Saat itu dimalam yang sangat dingin, hujan turun dengan derasnya.
Dua perempuan kembar yang sama-sama hamil sembilan bulan itu saling menatap.
Alana memohon pada adiknya agar mau bertemu dengan Alfin dan menjelaskan semua salah paham ini agar selesai.
“Alena, tolongin Alana buat jelasin semuanya ke Alfin.” Alana memohon pada adiknya, wajahnya sudah dibanjiri dengan air mata.
“GAK MAU!” Alena membentak Alana dan langsung masuk kedalam rumah.
Dan Alana menarik sedikit tangan Alena tapi Alena memberontak ingin mendorong Alana tapi malah dia sendiri yang tergelincir dan jatuh membuatnya pendarahan.
Suami Alena yang bernama Bara yang baru pulang kerja langsung berlari menerjang hujan yang sangat deras dan menggendong Alena saat melihat Alena sudah jatuh diteras.
“Shhh. Awas kamu Alana! Aku akan merebut anakmu saat lahir jika aku keguguran.” Alena berteriak sembari memegangi perutnya.
Alana langsung ditarik Bara kedalam mobil setelah mendudukkan Alena.
“Kamu harus tanggung jawab atas perbuatan kamu ke Alena!” Bara membentak Alana.
Alana yang tertekan memikirkan masalah lamanya dan sekarang mendapat masalah baru langsung merasakan kontraksi, sesampainya dirumah sakit ternyata Alena keguguran.
Tapi Alana melahirkan dua anak laki-lakinya dengan selamat.
“JANGAN BAWA ANAKKU!” Alana yang sudah lemas berteriak, ingin menggapai dua anaknya yang direbut adik iparnya.
“Aku akan buang mereka, dan Alfin suamimu itu tidak akan menemukan mereka, semoga hidup mereka dipenuhi penderitaan.” Alana mendengar itu sebelum meninggal karena pendarahan yang sangat banyak dari tadi.
Akhirnya setelah Alana dikuburkan, Alena langsung membawa dua keponakannya yang baru lahir dan menaruhnya di panti asuhan malam hari, tanpa dia ketahui ada sepasang mata yang melihat perbuatannya yaitu Bian yang masih kecil.
“Bunda, lihat ada orang yang naruh dua bayi di panti asuhan itu.” Bian menarik bundanya sambil menunjuk panti asuhan yang letaknya bersebrangan dengan rumahnya.
Bundanya Bian yang bernama Kalila itu langsung menggandeng Bian menuju panti dan mengetuk pintu panti asuhan itu.
Tok
Tok
TokCeklek
“Lihatlah ada yang membuang anak kembar diteras ini!” ucap Kalila pada wanita yang seumuran dengannya.
“Astaghfirullah, kasihan mereka pasti kedinginan.” ucap Dina, penjaga panti tersebut lalu menggendong dua anak kembar itu masuk kedalam.
“Lihat ada namanya dikertas ini!” Kalila menunjuk kertas kecil diselipan kain yang membalut mereka.
“Rafandra? Rafindra?” Bian yang berusia 5 tahun sudah pandai membaca.
“Ada gelang nama mereka juga,” Kalila menunjuk gelang yang ada nama dua bayi kembar tersebut, itu gelang yang dibeli diam-diam oleh Alana dan hanya Alana dan Alena yang tahu nama itu.
“Sekarang mereka akan tinggal di panti asuhan ini, semoga mereka mendapatkan orangtua angkat yang menyayangi mereka.” ucap Dina.
Bian mulai mengajak bicara si kembar dan menjahili si kembar, Kalila menatap Bian dengan tatapan sendu, dia tau Bian ingin punya adik tapi dengan sikap tempramental ayahnya Bian, Kalila jadi tidak berani punya anak lagi ataupun mengadopsi si kembar, sudah cukup Nathan dan Bian saja yang tersiksa tinggal bersama suaminya.
Akhirnya Bian dan si kembar sangat akrab seperti adik kakak sampai usia si kembar mencapai 1 tahun, akhirnya si kembar pindah dari panti asuhan karena diadopsi oleh Syila dan Devan.
Bukannya bahagia, Rafa dan Rafi malah menderita dilingkungan keluarga barunya itu.
Devan mereka yang suka memukuli mereka dan sering melampiaskan emosinya setelah bertengkar dengan Syila yang tidak kunjung hamil juga.
Dan Syila yang jarang memberi mereka makan dan menyuruh mereka tidur di gudang tanpa bantal dan selimut.
“Kapan kita bahagia bang?” Rafi yang berusia 5 tahun bertanya pada Rafa.
Rafa ingin menangis rasanya saat melihat keadaan Rafi yang punggungnya berdarah karena habis dipukuli dengan rotan.
“Nggak tahu dek, kayaknya ayah dan bunda lagi berantem. Abang udah kunci pintunya jadi mereka gak bisa nyakitin kita.” Rafa masih menangis sambil mengobati luka adiknya.
Entah sampai kapan penderitaan mereka berakhir.
Apakah mereka akan mendapat kebahagiaan?
Apakah mereka akan mendapat cinta dan kasih sayang dari orangtua mereka, mereka yang memang mengira Devan dan Syila orangtua kandung mereka selalu berharap kedua orangtuanya berhenti saling melempar barang sampai pecah dan saling berteriak.
Pyar
BrukSuara pecahan barang dan seseorang yang jatuh membuat Rafa berdiri.
‘Jangan-jangan ayah mukulin bunda lagi?’ Rafa menatap cemas kearah pintu, dia bimbang jika keluar gudang sama saja menantang maut, tapi jika tidak Syila akan dipukuli Devan lagi.
Rafi yang paham dengan keadaan diluar juga langsung menangis takut dan memeluk lengan abangnya.
“Bunda gak dipukulin ayah lagi kan bang?” suara Rafi bergetar.
Rafa menggeleng, mencoba membohongi Rafi agar tenang dan berhenti menangis.
“Sekarang kita tidur aja,” Rafi mengangguk dan memeluk abangnya yang sudah berbaring disampingnya.
“Dingin gak bang?” Rafi bertanya pada Rafa yang tidak memakai selimut karena Rafa hanya menemukan satu selimut bekas di dalam gudang dan itu dia pakaikan ke Rafi.
“Nggak kok dek,” Rafa tersenyum, lagi-lagi dia bohong agar adiknya tidak sedih.
Akhirnya mereka tidur saling berpelukan.
Begitulah setiap hari kehidupan mereka sampai pada umur 12 tahun Devan dan Syila berpisah dan memisahkan Rafa dan Rafi.
Akhirnya mereka tidak bisa selalu saling melindungi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIN [END]
Short StoryStart 11 April 2022 End 29 April 2022 Alfin membanting gelas yang ada di atas meja, mengambil pecahan gelas itu dan menggoreskannya ketangan. Kevin dan orangtuanya yang mendengar suara gelas pecah dari dalam ruangan Alfin langsung membuka pintu dan...