Ketika bangun keesokkan harinya, Draco merasa tangannya sudah tidak lagi sakit. Saat melepas perban pun Draco merasa bahwa tangannya sudah bisa di gunakan dengan normal kembali. Hanya saja ketika melihat Kayra di ranjang sebelah, Draco mendadak cemas. Gadis itu tidur sejak kemarin sore, dan sampai pagi ini belum bangun sama sekali. Padahal biasanya dia yang paling rajin bangun pagi.
Jadi akhirnya Draco mendekati ranjang yang Kayra tiduri. Wajah gadis itu makin pucat dari yang terakhir Draco lihat. Tubuhnya juga penuh dengan keringat, bahkan bantal yang dia pakai sampai basah.
Draco berjongkok di samping ranjang, menatap wajah Kayra lamat-lamat. Sampai akhirnya dia memilih membangunkan gadis itu. Beberapa kali Draco menepuk pipi Kayra, tapi gadis itu hanya bergumam tidak jelas. Matanya tidak terbuka sama sekali.
"Avereen," Draco berusaha memanggil, masih menepuk pipi Kayra perlahan. Tapi beberapa detik menunggu, Kayra tidak kunjung membuka matanya.
Draco lantas panik. Tujuannya bukan lagi membangunkan Kayra, tapi membuka perban yang melilit lengan gadis itu. Lukanya masih berdarah, bahkan mungkin lebih banyak dari sebelumnya. Melihat itu, Draco mengumpat dalam hati. Kayra harus di bawa ke rumah sakit atau dia akan mati karena kehilangan banyak darah.
Dan satu-satunya rumah sakit yang terlintas di pikiran Draco hanyalah St. Mungo. Mau tidak mau mereka harus ke sana sekarang. Walau harus masuk ke dalam kandang Pelahap Maut, yang penting Kayra selamat.
"Avereen! Bangun!" Draco berseru, kali ini dia mengguncang pelan bahu Kayra agar gadis itu sadarkan diri. Untungnya Kayra membuka mata, tapi terlihat terlalu lemas untuk sekedar menyahut.
Draco mengangkat tubuh Kayra dengan tidak sabar, "ayo bangun, kau harus pergi ke rumah sakit."
Kayra tidak menjawab, membiarkan Draco menggendong tubuhnya keluar dari tenda. Draco harus membereskan tenda ini sebelum pergi. Tidak mungkin dia meninggalkan benda ini, bisa-bisa tenda ini sudah terbakar ketika mereka kembali.
Dengan penuh kelembutan, Draco mendudukkan Kayra di dekat sebuah pohon. Membiarkan gadis itu menyandarkan punggungnya pada batang pohon yang kokoh itu. Kemudian dengan cepat dia membereskan tenda mereka dan menaruhnya ke dalam tas Kayra.
"Kau bisa berdiri, tidak?" tanya Draco pelan tapi terkesan terburu-buru. Kayra tidak merespon, hanya menatap Draco dengan matanya yang sayu.
Melihat Kayra seperti itu, Draco langsung menggendong tubuh Kayra. Setelah menarik napas cukup panjang, Draco ber-apparate. Sambil berharap tidak ada yang terjadi pada Kayra selama mereka ber-apparate.
Hanya dalam beberapa menit saja, mereka akhirnya tiba di St. Mungo. Letak rumah sakit ini bisa di bilang berada di dunia muggle. Terletak di dalam suatu department store, yang cara masuknya mirip seperti melewati peron 9¾ di Stasiun King's Cross.
Setelah melewati jendela yang berfungsi sebagai pintu masuk, Draco langsung berlari menuju lantai empat. Tempat untuk orang-orang yang mengalami cedera karena mantra, itu yang Draco tahu.
St. Mungo cukup ramai hari itu. Beberapa Penyembuh berlalu-lalang dengan pakaian hijau limau mereka. Berjalan ke sana kemari untuk menyembuhkan pasien mereka.
Draco mendudukkan Kayra di bangku kosong yang ada di lorong, kemudian berlari dengan tergesa-gesa untuk memanggil seorang Penyembuh. Lalu kembali menghampiri Kayra dengan seorang wanita dengan tampilan keibuan yang khas. Wanita itu menatap Kayra dengan pandangan cemas.
"Apa yang terjadi?" tanyanya ketika melihat luka robek di lengan gadis itu.
"Dia tidak sengaja terkena kutukan," kata Draco dengan nada yang sedikit cemas. Dia berusaha tenang, tapi Kayra terlalu pucat untuk di bilang baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
FanfictionHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...