Dari jendela kamar tempat dia di rawat, Kayra bisa melihat bahwa langit di luar makin gelap. Artinya hari sudah malam. Dan sejak tadi dia hanya terbaring di ranjang rumah sakit tanpa melakukan apapun. Tubuhnya sudah lebih baik setelah seharian beristirahat. Hanya saja lengannya masih sedikit nyeri untuk di gerakkan. Tapi setidaknya dia bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kayra sempat pergi ke toilet, walau dia berakhir di ceramah oleh Penyembuh yang merawatnya. Penyembuh itu mirip sekali seperti Madam Pomfrey, suka menceramahi pasiennya. Omong-omong soal Madam Pomfrey, dia jadi merindukan Hogwarts.
Belum lama dia meninggalkan sekolah itu, tapi rasanya seperti sudah berbulan-bulan. Berkelana tanpa tahu tujuan untuk melindungi Draco Malfoy dari Pelahap Maut. Sehabis dari sini, Kayra tidak tahu harus pergi kemana lagi. Pikirannya sudah buntu, tidak ada tempat yang muncul di kepalanya. Sama sekali tidak ada.
Kayra tidak tahu sampai kapan dia bisa kabur bersama Draco, menghindari kejaran Pelahap Maut. Setiap tempat yang mereka kunjungi, pasti ketahuan. Bahkan kediaman Tonks pun di ketahui oleh mereka. Kayra harap, setelah dia dan Draco meninggalkan tempat itu, Pelahap Maut tidak lagi pergi ke sana. Dia tidak ingin mendengar kabar buruk tentang paman dan bibinya itu.
"Apa yang kau lihat?"
Kayra lantas menoleh ke arah sumber suara, mendapati Draco baru saja menutup pintu kamar rawatnya. Dia pergi mencari makan malam, katanya. Tapi Kayra tidak mendapati kantung atau apapun di tangannya ketika masuk ke dalam ruangan.
"Kau tidak membeli makanan?" tanya Kayra agak heran ketika laki-laki itu duduk di kursi.
"Tidak ada makanan yang menarik, lagi pula aku tidak begitu lapar," kata Draco acuh.
"Haruskah kau memakan makanan yang menarik di matamu? Kau ini aneh sekali!" Kayra memprotes perkataan Draco. Dia terlalu pemilih untuk ukuran manusia yang sedang berkelana. Padahal mereka beruntung masih bisa makan makanan yang matang, bukan mentah.
"Tidak usah memprotes diriku, Avereen. Urus saja dirimu sampai sembuh. Kau tau kan, kita tidak bisa berlama-lama di sini." Draco memandang ke luar jendela. Kayra paham, dia pasti tidak ingin kejadian pagi tadi terulang lagi.
"Lalu, kau punya tujuan untuk kita nanti?" Kayra serius bertanya, soalnya dia tidak bisa memikirkan tempat apapun.
"Aku tidak tau, nanti ku pikirkan," katanya kemudian berbaring di ranjang kecil yang memang di sediakan untuk pengunjung yang menginap.
"Baiklah."
"Aku mau tidur, jadi jangan ganggu aku." Kata Draco menutup matanya, menghalangi wajah pucatnya dengan lengan kirinya.
Kayra hanya bergumam, mengiyakan. Dia juga tidak berniat untuk mengganggu laki-laki itu. Gadis itu menoleh ke bawah, memandang Draco yang entah sudah terlelap atau belum. Lengan panjang yang selalu Draco kenakan terangkat sedikit, membuat sebagian kecil dari tanda Pelahap Maut di lengannya terlihat.
Kayra tidak pernah tahu bagaimana gambar tanda itu, tapi sejauh yang dia dengar itu seperti gambar tengkorak. Melihat sebagian kecil dari tanda itu, Kayra lantas berpikir, mengapa Draco bersedia menjadi Pelahap Maut?
Sejak tahun lalu, Kayra sering mendengar kabar burung di Hogwarts tentang Draco yang menjadi Pelahap Maut. Tapi Kayra tidak pernah begitu peduli dengan hal itu. Maksudnya, bukan rahasia umum lagi kalau Lucius Malfoy--ayah Draco--adalah seorang Pelahap Maut. Mungkin Draco di minta untuk mengikuti jejak ayahnya, tidak ada yang tahu.
Dan sekarang Kayra penasaran akan hal itu. Walau dia belum memiliki keberanian untuk bertanya. Dia tidak ingin membuat Draco mengamuk karena menanyakan hal pribadi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
FanfictionHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...