Draco tidak tahu pukul berapa Kayra tertidur, yang jelas dia pasti tidur larut malam. Karena sampai sekarang, gadis itu masih terlelap di balik selimut tipisnya. Draco tidak berniat membangunkan Kayra walau sarapan milik gadis itu sudah hampir dingin di atas meja. Soalnya, Kayra tampak sangat nyenyak dalam tidurnya.
Jadi pada akhirnya, Draco hanya duduk di kursi sambil menatap ke luar jendela. Langit di luar tampak mendung, awan hitam tampak dengan jelas menutupi langit. Beberapa kali terdengar bunyi gemuruh kecil di langit, tapi belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan turun.
Walau hujan belum turun, cuaca hari ini lumayan dingin. Tapi dinginnya siang itu bisa sedikit teratasi dengan baju lengan panjang yang Draco gunakan. Draco memang selalu memakai lengan panjang, belakangan ini alasannya karena dia tidak ingin tanda Pelahap Maut-nya terlihat.
Kadang Draco merasakan sedikit penyesalan karena bergabung sebagai pengikut Pangeran Kegelapan. Tapi dia tidak punya pilihan lain selain ikut bergabung. Apalagi ketika ayahnya di tahan di Azkaban, suka tidak suka, Draco harus turun untuk menggantikan beliau. Walau itu bukan keinginannya pribadi.
Tahun lalu semuanya terasa sulit untuknya, dunianya seakan makin gelap. Mungkin orang-orang menganggapnya jahat atau yang lainnya. Tapi jauh dalam dirinya, Draco sebenarnya tidak sejahat itu. Dia hanya terlahir dan di besarkan oleh ayah yang keras. Kasih sayang ibunya yang membuat Draco dapat bertahan sampai hari ini.
Netra abu-abu milik Draco tidak berkedip sedikit pun ketika bunyi gemuruh lumayan besar pecah di langit. Bersamaan dengan bunyi itu, hujan perlahan turun membasahi bumi. Membuat hawa semakin dingin di dalam kamar rawat itu. Suasana yang mendukung untuk membiarkan keributan di kepala Draco keluar. Bahkan dia mungkin bisa mendengar suara-suara itu di telinganya sendiri.
Satu per satu rintik hujan mulai membasahi jendela yang sedang Draco tatap, mengalir turun sampai jatuh ke tanah. Dengan tenang, Draco mengamati lelehan air hujan yang jatuh. Untuk sesaat, mungkin Draco bisa merasakan apa itu ketenangan. Dia begitu menikmati suasana saat erangan kecil Kayra membuatnya menoleh.
Gadis itu sudah terbangun dan sedang berusaha untuk mendudukkan dirinya di atas ranjang. Melihat Kayra agak kesusahan untuk bangun, Draco akhirnya membantu gadis itu.
"Pukul berapa sekarang?" tanya Kayra sambil mengusap wajahnya. Jujur saja, dia masih ingin tidur, tapi guntur beberapa saat yang lalu membuatnya tidak lagi bisa terlelap.
"Setengah dua belas," kata Draco setelah melihat jam dinding klasik yang terletak di tengah kamar rawat itu.
"Kenapa tidak membangunkanku dari tadi?" Kayra merasa bahwa dia bangun terlalu siang walau tidurnya terlalu malam. Walau sepertinya tidak masalah karena statusnya adalah seorang pasien sekarang ini.
"Kau terlihat nyenyak sekali, makanya tidak ku bangunkan." Kata Draco kemudian kembali menatap ke luar jendela, memilih menikmati hujan yang turun.
Kayra hanya menguap lebar sebagai tanggapan atas perkataan Draco barusan, kemudian ikut menatap ke luar jendela. Kayra tersenyum samar, saat hujan turun adalah salah satu waktu favoritnya. Dia suka aroma petrikor, suka merasakan hujan dengan telapak tangannya. Kalau di Hogwarts dulu, Kayra sering duduk di dekat jendela asramanya untuk menikmati hujan.
Dalam keheningan di antara mereka berdua, Kayra diam-diam menatap Draco. Laki-laki itu tampak menatap hujan yang jatuh dengan tatapan kosong. Tapi kalau boleh jujur, pemandangan di depannya ini terlihat begitu indah. Melihat bagaimana tenangnya raut wajah Draco, netra abu-abunya yang tampak fokus, serta deru napasnya yang teratur. Kalau tidak ingat tentang status hubungan mereka, mungkin Kayra bisa jatuh cinta pada pesona Draco dengan begitu mudah.
Lama Kayra memandang sampai akhirnya Draco menoleh, beradu pandang dengannya. Untuk sesaat, mereka hanya saling diam. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar ketika tatapan mereka bertemu. Seperti sama-sama mengagumi keindahan mata masing-masing. Dan semua momen itu, Kayra rekam dalam ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
FanfictionHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...