29- Lagi dan Lagi

236 12 0
                                    

"Jika luka ini tidak bisa ku lupa, setidaknya tolong beri aku obatnya."
———

Sejak kejadian buruk menimpa dirinya, Aluna menjadi sosok yang pendiam dan kehilangan semangat hidup. Setiap hari Aluna hanya bicara seperlunya. Tatapannya kosong dan hampa, tidak ada masa depan apapun yang tercetak dalam angan-angannya. Hanya sesuatu yang gelap dan pekat yang berada dipikirannya.

Aluna sempat tidak masuk sekolah selama satu minggu. Apa yang dia alami membuatnya jatuh sakit, bahkan setiap malam Aluna selalu ketakukan tanpa alasan.

Sekarang Aluna yang ceria berubah menjadi Aluna yang murung dan pucat. Dia juga menghindari Samudra. Tetapi laki-laki itu tetap berusaha membuat Aluna kembali ceria seperti dulu.

"Pagi..." Samudra menyapa dengan senyum lebar meski Aluna hanya berdehem singkat.

Laki-laki itu tahu ini sulit, tetapi ia akan tetap berusaha.

***

"Aluna, lo kenapasih? lo lagi ada masalah sama Samudra?" Aluna menggeleng.

Jessica mengeluarkan kotak makan, "mau ga?" Aluna tetap menggeleng.

Jessica menjadi lelah sendiri menghadapi Aluna yang tiba-tiba berubah seratus delapn puluh derajat. "Tau ah Al, kesel gue sama lo. Ditanya kenapa jawabnya gak papa, tapi diem aja kayak mayat idup. Disuruh cerita gak mau, ditawarin makan gak mau, diajak ke mana-mana gak mau. Lo kenapa sih? Gue masih sahabat lo kan?"

Aluna hanya tersenyum mendengar sahabatnya ini. Sebagian mungkin menganggap Jessica berisik, tapi bagi Aluna berisiknya Jessica adalah sebuah perhatian.

"Gue gak kenapa-kenapa Jess, ada sedikit masalah di rumah tapi udah clear" balas Aluna seadanya supaya Jessica tidak bertanya lebih jauh.

"Bohong banget males ah sama lo, gue mau nyamperin Bima aja."

Jessica menutup kembali bekalnya, beranjak pergi meninggalkan Aluna. Tetapi belum semoat keluar kelas ia berpapasan dengan Bima yang tiba-tiba masuk kelasnya begitu saja.

"Nah... pas banget lo samperin gue, ayo mak-,"

Jessica bingung saat Bima hanya melewatinya. Ia menoleh ke belakang ternyata Bima datang bukan untuk menghampirinya melainkan untuk Aluna.

"Ini ada titipan dari Samudra," ujarnya sambil memberikan kantong plastik berisi roti dan susu.

"Semangat Al, lo pasti bisa hadepin ini semua. Gue bakalan bantuin Samudra buat nemuin si brengsek itu."

Aluna semakin sedih mendengar ucapan Bima. Bahkan semua teman-teman Samudra mengetahui keburukan Aluna.

"Ini sebenernya ada apasih?!" bentak Jessica, "cuma gue doang yang gak tahu?"

Jessica tidak habis pikir. Keduanya hanya diam tidak ada satupun yang ingin memberitahu. Semua orang menjadi perhatian kepada Aluna, termasuk Bima.

"Eh ayang... Enggak ini lagi nganterin titipannya Samudra tuh, gak ada apa-apa" bohong Bima.

Jessica hanya memandang keduanya sini kemudian pergi meninggalkan kelas.

***

Keesokan harinya tiba-tiba semua orang di sekolah menatap Aluna dengan aneh. Aluna tidak bisa mengartikan pandangan itu. Dia berjalan dengan kebingungan sampai langkahnya terhenti pada sebuah majalah dinding yang dikerumuni banyak siswa. Aluna membelah keramaian itu, melihat apa yang membuat semua orang berkumpul di sana.

Betapa terkejutnya ia saat melihat foto-foto dirinya bersama Alex mengenakan seragam smp dan Alex mengenakan seragam sma. Banyak botol minuman keras tampak dalam foto itu serta banyak putung rokok berserakan di mana-mana.

Foto satu lagi adalah foto dia tidur bersaam seorang laki-laki dengan selimut yang menutup sampai ke bahunya. Siapa yang menfotonya? mengapa hanya wajah Aluna yang tampak dan Alex diburamkan?

Samudra dan teman-temannya datang membawa beberapa foto dari mading lain yang sudah mereka robek. Aluna terduduk di lantai, masih tidak percaya dengan semua hal yang menimpa dirinya. Samudra berlari menghampiri Aluna. Dia merobek foto yang ada di mading itu.

"Siapa yang lakuin ini? Siapa?!" murka Samudra.

Dia menatap tajam setiap orang yang ada di hadapannya. "Kalau sampe gue temuin pelakunya salah satu dari kalian, gue akan lapor polisi!" telaknya.

"Itu lo sama Aluna?" celetuk salah satu murid.

Dewa dan Bima langsung mengampiri laki-laki itu. "Jangan sembarangan ngomong" tunjuk keduanya.

Semua orang tidak peduli lagi kepada Aluna maupun Samudra. Mereka beranjak pergi tetapi satu persatu meninggalkan kata-kata olokan untuk Aluna.

"Kelitannya polos kayak anak kecil, ternyata murahan."

"Si paling Samudra, ternyata di belakang main sama yang lain."

"Manipulatif."

"Fake nerd ini ceritanya?"

"Masih smp udah minum, keren-keren."

Begitu kurang lebih sarkasan semua orang. Aluna berdiri dengan kaki bergetar berusaha berjalan sekuat tenaga meninggalkan Samudra. Juna hanya berdiri memperhatikan semuanya.

"Pulang... pulang.. pulang..." guman Aluna sembari beranjak pergi.

"Al, aku anter-" cegah Samudra. Aluna hanya menggeleng sambil berguman kata pulang.

Samudra ingin mencegahnya tetapi Juna mencegahnya, "dia butuh waktu sendiri."

"Bener Sam" tambah Bima.

"Untung belum ada guru yang lihat" ucap Dewa sambil membereskan semua sisa-sisa foto yang ada.

.

.

.

tbc.

MENGGAPAI SAMUDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang