Kayra tidak tahu bahwa takdirnya untuk mati adalah bukan hari ini. Dia tidak di izinkan menemui ajalnya sebelum waktu yang di tentukan. Jadi entah untuk keberapa kalinya, semua yang ada di sekitarnya berjalan lambat. Yang dapat dia dengar hanya deru napasnya sendiri, terdengar begitu berat. Lalu samar-samar dia mendengar sebuah jeritan yang amat menyakitkan. Teriakan itu melengking, di dalamnya tersirat rasa sakit dan kesedihan yang mendalam.
Untuk sesaat, Kayra tidak berani menatap ke bawah. Tidak siap melihat tubuh siapa yang terbaring tak berdaya di bawah kakinya. Dia tidak tahu anggota Malfoy yang mana yang akhirnya memutuskan mengorbankan nyawanya. Yang pasti, nyonya keluarga itu masih hidup. Karena teriakan yang menyakitkan itu adalah miliknya.
Opsi untuk menebak siapa yang terkapar lemas di lantai hanya dua, Draco Malfoy atau Lucius Malfoy.
Dan Kayra bahkan tidak berani menebak salah satu di antara mereka. Dia tidak tahu apakah Draco yang mengorbankan nyawanya atau malah pamannya. Tapi kalau memikirkan bahwa sejak tadi Lucius ada di bawah pengaruh Kutukan Imperius, mustahil dia akan menolong. Opsi yang tertinggal hanyalah--Draco Malfoy.
Memikirkan itu, Kayra lantas merasakan sesak di dadanya. Dia jadi sedikit kesulitan untuk bernapas. Tubuhnya membeku dan matanya mulai memanas. Dalam waktu yang begitu singkat dan cepat, bayangan tentang bagaimana Draco terkapar di hadapannya terlintas begitu saja. Lantas dengan begitu, air matanya jatuh tanpa di minta.
Kayra belum memastikan siapa yang tertena Kutukan Pembunuh menggantikannya, namun hanya dengan memikirkannya saja, Kayra merasa amat bersalah. Selama memikirkan itu, dia kembali mendengar teriakan penuh pilu milik Narcissa. Wanita itu telah melewati Kayra beberapa detik yang lalu, bersimpuh pada kakinya di lantai sambil memeluk erat tubuh kaku itu.
Ingin sekali Kayra memeluk bibinya itu, menenangkannya sebisa mungkin. Hanya saja ia sama sekali tidak sanggup bahkan untuk menoleh ke bawah. Tubuhnya benar-benar masih membeku, tidak bergerak seinci pun.
Kayra takut, bagaimana kalau tubuh kaku itu adalah milik Draco Malfoy? Laki-laki yang harusnya dia jaga dengan taruhan nyawanya sendiri. Apa yang akan dia katakan pada Narcissa nantinya?
Dengan susah payah, Kayra berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Dia harus sadar sekarang, siapa pun yang akan dia lihat di bawah kakinya itu, dia janji akan melindungi yang tersisa. Dan kalau dia bisa dan mendapatkan kesempatan, akan dia balas kematian orang itu. Meski harus membunuh ibunya sendiri.
Toh, Bellatrix tidak pernah benar-benar menjadi ibunya. Dia hanya sibuk dengan dunia gelapnya, bahkan rela membuang anaknya sendiri. Dia lebih memilih berpihak pada Voldemort dari pada menyelamatkan keluarganya. Kalau harus di istilahkan, harus di sebut apa Bellatrix itu?
Persetan. Kayra tidak lagi peduli.
Kemudian dengan perasaan yang belum sepenuhnya siap, Kayra menoleh ke bawah dengan perlahan. Tampak jelas tubuh kaku yang terbalut pakaian hitam itu dalam pelukan Narcissa.
Dengan tubuh yang bergetar, dia perlahan melangkahkan kaki. Sampai akhirnya Kayra berhenti tepat di sebelah Narcissa. Kakinya mendadak jadi lemas dan dia jatuh terduduk. Entah perasaan apa yang harus dia rasakan ketika melihat tubuh kaku dalan pelukan Narcissa.
Saat itu Kayra sadar, seberapa buruknya kelakuan pria itu, dia tetap amat di cintai oleh istrinya.
