"Kau merebut apa yang kupunya."
Kata-kata itu masih terngiang di dalam pikiran Mark. Seseorang yang memakai hoodie hitam mengatakan hal seperti itu dan Mark tentu saja tidak tahu artinya.
Sebenarnya apa yang Mark rebut dari sesosok misterius itu? Mark berpikir, apakah Spidey?
Omong kosong.
Bahkan Mark menemukan Spidey di jalanan yang artinya Spidey adalah hewan liar.
Saat ini Mark, ibu dan ayahnya tengah makan malam. Suasana tampak hening karena Mark banyak berdiam tak seperti biasanya. Ia bingung harus menjelaskan kepada ayahnya tentang kejadian tadi.
Tentang Mark mengeluarkan kekuatan spider-nya di depan sang ayah. Mark tahu jika itu keadaan terdesak, habis mau bagaimana lagi? Mark terpaksa menggunakannya agar ia dan ayahnya dapat keluar dari kobaran api yang semakin meluas.
Mark sedari tadi terus termenung. Memikirkan apa yang akan ia jelaskan kepada ayahnya. Tidak mungkin jika Mark langsung jujur bahwasanya Mark adalah seorang superhero dadakan.
Tidak mungkin jika Mark mengatakan seperti itu, kan? Itu sama sekali tidak elegan.
Tiba-tiba saja lamunan Mark buyar karena nyonya Lee mengetuk sendok yang Mark pegang dengan pelan. Tatapan nyonya Lee terkesan bingung saat melihat anaknya yang hanya diam seperti kekurangan energi.
"Mark? Ayo makan." Suruh nyonya Lee karena Mark belum menyentuh makanan yang telah disajikan.
"Baiklah. Maaf, aku melamun."
"Makan, jangan lupa berdoa." Imbuh nyonya Lee membuat Mark tercekat.
"Iya, i know it."
"Dad?—"
"Bagaimana bisa ruang musik terbakar?! Pasti konsleting listrik!"
"Demi tuhan, ibu benar-benar khawatir. Apakah ayah masih sesak nafas?"
Lagi dan lagi nyonya Lee mengoceh panjang lebar saat Mark ingin membuka obrolan dengan sang ayah.
Oh ayolah nyonya Lee, izinkan Mark menjelaskan tentang kejadian tadi saat ini. Mark tak bisa membendung rasa khawatir dan bingungnya. Pasti ayahnya memikirkan kejadian hal di luar nalar yang mana Mark tiba-tiba mengeluarkan kekuatan supernya tadi.
"Dad—"
"Ibu masih tidak paham tentang kebakaran itu. Bagaimana bisa apinya hanya membakar ruang musik? Astaga ibu benar-benar tak paham dengan itu."
"Mungkin hanya konsleting listrik. Tidak apa-apa." Jawab tuan Lee masih mengunyah makanannya.
"Tidak apa-apa bagaimana?! Ibu tahu sekolah itu milik yayasan, tapi itu hampir membahayakan nyawa ayah dan Mark!" Nyonya Lee berdecak seketika.
"Ah ya..terlebih lagi kertas ujian musik ada di ruangan itu. Piano, saxophone, dan beberapa alat musik yang entah harganya berapa, juga ikut hangus terbakar." Lanjut nyonya Lee kemudian.
Mark merasa kesal dengan ibunya itu. Jadi bagaimana caranya agar Mark menjelaskan kepada ayahnya? Mark sudah membawa toples berisi Spidey di dalam pangkuannya, harap-harap ayahnya paham kalau kejadian tadi ada hubungannya dengan Spidey.
"Apakah besok ayah akan mengajar lagi? Tidak perlu, istirahat dulu. Lagipula ruang musik sepertinya akan direnovasi."
"Iya, ayah akan libur sementara."
"Ya baguslah."
"Aku sudah makan. Terimakasih atas makanannya."
