"Kita tidak bisa memaksa perasaan seseorang untuk harus suka sama kita."
---------------"Sudah berapa kali ibu memperingatkan kalian? Jangan merokok di sekolah! Ibu sudah capek sama kelakuan kalian."
"Tapi Bu-,"
"Ibu gak mau menerima alasan apapun ya! Kalian ini masalahnya selalu saja soal merokok di sekolah. Ingat. Sebentar lagi kalian sudah kelas dua belas, mau bikin ulah bagaimana lagi? Harusnya kalian bertiga mempersiapkan ujian dengan baik. Bukan membuat onar."
Tiga murid laki-laki itu sedang duduk berjajar sambil menunduk, menerima semua omelan dari Bu Nina guru BK. Mereka bertiga pasrah saja saat Bu Nina memergoki mereka di belakang sekolah kemudian menyeretnya hingga kini mereka bertiga sedang dieksekusi di ruang BK.
Bu Nina hanya bisa menggelengkan kepala melihat tiga murid bandelnya yang selalu berlangganan masuk ruang BK. Lihat saja Samudra. Dia sekarang sedang mengamati vas bunga di sebelahnya, padahal Bu Nina sedang memarahinya. Tidak hanya itu, kini Bu Nina sedang mengamati Bima dan Dewa yang sedang menghitung jari-jari mereka. Tidak ada yang menghiraukan.
Bu Nina langsung menggebrak meja sambil membentak ketiganya. "Kalian dengar ibu tidak?!"
Namun Samudra, Bima, dan Dewa hanya menoleh santai sambil menyengir lebar. "Bu Nina jangan galak-galak dong, nanti cantiknya hilang loh." celetuk Bima.
"Iya bu, janji deh besok enggak lagi." Tambah Dewa sambil mengangkat kelingkingnya. Menunjukkan tanda perjanjian seperti anak kecil.
Bu Nina memegang kepalanya pusing. "Bu ini vasnya bagus, beli di mana?" Samudra malah menanyakan vas bunga. "Spill toko sama harganya dong bu."
Tiga muridnya ini memang selalu begitu. Bu Nina benar-benar lelah. Bahkan dalam seminggu saja mereka bisa masuk ruang BK tiga sampai empat kali. Bukan hanya masalah merokok di sekolah. Masih banyak lagi, seperti Terlambat, kabur saat jam pelajaran, berkelahi, dan yang paling parah mereka pernah menggantung tas Pak Bambang di tiang bendera karena tidak mau ada ulangan dadakan. Alhasil ulangan batal karena kertas soal-soal ada di dalam tas tersebut.
"Udahlah Bu, maafin kita ya." Ujar Samudra.
"Lo sih tadi berangkat sekolah pake mampir ke indomaret , gue kira mau beli minum taunya beli rokok ege!"
Tidak terima Dewa memarahinya, Bima membalas. "Ya lo sendiri kenapa mau-mau aja? mana minta duitnya bagi dua lagi."
"Sam, masih sisa kan?" tanya Bima.
"Masih enam ini, nanti kita bagi dua-dua per orang." Jawab Samudra santai. Dia mengeluarkan kotak rokok itu dan menunjukkan jumlahnya pada Bima dan Dewa.
"Kalian benat-benar ya.. Sini! Rokoknya ibu sita!"
Mendengar itu Dewa langsung meraup kotak tersebut dan segera memasukkannya ke dalam saku. Dua temannya ini tidak sadar bila Bu Nina sedang di depannya. Dewa memberi tatapan tajam kepada dua temannya yang sangat pintar ini.
"Sini Dewa!" Gertak Bu Nina. Tangannya sudah menengadah menunggu Dewa menyerahkan kotak rokok tersebut.
"Bu janganlah, ini kita beli pake uang saku Bu." Mohon Dewa.
"Iya bu, masa diambil gitu aja." Tambah Bima.
Bu Nina hanya memejamkan mata sambil menggeleng kekeuh. "SINI!"
"Ah Bu Nina gak asik, janji gak ngerokok lagi deh bu tapi jangan diambil." Bisa menggerutu terus menerus. Samudra terus mengangguk membenarkan ucapan teman-temannya.
Samudra mulai lelah dengan perdebatan ini akhirnya menengahi. Dia mengambil paksa rokok itu dari saku Dewa dan memberikannya pada Bu Nina.
"Udah-udah, ini Bu Nina yang cantik." ucap Samudra sambil memberikan rokok itu dengan sangat sopan dan penuh senyuman.
![](https://img.wattpad.com/cover/202756071-288-k224464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGGAPAI SAMUDRA [END]
Teen Fiction"Jangan sentuh gue! radius lima meter!" Ucap Aluna kelabakan. Kakinya semakin melangkah mundur hingga punggungnya bertabrakan dengan pohon. Samudra mengangkat alis sambil menampakkan senyum misterius. "Dasar cewek gila!" Balasnya saat Aluna berlari...