Sebuah bangunan megah berdiri di depan Kayra, di kelilingi hutan lebat dengan sebuah pagar tinggi membatasi jalan masuk ke dalam. Kayra tidak tahu bagaimana penampakan bangunan ini di siang hari, tapi untuk malam hari, Kayra akui manor ini mirip seperti rumah hantu. Mungkin Kayra tidak akan tahan tinggal dalam waktu yang lama di manor ini kalau saja dia jadi Draco.
Sudah berkali-kali Kayra meneguk ludahnya, menarik napasnya dalam-dalam. Mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam, tapi dia sama sekali tidak siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Tidak berbeda jauh dengan Kayra, Draco juga tampak masih enggan melangkahkan kakinya mendekati pagar besi di depan sana.
Sejak tadi Draco hanya memandang manor tanpa berniat untuk masuk ke dalam. Kayra tahu, Draco pasti sedang ketakutan sekarang. Entah apa yang menunggu mereka di dalam sana, baik atau buruk. Ini seakan menyerahkan diri mereka pada kematian. Tapi seorang ibu tidak mungkin membawa anaknya ke dalam bahaya, kan? Ini mungkin bukan sebuah jebakan.
"Draco," Kayra memanggil laki-laki itu pelan. Mereka sudah di sini, mereka harus masuk ke dalam. Kalau ini bukan jebakan seperti yang mereka sangka, mereka harus bergegas sebelum tempat ini di kelilingi oleh Pelahap Maut lainnya.
Draco tidak menjawab, tapi dia mulai melangkahkan kakinya perlahan mendekati gerbang. Dengan jantung yang berdegub kencang, Kayra mengikuti langkah Draco di belakangnya. Ketika mereka mendekati pagar, pintu gerbangnya terbuka dengan sendirinya. Mungkin karena itu Draco, biar bagaimana pun dia termasuk pemilik manor.
Mereka terus melangkah melewati lorong panjang sampai tiba di depan pintu manor. Belum sempat Kayra kembali menarik napasnya, pintu di depan mereka terbuka. Menampakkan lorong panjang yang bahkan lebih gelap dari langit malam itu.
"Tetap di belakangku," kata Draco sebelum melangkah masuk ke dalam manor.
"Tapi aku yang harus--"
"Jangan membantah."
Dengan begitu, Kayra lantas diam. Memilih menuruti apa yang Draco katakan dan masuk ke dalam manor. Kayra sering berjalan-jalan di dalam Hogwarts dalam kegelapan, tapi dia tidak pernah merasa begitu ketakutan seperti sekarang ini. Padahal bisa di bilang, lebih banyak hantu di Hogwarts dari pada di manor ini. Tapi tempat ini terasa amat mencekam.
Kayra bahkan sampai memegang ujung jas Draco dari belakang, memastikan dirinya tidak tertinggal. Ini rumah tapi tidak terasa seperti rumah, serius. Kayra tidak pernah memasuki rumah seseram ini.
"Mother?" Draco memanggil pelan ketika kami keluar dari lorong yang gelap itu. Ruangan yang sedang kami masuki ini tampak sama gelapnya, tapi berkat sinar bulan yang menembus jendela, Kayra bisa melihat banyak kursi berlengan di tengah ruangan.
"Ini aku, Draco." Kata Draco sekali lagi, memberitahu keberadaannya pada ibu atau ayahnya atau siapa pun yang ada di dalam rumah itu.
Kayra merasa waspada, takut tiba-tiba mereka di serang oleh Pelahap Maut atau sebagainya. Tapi matanya tidak bisa lepas dari berbagai peralatan dalam rumah itu. Ada banyak pajangan di atas lemari di sudut ruangan, pajangan yang terlihat sangat mahal. Banyak lukisan-lukisan yang tidak pernah Kayra lihat sebelumnya.
Kadang Kayra merasa bahwa benda-benda yang dia lihat bukan sembarang benda, seperti menyimpan sesuatu yang mengerikan di baliknya. Mungkin karena itu, Kayra merasa bahwa rumah ini tidak seperti rumah pada umumnya.
"Mother!"
Kayra lantas tersadar dari lamunannya ketika Draco berseru cukup keras. Dia menoleh ke depan, tapi tidak ada siapa pun di sana. Rumah ini seperti kosong, tidak berpenghuni. Tapi kalau memang begitu, tidak mungkin Narcissa ingin bertemu di sini. Untuk apa dia menyuruh Draco datang kalau dia sendiri berujung meninggalkan rumah?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
FanfictionHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...