20 - A Letter

923 106 9
                                    

Mungkin Kayra harus berterima kasih pada Draco karena membawa mereka ke tempat yang bisa di bilang nyaman untuk di tinggali, di pinggir sebuah danau besar yang tidak pernah Kayra datangi. Tempat ini sudah masuk ke dalam wilayah dunia sihir. Kalau kata Draco, tidak banyak orang yang berkunjung karena banyak hewan buas di sekitar sini. Tapi Kayra tetap senang karena pemandangan di sini sangat indah.

Kekesalannya terhadap Draco karena terus diam sepanjang perjalanan mereka ke tempat ini juga jadi menghilang. Belakangan ini laki-laki itu memang jarang sekali berbicara, tiba-tiba menjadi orang yang sangat pendiam. Kayra tidak tahu apa sebabnya, tapi itu di mulai ketika mereka pulang dari kedai beberapa hari yang lalu.

Kayra tidak ingin bertanya karena mungkin itu hanya akan membuat situasi menjadi lebih rumit lagi. Jadi Kayra memilih untuk membiarkan Draco melakukan apa yang dia inginkan.

Tapi walau begitu diam, laki-laki itu mendadak lebih perhatian. Dia membawakan tas punggung Kayra selama perjalanan kemari--walau mereka ber-apparate sebenarnya. Draco juga yang mendirikan tenda serta melakukan Mantra Perlindungan di sekitar tempat mereka menginap. Untuk sesaat, Kayra jadi memikirkan perkataan Draco saat di kedai waktu itu : Jangan terluka saat menolongku lagi nanti.

Mungkin Draco merasa bersalah karena Kayra harus di rawat di rumah sakit akibat luka sobek di lengannya. Padahal sebenarnya, Kayra tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Setidaknya dia masih hidup sampai detik ini, itu sudah lebih dari cukup.

"Sedang apa di sini? Kau tidak dingin?" tanya Kayra menghampiri Draco yang sedang duduk di bawah pohon besar dekat tenda.

Draco menoleh sebentar, "tidak," kata Draco kelewat singkat.

Kayra hanya mengangkat kedua bahunya kemudian ikut duduk di samping Draco, memandangi hamparan danau di hadapan mereka saat ini. Walau belum memasuki musim dingin, tapi udara di sini cukup dingin menurut Kayra. Tapi Draco tampak tidak kedinginan sama sekali, mungkin karena dia memakai baju lengan panjang dan di baluti jas.

"Apa yang kau pikirkan?" Kayra berusaha membuka obrolan antara mereka.

"Tidak ada," kata Draco seakan menghindari topik obrolan apapun dengan Kayra. Dia hanya sedang dalam keadaan tidak ingin berkomunikasi. Lagi pula, seperti biasanya, sunyi bersama Kayra tidak pernah terasa canggung.

"Tidak ada tapi kau belakangan ini lebih diam dari biasanya," kata Kayra terdengar seperti sedang menyindir laki-laki di sampingnya itu.

"Bukankah harusnya kau senang karena aku tidak membuatmu kesal?"

"Senang, sih. Tapi itu juga agak mengganggu untukku, atau aku berbuat salah padamu? Katakan saja kalau memang iya." Walau pun agak ragu dengan itu, tapi mungkin saja Kayra memang memiliki kesalahan terhadap Draco yang tidak gadis itu sadari.

"Jawabanku tetap sama," jawab Draco membuat Kayra menghela napasnya. Percuma saja dia bertanya kalau jawaban Draco seperti itu. Kayra memang sudah menduganya, sih.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa. Tapi kalau ada yang perlu kau ceritakan, just tell me. I know it's hard, but you're not alone. We have each other," kata Kayra menepuk bahu Draco beberapa kali. Draco sepupunya, dan Kayra akan berusaha untuk memberi perhatian secukupnya.

Draco menatap Kayra sesaat, merasa tersentuh dengan apa yang di katakan oleh gadis itu. Draco bukan tipe orang yang mudah memperlihatkan perasaannya, apalagi kalau menyangkut kelemahannya. Tapi mendengar perkataan Kayra, dia merasa memiliki tempat untuk melampiaskan semuanya.

"Aku merindukan ibuku," kata Draco setelah hening selama beberapa saat. Dia memang merindukan ibunya, sangat. Tapi dia tidak bisa melihat ibunya, bahkan sekedar mengetahui kabar pun tampak mustahil. Dia cemas, takut terjadi hal-hal yang tidak dia inginkan.

𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang