Seandainya Kayra tahu akan begini akhirnya, dia mungkin memilih untuk tidak mengikuti Draco. Tapi apa boleh buat? Bukan lagi tugas yang di berikan Snape yang mengikatnya, tapi janji pada Narcissa yang membuatnya tetap tinggal. Dia tidak mungkin mengabaikan permintaan bibinya begitu saja. Itu hanya akan membuatnya merasa tidak tenang dan terlihat jahat.
Dalam keheningan dalam manor itu, Kayra bisa dengan jelas merasakan ketegangan dalam ruangan itu. Saking heningnya, dia bahkan bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Telinganya juga cukup peka untuk mendengar deru napas orang lain dalam ruangan itu. Entah milik siapa, yang jelas orang itu pasti sama takutnya dengan Kayra sekarang ini.
Tangannya masih terangkat ke udara, tidak berbeda dengan Bellatrix yang masih menatapnya begitu tajam. Wanita itu sama sekali tidak melunak, mungkin karena memang begitu sifatnya.
Aura membunuh dari ibunya itu bisa dengan jelas Kayra rasakan, dan itu membuat hatinya sakit bukan main. Kayra tidak bisa membayangkan kalau dia terbunuh di tangan ibunya sendiri hari ini. Dia harus berusaha untuk bertahan, walau tidak tahu berapa lama dia akan mampu untuk itu.
"Crucio!" seru Bellatrix sekali lagi ketika Kayra sibuk dengan pikirannya sendiri.
Kalau saja Kayra tidak menghindar, mungkin dia sudah terbaring tidak berdaya di lantai manor itu. Dia tahu jelas bagaimana dampak kutukan itu pada tubuh manusia. Dan dia tidak yakin bisa selamat jika terus menerima kutukan itu.
"Sialan!" Dengan umpatan itu, Bellatrix terus memburu Kayra.
Ruangan yang tadinya rapi itu makin lama makin berantakan karena kutukan yang di lancarkan Bellatrix. Dinding ruangan hampir bolong, kursi-kursi berlengan yang nyaris tidak lagi terlihat seperti kursi, dan barang-barang lain yang berserakan di lantai. Pemandangan itu yang terlihat sekarang ini.
"Keluar kau!" titah Bellatrix pada Kayra yang bersembunyi di balik kursi berlengan yang sudah ambruk.
Kayra menarik napasnya, kemudian menghembuskannya dengan kasar. "Tidak akan!" seru Kayra dengan keberanian yang entah dia dapatkan dari mana.
Tentu saja itu membuat emosi Bellatrix makin mendidih. Dengan langkah cepat, wanita itu mendekati tempat persembunyian Kayra. Sepertinya kali ini dia akan benar-benar membunuh anak kandungnya itu. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang menyiratkan kemarahan.
Sekali lagi Kayra menghembuskan napasnya ketika dia mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Lalu dengan harapan hidup yang kuat, Kayra bangkit sambil menodongkan tongkatnya. Bersamaan dengan itu, Bellatrix juga melakukan hal yang sama.
Tongkat mereka masing-masing saling menodong tepat di depan leher satu sama lain. Seakan tongkat itu bisa berubah menjadi pisau atau apapun yang bisa menembus leher lawan mereka.
Entah untuk keberapa kalinya, Kayra kembali menatap mata Bellatrix. Berharap wanita itu mengenali anak yang dia titipkan tujuh belas tahun lalu pada adik kandungnya. Tapi terlalu mustahil mengharapkan Bellatrix mengenal Kayra sementara amarahnya sudah sampai di ujung kepala.
"Beraninya kau menantangku." Kali ini bukan seruan yang keluar dari mulut Bellatrix, tapi bisikan pelan yang sukses membuat Kayra makin merinding. Bisikan itu terdengar lebih menyeramkan ketimbang teriakannya yang menggelegar.
"Aku tidak punya alasan untuk takut padamu." Bohong sebenarnya. Karena pada kenyataannya, Kayra takut setengah mati. Tangannya bergetar hebat, tapi tetap berusaha untuk memegang tongkatnya dengan erat.
"Oh, lucu sekali." Kata Bellatrix memamerkan senyumnya yang malah membuat wajahnya terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya.
Kayra hanya bisa meneguk ludahnya, menerka-nerka nasib yang akan menimpa dirinya setelah ini. "Tidak ada yang lucu di sini, Nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
FanfictionHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...