09 - Muggle Region

1.2K 121 7
                                    

Kamar sederhana yang di cat sama dengan tampilan luar rumah menyapa penglihatan Kayra. Dia di minta untuk beristirahat sebentar di ruangan ini selama Draco di obati di kamar sebelah.

Ini kamarnya, dan Kayra memang tinggal di sini. Kalau liburan semester tiba, Kayra akan pulang ke rumah ini. Bukan ke rumah orang tuanya. Karena pada kenyataannya, Kayra tidak pernah mengenal kedua orang tuanya. Paman dan bibinya pun tidak pernah bercerita apapun tentang orang tuanya. Makanya Kayra juga enggan untuk bertanya.

Kayra merebahkan dirinya di kasur, mengistirahatkan tubuhnya yang beberapa jam terakhir terlalu banyak bergerak ekstra. Belum lagi di tambah dengan ledakan yang di sebabkan oleh Pelahap Maut tadi.

Matanya menatap langit-langit kamar yang terang, di karenakan sinar matahari menembus tirai yang menutupi jendela. Dalam lamunannya itu, Kayra kembali memikirkan ucapan bibinya beberapa saat yang lalu.

Seingat Kayra, ini pertama kalinya Draco datang ke rumah ini. Kali pertama Draco bertemu dengan paman dan bibinya. Tapi kenapa bibinya seperti mengenal Draco? Bahkan nama lengkap laki-laki itu pun bibinya tahu. Keluarga Malfoy seterkenal itu, kah? Atau karena rambutnya yang pirang?

Kayra tidak mengerti sama sekali. Bahkan Draco pun tampak kebingungan ketika bibi Kayra mengenalinya. Mungkin Kayra harus bertanya pada bibinya nanti. Dia tidak ingin tenggelam dalam rasa penasaran.

"Kayra?" suara sang bibi akhirnya terdengar, memasuki kamar dengan perlahan sambil membawa kotak obat di tangannya.

Kayra menarik dirinya untuk duduk di kasur dengan perlahan, tubuhnya juga masih sakit sama seperti Draco. Kemudian dia menatap bibinya yang sudah ikut duduk di tepi ranjang.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Kayra ingin memastikan kondisi Draco tidak parah.

"Tulang lengannya retak, tapi sudah ku perbaiki. Rusuknya juga patah, tapi kau tidak perlu cemas lagi. Dia sedang tidur sekarang," kata bibinya kemudian mengeluarkan beberapa kapas dari dalam kotak obat itu. Berniat mengobati wajah Kayra yang memiliki banyak luka lecet.

"Baguslah."

"Apa yang terjadi pada kalian? Kenapa mendadak muncul dengan keadaan kacau begini?"

Kayra menghela napasnya pelan. "Dia di buru oleh Pelahap Maut, bibi. Dan aku di minta untuk menjaganya, tidak tau apa alasannya. Lalu kami tiba-tiba terkena ledakan saat ingin ber-apparate. Makanya ku bawa dia ke sini," Kayra menjelaskan dengan pelan.

"Kenapa dia bisa di buru oleh Pelahap Maut?" tanya wanita itu heran. Dia rasa, Draco tidak akan mungkin di buru oleh Pelahap Maut. Karena pada dasarnya, keluarganya merupakan pengikut Pangeran Kegelapan.

"Aku tidak tau, bibi. Aku hanya di minta untuk menjaganya dari ancaman Pelahap Maut dan juga Pangeran Kegelapan. Aku tidak bertanya soal alasannya."

Kayra memang lupa menanyakan soal hal itu, yang dia tahu, dia hanya harus menjaga Draco agar tidak di Avada Kedavra oleh Pangeran Kegelapan. Dia hanya tahu bahwa keselamatan Draco sedang terancam, tidak tahu soal apa yang membuat hal itu bisa terjadi. Mungkin dia akan menanyakannya pada Draco nanti.

"Siapa yang memintamu melakukan itu?"

Kayra mendapati kecemasan dalam raut wajah bibinya. Dia mengerti, tidak mungkin bibinya tidak cemas jika keponakannya sedang menantang maut. "Salah satu profesorku di sekolah, Profesor Snape."

Gerakan tangan bibinya terhenti sejenak setelah mendengar nama Snape di sebut. Tapi tidak lama kemudian, dia kembali melanjutkan membersihkan luka-luka di wajah Kayra.

"Kenapa tidak kau tolak saja, nak? Kau tau itu berbahaya, kan?"

"Aku ingin menolak, tapi profesor itu tidak memberiku pilihan untuk menolak. Katanya, kalau aku tidak melakukan tugas ini dengan baik, maka aku juga akan mati." Kayra memelankan suaranya. Mendadak cemas dengan tugas yang sedang dia jalani ini. Bagaimana kalau ini tidak berhasil? Bagaimana kalau dia hanya akan berakhir di hadapan Pangeran Kegelapan bersama dengan Draco?

𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang