12 - Possibility

1K 105 2
                                    

"Avereen! Hei, buka pintunya!" Seruan Draco terdengar dari balik pintu kamar Kayra. Memecah keheningan pagi yang cerah itu. Laki-laki bersurai pirang itu mengetuk pintu kamar Kayra dengan tidak sabar, lebih mirip seperti gedoran.

"Avereen! Kau ini tuli, ya?!" Draco kembali berseru, makin meninggikan suaranya agar Kayra keluar dari dalam kamar.

"Kau berisik sekali! Ini masih pagi, Draco!" Kayra membuka pintu kamarnya kasar. Sampai-sampai pintu itu membentur dinding dan menimbulkan suara yang agak keras.

Draco terlonjak sedikit, tapi cepat-cepat memasang wajah kesalnya lagi. "Aku memanggilmu dari tadi tapi kau tidak keluar! Siapa yang tidak kesal?!"

Kayra menghela napasnya, dia hanya ingin terhindar dari segala ocehan Draco satu hari saja. "Kau harus belajar menahan emosimu!"

"Tidak usah menasehatiku! Aku tidak akan kesal kalau kau tidak berulah! Asal kau tau saja, aku masih kesal karena kau meletakkan bajuku di sembarang tempat!" Draco menekan kata baju, seakan mengisyaratkan bahwa dia sama sekali belum melambaikan bendera perdamaian pada Kayra.

Dan Kayra tidak peduli. Gadis itu hanya menggeleng kemudian turun ke lantai dasar. Kalau di lihat-lihat dari keadaan rumah yang sepi, Kayra menyimpulkan bahwa dia hanya berdua dengan Draco sekarang. Paman dan bibinya mungkin sedang berada di tempat kerja masing-masing.

Kayra berjalan menuju dapur, tujuannya tentu saja ingin mengisi perutnya yang lapar dengan menu sarapan buatan bibinya. Ketika membuka tudung meja makan, Kayra hanya mendapati roti cokelat di atas meja. Mungkin bibinya buru-buru makanya hanya bisa menyiapkan roti cokelat.

Tanpa memedulikan Draco yang mengekorinya dari lantai dua, Kayra duduk di meja makan setelah mengambil sekotak susu dari dalam kulkas. Draco juga ikut duduk, menatap empat potong roti cokelat dengan tatapan bingung. Seakan bertanya, hanya ini sarapannya?

Tapi Kayra tidak berniat menerjemahkan tatapan Draco itu dan langsung menyantap roti cokelat di atas meja. Makan dengan lahap sambil membaca koran muggle yang terletak di atas meja.

"Kau tidak berniat membagi susu itu denganku?" Draco bertanya dengan nada yang agak di paksakan.

Kayra menoleh, "ambil saja sendiri di kulkas kalau kau mau," katanya kemudian kembali membaca koran.

Draco berdecak, tapi berakhir bangkit dari kursinya. Mengambil susu untuknya sendiri di dalam kulkas. "Kapan kita pergi dari sini?" tanya Draco setelah kembali duduk di kursinya.

"Kenapa? Kau tidak suka berada di lingkungan muggle seperti ini?" Kayra berkata dengan nada menyindir, namun tetap fokus membaca korannya.

"Lagi pula untuk apa kita berlama-lama di tempat ini?"

"Harusnya kau bersyukur karena ku bawa kemari! Aku yakin mereka tidak akan mengejarmu sampai ke sini."

"Bagaimana kalau mereka tiba-tiba muncul lalu kembali meledakkan rumah ini seperti sebelumnya?"

Mendengar itu, Kayra lantas memukul Draco dengan koran yang dia baca. Memandang laki-laki itu dengan kesal karena berbicara sembarangan, tanpa berpikir lebih dulu. Bisa-bisanya dia mendoakan rumah ini di ledakkan seperti bangunan sebelumnya. Dia pikir bangun rumah itu murah dan mudah?

"Kenapa memukulku, sih?!" seru Draco tidak terima sambil mengelus pipinya yang agak perih.

"Makanya jaga ucapanmu, bodoh! Bisa-bisanya kau mengharapkan rumah ini fi ledakkan."

"Aku hanya mengatakan apa yang mungkin terjadi! Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya, kan?"

Dalam hatinya Kayra membenarkan ucapan Draco. Dia juga berpikir seperti itu. Tidak ada yang tahu apa yang akan menimpa mereka kedepannya. Tidak ada yang tahu bagaimana nasib mereka nanti. Mungkin saja sekarang ini mereka sedang di cari oleh Pelahap Maut di berbagai tempat. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa mereka akan sampai ke dunia muggle.

𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang