23 - First Meeting

848 111 16
                                    

Draco tahu keputusannya ini mungkin tidak akan di setujui oleh ibunya, mungkin dia juga tidak akan selamat setelah ini. Tapi setidaknya dia ingin bertarung sampai akhir untuk ibunya. Setidaknya dia bisa membuat satu keputusan yang benar di antara semua keputusan yang salah. Dia ingin berhasil kali ini, tidak ingin mengulangi kegagalan yang entah sudah berapa kali dia alami.

Jadi dengan harapan bahwa ibunya masih baik-baik saja, Draco berlari sekencang mungkin menuju manor. Beberapa kali dia mendengar ledakan-ledakan, bahkan asap tipis mulai keluar dari dalam manor, dan itu membuatnya makin panik. Makin ketakutan karena ibunya hanya seorang diri di dalam sana. Ayahnya sudah di ambil alih, dan dia tidak tahu apa yang akan di lakukan bibinya, Bellatrix.

Apa dia akan memihak keluarganya atau malah bergabung dengan Voldemort.

Draco bisa mendengar langkah kaki Kayra di belakangnya, berlari dengan sekuat tenaga sama seperti dirinya. Padahal sebenarnya, dia berharap bahwa Kayra tidak mengejarnya. Gadis itu sudah terlalu banyak melalui kesulitan karenanya. Tapi Draco tidak punya waktu untuk sekedar berdebat dengan Kayra, karena dia yakin Kayra pasti tidak akan setuju jika Draco menyuruhnya pergi.

Draco bergerak memutar manor, masuk lewat pintu depan walau dia tahu pasti akan ada Pelahap Maut di sana. Tapi dia tidak lagi peduli, yang penting dia harus menolong ibunya. Tongkatnya sudah di keluarkan sejak tadi, tergenggam erat dalam tangan kanannya. Bersiap untuk memantrai musuh yang dia temui di depan sana.

Sampai akhirnya Draco tiba di depan pintu manornya, menatap ke dalam dengan seluruh tubuhnya bergetar takut. Draco yakin pintu rumahnya di buka secara paksa, soalnya pintu itu sudah terlepas dari engselnya, tergeletak di lantai manor begitu saja. Lorong yang sedang dia lewati juga terlihat berantakan. Dan Draco makin tidak bisa berpikir positif.

Dia bisa mendengar suara Voldemort dari dalam sana, menanyakan tentang keberadaannya. Tapi Draco tidak bisa mendengar jawaban dari orang yang di tanyai. Dan itu membuat Voldemort sedikit marah, terdengar bunyi tamparan keras setelahnya.

"Di mana dia?!" teriak Voldemort sekali lagi, tapi dia tidak juga mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

"Lucius, bunuh dia."

Napas Draco tercekat ketika mendengar bisikan itu, ibunya akan di bunuh oleh ayahnya sendiri? Tidak, itu tidak boleh terjadi. Jadi setelah mengumpulkan segala keberanian yang dia punya demi sang ibu, Draco masuk ke dalam ruangan itu. Meneriakkan Mantra Expelliarmus begitu keras tepat sebelum Lucius melancarkan kutukannya.

Semua orang dalam ruangan itu terkejut mendapati keberadaan Draco di antara mereka, terutama Narcissa. Wanita itu berteriak ketika mendapati Draco ada di ruangan itu, menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk menahan tangis. Dia menatap Draco dengan tatapan putus asa, sungguh tidak ingin kehilangan putranya tepat di depan mata kepalanya sendiri.

Terlihat dari tangan Draco yang bergetar sambil memegang tongkatnya, Narcissa tahu bahwa anaknya itu sedang ketakutan. Tapi berusaha untuk terlihat tenang sementara kekuatan lawannya tidak sebanding dengan dia.

"Oh, kita kedatangan orang yang kita cari. Baguslah, aku tidak perlu bersusah payah menyiksa ibumu lagi," kata Voldemort dengan nada yang lebih mirip seperti bisikan. Dia menatap Draco seperti sedang melihat mangsanya, tampak begitu senang.

"Menjauh dari ibuku!" seru Draco menunjuk Voldemort dengan tongkatnya, suaranya bergetar.

"Tentu, kalau itu yang kau mau."

Si Pangeran Kegelapan itu berjalan menjauhi Narcissa dengan langkah yang begitu pelan. Sementara Draco langsung berlari menghampiri ibunya itu. Dia menatap wajah ibunya begitu lekat, mendadak merasa marah setelah melihat kondisi ibunya dengan tangan terikat. Narcissa seperti habis di siksa, rambutnya berantakan dan wajahnya memerah. Draco jadi ingat dengan suara tamparan beberapa saat yang lalu.

𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang