduh gue deg-deg an bang,” Alfin memegang dadanya

“Lo jangan serangan jantung dulu Fin, nanti kasian Alya jadi janda sebelum nikah.”

“Aww,” Alfin menabok pipi Kevin gemas.

“Mulut lo lemes banget,” Alfin menatap abangnya kesal.

“Tangan lo ringan banget,” Kevin masih memegang pipinya yang sedikit sakit.

“Udah, kalian jangan berantem. Nggak malu apa dilihatin sama keluarganya Alya?” Diana sekarang berada di tengah-tengah Alfin dan Kevin.

Mereka mengangguk lalu Alfin berjalan dan duduk di depan penghulu, langsung saja ijab qabul dimulai dan acara pernikahannya yang tergolong sederhana itu dihadiri oleh keluarga besar Alya dan Alfin.

Sekarang mereka berdua berada dikamar Alya.

“Kenapa kamu mau nikahin aku? Kan kamu nggak salah?” Alya mengajak Alfin bicara duluan.

“Ya kan gue udah bilang mau tanggung jawab,” Alfin membaringkan tubuhnya di atas sofa

“Kalau aku hamil gimana? Apa kamu mau nganggap anak aku jadi anak kamu?” Alfin mengangguk, dia bersiap untuk tidur.

“Kenapa tidur disofa?” Alya bertanya dengan raut wajah sedikit kecewa.

“Gue belum siap tidur seranjang sama lo,”

“Yaudah,” Alya menangis tapi dia tahan agar Alfin tidak mendengar tangisannya lalu berusaha tidur.

Alfin menatap Alya yang bahunya bergetar, dia tau Alya menangis.

‘Maafin gue,’ Alfin memejamkan matanya mencoba untuk tidur.

Sepertinya kehidupan rumah tangga mereka akan diuji dengan sikap Alfin yang masih belum bisa menerima kehadiran Alya.

Tapi untuk tanggung jawabnya pada Alya, Alfin akan bekerja lagi di cafe untuk kehidupan mereka berdua.

‘Belum menerima Alya, bukan berarti harus menelantarkannya kan?’

Bersambung.

ALFIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang