Kayra membuka matanya ketika mendengar tiga ketukan di pintu kamarnya. Dia masih lelah sebenarnya tapi perutnya juga butuh untuk di isi. Jadi akhirnya dia bangun dari tidurnya, duduk mengumpulkan kesadaran di tepi ranjang. Dia harus membersihkan diri karena sekarang tubuhnya lengket sekali. Maklum, seharian ini dia belum mandi sama sekali. Apalagi di tambah berlarian yang tentu mengeluarkan banyak keringat dan terjebak dalam debu reruntuhan bangunan.
Jadi setelah kesadarannya terkumpul sempurna, Kayra bergerak menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Kamar mandi itu memang sengaja di bangun di dalam kamar, agar memudahkan Kayra ketika membutuhkannya. Tidak perlu harus turun ke lantai dasar dan pergi ke kamar mandi yang ada di dapur.
Suara air terdengar dari dalam kamar mandi, menandakan bahwa aktivitas mandi Kayra sudah di mulai. Biasanya dia tidak membutuhkan waktu yang begitu lama untuk mandi. Hanya sekitar lima belas sampai dua puluh menit saja. Tapi berhubung kali ini kasusnya berbeda, mungkin Kayra akan menghabiskan waktu lebih lama dari biasanya.
Dia baru keluar dari dalam kamar mandi ketika bibinya mengetuk pintu, menyuruhnya untuk cepat. Kayra juga di minta untuk membangunkan Draco yang katanya tertidur begitu pulas. Draco memang begitu, terakhir kali juga Kayra mengalami hal yang sama.
Jadi setelah dia menyelesaikan aktivitas mandinya, memakai pakaian yang santai, Kayra berjalan menuju kamar Draco. Kamar yang Draco tempati itu kamar tamu, biasanya untuk kerabat jauh yang bertamu kemudian ingin menginap.
Kayra membuka pintu kayu polos kamar tempat Draco beristirahat. Perlahan masuk ke dalam dan mendapati laki-laki itu masih terlelap dalam tidurnya. Kayra mendekati Draco, sedikit tidak tega membangunkannya karena dia terlihat begitu lelap. Tapi Draco juga butuh makan, jadi Kayra harus membangunkannya.
"Draco," panggil Kayra menepuk pipi laki-laki itu pelan, mencoba membangunkannya selembut mungkin agar tidak membuat Draco kesal.
Tapi Draco sama sekali tidak bergerak, dia seperti orang yang sedang pingsan. Ketika Kayra menepuk pipi Draco lebih keras, dia sadar kalau laki-laki itu tampak berbeda ketika sedang tidur. Terlihat seperti orang yang tidak menyebalkan dengan karakter yang tenang. Sejenak, Kayra mengagumi pahatan wajah Draco yang tampak sempurna di matanya.
Mungkin itu sebabnya dia di juluki Pangeran Slytherin. Kayra akui, Draco itu tampan tapi karakternya sangat tidak menyenangkan. Biar bagaimana pun, Kayra tetap seorang gadis pada umumnya. Yang bisa mengagumi sosok laki-laki seperti Draco.
Tidak ingin tenggelam dalam pesona laki-laki berambut pirang di hadapannya itu, Kayra menggoncangkan bahu Draco pelan.
"Bangun, Draco." Katanya dengan suara agak lebih keras dari sebelumnya.
"Kau harus makan kalau tidak ingin mati." Sekali lagi, Kayra menggoncangkan bahu Draco, berharap laki-laki itu terbangun.
Tapi hanya erangan kecil yang keluar dari mulut laki-laki itu. Draco bergerak tapi sama sekali tidak membuka matanya. Malah semakin menarik selimutnya ke atas.
Kayra menghela napas, membangunkan Draco ternyata sama susahnya. Semua tentang Draco memang selalu susah.
"Draco! Bangunlah! Kita harus makan." Kayra masih berusaha membuat Draco terjaga dari tidurnya. Menepuk pipinya berkali-kali sampai akhirnya Draco membuka matanya.
Kayra dapat melihat jelas bahwa Draco masih lelah, tapi tetap saja, mereka harus makan. Dan menatap mata Draco sedekat ini membuat Kayra sadar, mata laki-laki itu amat mempesona. Manik abu-abunya seakan menghipnotis setiap orang yang melihatnya.
"Aku lelah, Avereen. Berhenti menggangguku," katanya dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.
"Tapi kau harus makan, bodoh!" seru Kayra kesal. Dia menegakkan punggungnya, tidak ingin larut dalam manik abu-abu milik Draco.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
FanfictionHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...