Kayra ingin menenangkan Narcissa, namun ketika dia menoleh pada Draco, laki-laki itu terlihat sama terpukulnya. Draco hanya membeku di tempatnya, memandang dengan tatapan yang kosong. Jadi akhirnya, walau masih merasa begitu lemas, Kayra berusaha untuk berdiri. Kemudian menghampiri Draco.
"Draco..." panggil Kayra dengan nada pelan. Namun Draco hanya bergeming, tidak membalas bahkan menoleh padanya sedikit pun.
Sekali lagi Kayra memanggil nama laki-laki itu dan bergerak menyentuh pipi tirusnya. "Draco, kau--"
Ucapan Kayra terhenti karena Draco tiba-tiba menyentuh tangannya, kemudian menatap tepat di kedua matanya. Ada hening beberapa saat sebelum akhirnya Draco membuka suara. "Maafkan aku, Kayra."
Perkataan itu lantas membuat Kayra mengernyit bingung, tidak mengerti dengan maksud ucapan Draco. Mereka saling tatap untuk beberapa saat, menikmati momen yang terlalu jarang terjadi. Dan entah apa yang salah dengan dirinya, mendadak Kayra merasa gugup saat beradu tatap dengan pemuda berambut pirang itu.
Tatapan mereka hanya sesaat, tapi mampu membuat jantung Kayra berdegup cukup kencang. Lalu setelahnya, Draco melangkah meninggalkan Kayra. Awalnya Kayra pikir dia akan menghampir ibu dan ayahnya. Namun ternyata dia malah kembali menodongkan tongkatnya pada Bellatrix.
Saat melihat itu, Kayra tahu bahwa dia bukan Draco Malfoy yang Kayra kenal. Auranya berbeda. Kalau dalam film-film muggle yang biasa Kayra tonton, saat ini pasti sudah ada semacam asap hitam menyelimuti tubuh Draco. Dia terlihat seperti benar-benar akan membunuh Bellatrix.
"Oh, kau ingin melawanku lagi, Draco?" Bellatrix melemparkan pertanyaan itu dengan senyuman sinis yang menyebalkan. Namun Draco tidak bereaksi, wajahnya datar saja. "Tidak puas, ya?"
"Tidak sampai aku membunuhmu."
Entah mengapa, Kayra tiba-tiba tercekat. Perkataan Draco begitu dingin dan Kayra mendadak takut. Anggap saja dia tidak siap melihat pembunuhan kedua terjadi hanya beberapa menit setelah yang pertama.
"Silahkan, kalau kau bisa."
Draco hanya diam. Kemudian dengan gerakan yang begitu cepat, dia melemparkan berbagai macam mantra. Tidak ada celah yang dia berikan pada Bellatrix untuk membalas mantranya. Wanita itu hanya sibuk menangkal setiap mantra yang Draco lancarkan. Wajahnya yang tadi meremehkan berubah menjadi kewalahan.
Kalau tadi Draco hanya terus melangkah mundur, kini malah Bellatrix yang melakukannya. Draco tidak peduli tentang status Bellatrix yang masih menjadi keluarganya. Toh, wanita itu dengan mudahnya membunuh ayahnya. Jadi untuk apa memikirkan hubungan keluarga saat ini?
Sampai akhirnya ketika wanita itu benar-benar terpojok, Draco membuatnya membeku di tempat--Mantra Petrificus Totalus. Ketika akan melancarkan serangannya yang terakhir, Draco menghentikan gerakan tongkatnya di udara.
"Tutup matamu, Kayra. Dan tolong jangan membenciku."
Setelah mengatakan hal itu, Draco melemparkan mantra terakhirnya. Mantra yang akhirnya merubah Bellatrix menjadi abu.
Dan dalam kilasan yang begitu singkat itu, Kayra meneteskan air matanya tanpa sadar. Hari ini, dia resmi kehilangan ibu kandungnya.
Sengaja nulisnya pendek, biar ga bertele tele. Ntar pada bosen lagi bacanya, hehe. Nulisnya bentar doang nih, satu setengah jam. Bau bau mau ending udah dekat nih. Kira kia bakal sad ending apa happy ending ya gais? Kalian pasti bisa nebak lah ya. Udah pokoknya terima kasih buanyaaaaaak buat kalian yang udah baca, komen, plus vote cerita ini. Sampai ketemu lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
FanfictionHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...