27 - Avada Kedavra

888 87 5
                                    

Detik demi detik di lewati dengan saling melempar mantra pada satu sama lain. Lengan Draco yang tersayat makin berdarah karena terlalu banyak bergerak, wajahnya yang pucat juga makin pucat. Kepalanya sudah sedikit pening, akibat darahnya yang terus keluar sejak tadi. Tapi walau begitu, dia tetap menolak untuk menyerah.

Dia tidak akan mundur sementara Kayra juga sedang berjuang di sisinya untuk mengalahkan Bellatrix. Padahal gadis itu sudah beberapa kali terbanting karena terkena mantra dari ibunya. Beberapa memar menghiasi wajahnya yang sudah terlihat lelah.

Tidak terhitung waktu yang mereka habiskan untuk menangkal dan melemparkan setiap mantra yang ada. Berusaha mempertahankan nasib untuk tetap hidup walau di buru habis-habisan oleh orang tua mereka.

Sampai akhirnya mereka terpojok, tidak bisa melarikan diri lagi. Tongkat mereka tetap terangkat ke udara, namun mereka sudah bersiap untuk menerima resiko apapun. Entah itu terluka atau mati.

Kayra menelan ludahnya, menatap wajah Bellatrix begitu lekat. Ada perasaan takut bila saja ini adalah kali pertama sekaligus terakhir untuk dia melihat wajah ibunya. Jadi pandangannya tetap terfokus pada Bellatrix yang sedang tersenyum remeh.

Tidak berbeda jauh dengan Draco yang sudah panik sedari tadi, dia menatap ayahnya dengan penuh ketakutan. Sepertinya takdir yang di tuliskan untuknya memang seperti ini--mati di tangan ayahnya sendiri.

Dengan sorot mata dingin, Lucius menodongkan tongkatnya tepat di depan hidung Draco. Bersiap untuk membunuh anak tunggalnya itu dengan Mantra Avada Kedavra.

"Ucapkan selamat tinggal, anak-anak." Kata Bellatrix kemudian mengeluarkan tawa memuakkan miliknya.

Tidak ada yang membalas, keadaan begitu hening. Hanya napas memburu yang terdengar memenuhi ruangan itu. Ketegangan yang terjadi malah makin membuat Voldemort senang. Dia tersenyum menang melihat dua remaja itu terpojok.

"Selamat tinggal," ucap Bellatrix melambaikan tangannya pada Kayra dan juga Draco. Mengeratkan cengkeraman pada tongkat di tangannya, bersiap mengeluarkan salah satu Kutukan Tak Termaafkan.

Kayra sudah menutup kedua matanya ketika melihat Bellatrix menarik napas panjang. Ketakutan hebat lantas menyapa dirinya. Tidak siap menerima akhir hidupnya yang seperti ini. Dan dalam keadaan itu, Kayra merasa tangannya menghangat. Tanpa membuka matanya, Kayra tahu bahwa Draco sedang menggenggam tangannya.

Dan lagi-lagi, perasaan bersalah itu datang. Ingin sekali dia mengucapkan kata maaf pada Draco, tapi lidahnya kelu. Dia tidak memiliki tenaga bahkan untuk mengucapkan satu kata itu saja.

Sementara Bellatrix memandang senang dua mangsanya yang sedang ketakutan itu. Mulutnya terbuka, kali ini dia akan benar-benar membunuh dua orang di hadapannya itu.

"Impedimenta!" seruan itu tiba-tiba terdengar ketika Bellatrix baru saja ingin mengucapkan mantranya. Tubuhnya bergerak begitu lambat, menatap sosok pelempar mantra yang menghampiri mereka.

Itu Narcissa. Wanita yang sejak tadi hanya bergetar di sudut ruangan kini bergabung untuk membantu anak dan keponakannya itu. Dia berdiri tepat di depan mereka berdua, menghadang pandangan Bellatrix dan Lucius. Kemudian dengan sekali libasan tongkat, dia membuat Bellatrix terlempar ke belakang.

"Jangan sentuh mereka!" seru Narcissa marah, walau suaranya terdengar bergetar. Persetan dengan status Bellatrix sebagai kakaknya, dia tidak akan membiarkan Draco dan Kayra di bunuh tepat di depan matanya.

"Lucius, aku mohon sadarlah! Kau ingin membunuh anakmu sendiri? Lebih baik aku yang kau bunuh!"