Mark berdiri, membereskan sisa makannya dan berjalan meninggalkan orangtuanya yang masih bercerita tentang kebakaran di ruang musik itu. Mark akan kembali masuk ke kamar dan memikirkan siapa misterius tadi dan bagaimana caranya agar ayahnya percaya bahwa dirinya superhero.
"Mark? Sudah selesai?" Tanya nyonya Lee yang merasa bingung dengan tingkah anaknya itu.
Tuan Lee juga ikut merasa bingung. Matanya menatap langkah Mark yang hendak masuk ke kamarnya. Lantas tuan Lee bertanya.
"Mark?"
"Shit." Mark berdumal, membuka pintu kamarnya dengan cepat dan menghiraukan panggilan orangtuanya itu.
Lagipula apa peduli? Toh Mark yakin, mereka tidak akan percaya jika Mark mengaku dirinya superhero.
Mark merebahkan tubuhnya di kasur. Menutup matanya dengan tangannya, menghalangi sinar lampu yang menusuk indra penglihatannya.
Tiba-tiba saja Mark bergumam.
"Kalau aku jujur, apakah mereka akan percaya?"
"Dan siapa sesosok misterius tadi? Apakah itu tuanmu, Spidey?" Tanya Mark lagi masih menutup matanya.
Tak
Tak
TakBeberapa ketukan dari arah jendela menghentikan aksi Mark yang tengah bergumam. Mark tersentak dan langsung menghampiri jendela tanpa membuka tirainya. Mark menduga itu ranting pohon yang mengenai jendela kamarnya karena tertiup angin.
Ketukan di jendela itu makin lama makin keras. Terus mengetuk jendela seperti menggunakan kuku. Mark makin menajamkan pendengarannya agar mendengar siapa sesosok yang tengah menjahilinya di saat malam-malam seperti ini.
Tolong, ini tidak lucu.
Mark makin mendekat ke arah jendela, hampir membuka tirai yang berwarna biru itu namun pintu kamar Mark seketika terbuka menampilkan tuan Lee yang tengah berdiri di ambang pintu sembari membawa segelas susu coklat.
"Mark? What are u doing?"
Seketika Mark berdecak.
Sangat mengganggu.
"Dad, what's wrong? Do u need anything?" Tanya Mark menjauhkan tubuhnya dari arah jendela.
Mark menghampiri ayahnya dan mempersilakan ayahnya duduk di atas kasur Mark yang— sangat berantakan oleh bungkus makanan yang berceceran.
"Apakah kau terluka ?" Tanya tuan Lee.
"Dad..aku akan mengatakan sesuatu."
"Hm? What's that?"
Mark menghembuskan nafasnya berat. Terdiam sejenak dan matanya melirik Spidey berkali-kali sampai pada akhirnya ia bersuara lirih.
"If I tell it, will dad believe it?
"Memangnya apa?"
"Itu..aku..."
Tuan Lee terdiam. Membiarkan Mark menyelesaikan perkataannya dengan kikuk. Sesekali Mark menggesekkan kukunya tanda ia gugup.
"Mark—"
BRAKKKKKK!
"What..what is that?"
Mark maupun tuan Lee seketika terlonjak. Mereka panik karena mendengar suara keras dari bawah sana. Tuan Lee memikirkan istrinya yang sedang menonton drama di bawah sendirian.
Mark juga berpikir demikian, Mark berpikir jika ibunya itu membanting lemari karena menonton adegan Gong Yoo berciuman di drama goblin.
Tapi.. astaga, mana mungkin!
"Aaaaahhhh!!"
"Ibu!!!
————Tbcontinue🕷️🤏————
KAMU SEDANG MEMBACA
SpiderMark ✓
AventuraHari itu, pemuda yang bernama Mark Lee menemukan laba-laba di taman setelah ia pulang mengantri untuk mendapatkan kaset Spiderman. Entah mengapa, laba-laba itu malah membuntuti Mark saat ia pulang. Tak banyak pikir, Mark malah memelihara dan menamai...