Berkali-kali Kayra menghindari kutukan yang di lemparkan oleh para Pelahap Maut di belakangnya, berkali-kali juga dia melempar kutukan balik pada mereka. Tapi di banding dirinya yang mungil, mereka terlalu banyak dan terlalu sulit untuk di lawan. Satu-satunya yang bisa Kayra lakukan hanyalah menemukan Draco dan membawanya pergi dari tempat ini secepatnya.
Kayra mempercepat larinya, hampir sampai di tempat di mana dia dan Draco bertengkar tadi. Dan untungnya, sebelum sampai di sana, Kayra melihat Draco berlari dari arah berlawanan. Masih memeluk bungkusan yang tadi dia beli. Wajahnya panik tentu saja, sama seperti Kayra.
Begitu sampai di tengah, mereka berlari ke arah yang sama. Arah datangnya Kayra sebelum bertemu dengan Draco yang sedang meriuk.
"Crucio!" seru salah seorang Pelahap Maut di belakang mereka yang untungnya masih bisa mereka hindari.
"Reducto!" seru Kayra membuat bunyi ledakan besar di belakang. Entah itu berhasil melumpuhkan para Pelahap Maut atau tidak.
Mereka berdua terus berlari mengikuti lorong itu, entah kemana mereka akan sampai. Yang penting mereka selamat dari kejaran Pelahap Maut.
Sebenarnya Kayra sudah lelah, sejak tadi dia terus berlari dan melancarkan berbagai kutukan untuk melawan Pelahap Maut. Tapi kalau dia menyerah, bisa-bisa mereka berakhir di hadapan Voldemort. Jadi dia tetap memaksakan kakinya untuk berlari.
Di sebelahnya, Draco juga tampak kelelahan sambil membawa bungkusan dalam pelukannya. Kayra lagi-lagi ingin tertawa melihat Draco, tapi keadaan sedang tidak memungkinkan untuknya melakukan itu. Bisa-bisa dia berakhir terkena Kutukan Pembunuh.
"Lakukan sesuatu!" seru Draco dengan nada menuntut, wajahnya panik bukan main. Padahal sejak tadi Kayra selalu berusaha untuk melemparkan berbagai kutukan pada Pelahap Maut yang mengejar mereka. Sementara Draco, tongkatnya seakan hilang di telan bumi.
"Sejak tadi juga aku berusaha melumpuhkan mereka, bodoh! Gunakan juga tongkatmu! Jangan hanya mengharapkan diriku!" Kayra terlihat kesal, padahal dia berusaha menyelamatkan mereka.
"Aku tidak bisa mengeluarkan tongkatku!"
Kayra tidak menjawab, hanya merotasikan kedua matanya. Malas menanggapi Draco. Lagi pula itu hanya akan membuat dirinya semakin kehabisan napas. Dia harus memikirkan sebuah cara untuk membuat mereka bisa kabur dari tempat ini. Kakinya sudah tidak sanggup lagi berlari, dan dia yakin Draco juga merasakan hal yang sama.
Laki-laki itu terlihat kelelahan di sebelahnya. Memandang para Pelahap Maut di belakang mereka beberapa kali dengan wajah panik. Bungkusannya dia peluk dengan erat, takut terjatuh ketika mereka berlari. Harusnya setelah keluar dari Twilfitt and Tattings, dia memasukkan bungkusan itu ke dalam tas Kayra.
"Lakukan sesuatu! Aku lelah!" seru Draco lagi, masih berharap pada Kayra sementara dirinya sejak tadi tidak melakukan apa-apa.
Kayra berdecak, tapi otaknya berpikir keras. Memikirkan mantra apa yang bisa dia keluarkan untuk membuat mereka bisa kabur--setidaknya untuk benerapa menit saja. Kayra mencari segala mantra yang ada di dalam kepalanya, semua mantra yang pernah dia pelajari ataupun baca. Mantra yang setidaknya berguna untuk sekarang ini.
"Avereen!" Draco berseru lagi.
Akhirnya sebuah mantra muncul di otaknya. Kayra mengarahkan tongkatnya ke belakang, "impedimenta!" serunya.
Draco menoleh, mendapati para Pelahap Maut yang mengejar mereka bergerak dalam gerakan lambat. Kemudian dia tiba-tiba di tarik oleh Kayra, masuk ke dalam sebuah bangunan kosong tak jauh dari sana.
"Kenapa kita masuk ke dalam sini? Ini sama saja bunuh diri!" seru Draco membuat Kayra memukul kepalanya, membuat Draco meringis.
"Berhenti berkomentar kalau kau tidak membantu sama sekali!" Kayra berkata kesal. Draco terlalu banyak mengeluh padahal dia tidak melakukan apapun untuk membantu Kayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
FanfictionHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...