Mendengar itu, Draco langsung menatap ibunya. Dadanya sesak melihat Narcissa yang sangat putus asa. Semakin sesak ketika menyadari bahwa ayahnya sama sekali tidak berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri.

"Jangan biarkan dia memengaruhimu! Aku mohon, kembalilah." Narcissa berkata lirih. Matanya berkaca-kaca, berusaha menahan tangisnya.

Entah perkataan Narcissa berhasil memengaruhi Lucius atau Lucius hanya ingin mengelabui mereka, yang jelas Mr. Malfoy Senior itu mendadak diam di tempatnya. Walaupun pandangannya kosong, tapi dia menatap tepat di kedua netra istrinya.

"Lucius..."

Lucius kembali bergeming, namun tangannya yang tadi terangkat ke udara sekarang perlahan turun. Ada sedikit harapan dalam hati Narcissa dan juga Draco ketika melihat itu. Hanya saja mereka tidak boleh lengah, siapa tahu itu hanya sebuah tipuan.

Mereka hanya saling tatap satu sama lain untuk beberapa saat. Dalam tatapan yang begitu dalam, Lucius seakan menyadari bahwa dirinya yang sekarang bukanlah dirinya. Dia perlahan mengenali siapa sosok yang ada di hadapannya. Walau masih samar, tapi wajahnya perlahan melunak.

Namun belum sempat dia benar-benar sadar, Bellatrix kembali berulah.

"Sialan!" seru wanita berambut hitam keriting itu marah. Dia bangkit dari jatuhnya dan langsung mendorong Lucius. Dalam kemarahan yang membuncah, dia mengangkat tongkat dan melayangkan mantra yang sudah sejak tadi ingin dia keluarkan.

Sekali lagi, semua kejadian itu bergerak lambat dalam indera penglihatan Kayra. Gadis itu menahan napasnya, menatap kilatan hijau itu bergerak begitu pelan menghampiri mereka. Pikirannya kosong, tubuhnya bergetar hebat, dan jantungnya berdegub sangat kencang.

Apa yang harus dia lakukan?

Hanya pertanyaan itu yang bergema di dalam kepalanya. Bersamaan dengan itu, dia bisa merasakan tangan Narcissa melingkar di pinggangnya, membawanya ke belakang punggung wanita itu. Narcissa menjadi tameng--untuk Kayra juga untuk putranya.

Wanita itu tidak takut, tidak untuk mati. Dia hanya takut meninggalkan putranya sendirian. Hanya saja, mungkin sekarang ketakutannya akan sirna. Ada sosok yang akan menjaga putranya yang nakal itu, sosok yang dia lindungi di balik punggungnya juga.

Sama seperti Kayra, kilatan hijau yang menyilaukan itu bergerak begitu lambat ke arahnya. Matanya memejam, siap menerima hantaman mantra kejam itu pada tubuhnya.

Keadaan di sekitar begitu sunyi, tidak ada suara apapun--bahkan desir angin. Telinga Kayra menuli, otaknya buntu. Dalam ketakutan yang dia rasakan, dalam sekian detik kesempatan yang dia punya, gadis itu melangkah maju. Dengan keputusan yang sudah dia timbang sejak tadi dan sekarang sudah menjadi bulat, Kayra membalik posisinya dan Narcissa.

Tidak ada yang terlintas dalam pikirannya saat itu kecuali menyelamatkan Narcissa juga Draco. Dia tidak lagi peduli pada keselamatan dirinya sendiri. Karena sejak awal--sejak dia membantu Draco keluar dari Hogwarts--tidak akan ada lagi kata selamat dalam hidupnya.

Dan tepat ketika rasanya semua keadaan kembali normal, dapat terdengar dengan jelas sesuatu ambruk di lantai. Terbujur kaku dan tidak lagi bernapas.

 Terbujur kaku dan tidak lagi bernapas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah update lama, dikit pula. Ya author agak jahat emang yak, gapapa deh ga di temenin. Tapi sumpah, tiba tiba mampet padahal dikit lagi tamat. Kan ngeselin yak haduuuhh. Pokoknya maafkan aku ya kalian semuanyaaaaa. Sayang banget sama kalian yang masih nunggu aku update. I lopyu so maaaaaachhhhh.

𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang