Setelah pulang dari rumah sakit, bukannya bersikap baik pada Alya, Alfin malah marah pada Alya.
Alfin mencengkram erat tangan Alya, “Kenapa nggak bilang kalau lo hamil? Terus kenapa ini luka disudut bibir lo nggak lo obatin? Lo mau buat gue malu?”
Alya menjawab sambil terisak pelan, “Aku nggak tau kalau aku hamil, hiks.”
“Alesan aja lo, bilang aja kalau lo mau bikin gue malu di depan tuh dokter.” Alfin menarik tangan Alya dan berjalan menuju kamar
Alfin mendorong Alya masuk kamar dan mengurungnya, dia sangat malu saat dokter kandungan itu menegurnya seperti tadi.
“Aku tau kamu selalu dipukulin dan dikasarin sama ayah kamu, tapi aku mohon jangan lampiasin semuanya ke aku.” Alya masih menggedor pintu kamarnya.
Alfin yang mendengar itu semakin marah dan mulai memecahkan guci yang ada di samping kamar Alya.
Alya tersentak kaget saat mendegar suara barang pecah, dia terdiam. Perlahan Alya berjalan mendekati kasur dan duduk, memegang perutnya.
“Kenapa kamu harus hadir? Aku sangat membencimu.” dia berkali-kali memukuli perutnya.
Alfin yang sudah tenang mulai membuka pintu kamar Alya, tapi melihat apa yang dilakukan Alya langsung membuat dia naik darah lagi.
“Lo gila? Lo mau bunuh anak lo sendiri.” Alfin menahan tangan Alya yang masih memukuli perutnya dengan brutal.
“AKU BENCI DIA,” Alya berteriak ingin melepaskan cekalan Alfin pada tangannya.
“Udah, cukup. Jangan dipukulin lagi! Kasihan baby nya.” Alfin memeluk Alya dengan gerakan yang kaku.
“Kenapa? Bukannya kamu juga benci sama anak ini?”
“Gue belum nerima lo, bukan berarti gue nggak nerima anak lo.” Alfin mengeratkan pelukannya ke Alya saat Alya mendorongnya pelan.
“Lepasin! Aku susah gerak,” Alfin langsung melepas pelukannya dan bingung melihat muka Alya yang memerah.
“Lo sakit? Kok muka lo merah?”
“hawanya panas jadi kulitku merah,” Alya menutup mukanya malu, untung saja Alfin tidak paham.
“Gue tidur sama lo, jagain baby nya biar nggak lo pukulin lagi.” Alfin langsung berbaring dikasur Alya.
“Kamu mau anak ini lahir?” Alfin mengangguk menjawab pertanyaan Alya.
“Jangan nyakitin baby nya lagi, dia nggak punya salah. Gue akan nganggap dia jadi anak gue,” Alfin mengatakan itu lalu menarik selimut.
“Tapi ini anak Miko,” Alya menatap Alfin yang belum tidur.
“Miko sahabat gue, jadi gue mau jagain anak Miko.” Alya tak paham lagi dengan jalan pikiran Alfin, kenapa Alfin masih menganggap Miko sebagai sahabatnya.
“Tapi Miko jahat sama kamu,”
“Miko yang jahat sama gue, bukan baby nya.” Alfin menjawab Alya.
“Tidur sekarang!”
Alya mengangguk lalu tidur. Sepertinya Alya harus melingkari kalendernya pada hari ini untuk mengingatnya, karena pertama kalinya Alfin mau tidur seranjang dengan orang lain.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIN [END]
Short StoryStart 11 April 2022 End 29 April 2022 Alfin membanting gelas yang ada di atas meja, mengambil pecahan gelas itu dan menggoreskannya ketangan. Kevin dan orangtuanya yang mendengar suara gelas pecah dari dalam ruangan Alfin langsung membuka pintu dan...