Revisi Part 3

188 6 0
                                    

Seorang pria yang bernama Kelvin, yang merupakan Abang dari Alfin. Lebih tepatnya abang angkat Alfin yang sangat menyayangi Alfin dan peduli pada Alfin. Sekarang ini dia sudah berada di depan panti asuhan, dengan raut wajah cerianya dia memasuki area panti asuhan. Dia menyapa beberapa anak panti asuhan yang dia kenali beberapa tahun yang lalu dan dibalas dengan sapaan dengan nada yang sangat gembira.

Beberapa anak-anak ada yang menyapa juga mengajak main, namun tujuan Kelvin langsung kepada ruang pengurus panti asuhan jadi dia menolak dengan halus.

“Ayok main kak!” ajakan bocah laki-laki di depannya langsung ditolak dengan cara halus.

“Maaf ya dek? Kakak lagi ada urusan penting banget, kamu main sama yang lainnya aja ya?” dengan nada lembut dia bicara pada bocah laki-laki di depannya yang langsung cemberut karena kesal tidak bisa bermain bersama Kelvin lagi.

Kelvin tersenyum dan mengacak-acak surai milik anak itu dengan gemas, “Nanti kakak beliin mainan baru deh! Tapi sekarang kamu main dulu sama yang lainnya, oke?”

Mata anak itu berbinar, dia langsung mengangguk setuju dan lari menghampiri para saudaranya yang menunggunya dari tadi. Kelvin terkekeh gemas, andai saja Diana, mamanya itu bisa memberikan dia adik baru. Pasti Kelvin akan sangat menjaga dan menyayangi adiknya itu, sayangnya Diana belum diberikan momongan lagi oleh Yang Maha Esa. Kelvin menepuk dahinya dengan pelan, dia sampai lupa jika dia ingin bertemu dengan ibu pengurus panti asuhan ini. Kelvin berjalan cepat menuju tempat di mana biasanya ibu pengurus panti berada.

Tok... Tok... Tok

“Assalamualaikum bu,” Kelvin mengetuk pintu tiga kali lalu mengucapkan salam.

“Waalaikumsalam, silahkan masuk!” suara ibu panti terdengar sampai ketelinga Kelvin yang berada di depan pintu yang tertutup.

Ceklek.

Kelvin memasukki ruangan itu sambil tersenyum ramah. Ibu pengurus panti itu mempersilahkan Kelvin duduk terlebih dahulu. Setelah Kelvin duduk, ibu pengurus panti mulai menanyakan tujuan Kelvin datang ke panti asuhan ini.

“Oh, nak Kelvin! Kapan nak Kelvin sampai ke sini?” tanya ibu pengurus panti setelah meletakkan buku di samping sofa yang dia duduki.

“Tadi pagi bu,” Kelvin menjawab dengan sopan.

“Ohhh, ada keperluan apa ya nak?” ibu pengurus panti tersenyum ramah.

“Saya hanya ingin bertemu dengan Alfin, apakah dia sudah pulang dari sekolah?” ujar Kelvin, menatap wajah Ibu Panti yang terlihat murung membuat Kelvin merasakan ada hal yang sepertinya dia lewatkan saat pergi jauh dari sini.

“Begini Kelvin, Alfin sudah pindah dari panti ini,” jawaban Ibu panti membuat Kelvin menatapnya dengan heran sekaligus bercampur terkejut.

“Ke-kenapa?” sebenarnya Kelvin ingin menanyakan banyak hal tentang perkembangan dan keadaan Alfin selama dia tidak ada di dekatnya. Tapi hanya kata itu saja yang lolos keluar dari bibirnya.

“Alfin dikeluarkan dari sekolah lamanya, jadi dia memutuskan untuk mencari sekolah baru dengan jalur beasiswa. Karena jaraknya yang lumayan jauh, Alfin harus nge-kost di dekat sekolah barunya,” penjelasan Bu Panti, membuat Kelvin mengembuskan nafasnya dengan kasar.

“Kalau ibu tahu tempat dia tinggal, boleh saya meminta alamat Alfin yang baru?” Kelvin bertanya pada ibu pengurus panti sambil memandang ibu pengurus panti dengan tatapan penuh dengan binar harapan.

“Maaf saya belum bisa memberitahu nak Kelvin, karena Alfin juga tidak ingin lokasinya diketahui oleh orang lain.” jelas Bu Panti dengan nada suara yang sangat lembut.

ALFIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang