"Ikut aku," kata Kayra begitu keluar dari dalam asramanya. Menenteng tas punggung sedang yang dirasa tidak terlalu berat. Lantas langsung menuruni tangga, tidak peduli pada Draco yang mengikutinya dengan susah payah.
"Apa yang kau bawa?" tanya Draco sambil berusaha mengejar langkah Kayra. Dia memandang tas punggung kulit yang dipegang Kayra dengan penasaran.
"Hanya beberapa barang," kata Kayra acuh dan semakin mempercepat langkahnya untuk turun ke lantai tujuh. Selama Draco belum diserang, dia memilih untuk berkumpul bersama teman-temannya, anggota Laskar Dumbledore. Kayra memang mengikuti organisasi itu sejak tahun kelimanya.
Mereka berdua berhenti di sebuah tembok besar yang polos di koridor lantai tujuh. Draco memandang tembok itu dengan heran, dia tahu tempat ini. Hampir seluruh tahun keenamnya dia habiskan di dalam ruangan ini. Namuh, apa tujuan mereka datang kemari?
"Untuk apa kita masuk ke dalam Kamar Kebutuhan?" tanya Draco pada Kayra yang tengah fokus untuk membuka Kamar Kebutuhan itu. Tepatnya, tempat di mana teman-temannya berkumpul.
Ketika sebuah pintu terbentuk di dinding, Kayra membuka matanya. Memandang tak suka pada Draco yang sedikit mengganggu konsentrasinya. "Tidak usah banyak tanya. Kau boleh masuk ke dalam, tapi jangan berulah. Atau aku yang akan membunuhmu."
Draco tahu itu hanya ancaman agar dia tidak menyusahkan, tapi nada bicara Kayra terdengar sangat serius di telinganya.
Kayra memasuki ruangan itu tanpa menoleh lagi pada Draco. Membiarkan laki-laki itu mengikuti langkahnya dengan sendirinya. Ruangan yang mereka masuki itu luas, mungkin karena banyak siswa yang tinggal di dalam. Mereka memilih tidur di sini untuk menghindari kejaran Carrow bersaudara.
Ruangan ini menolak kehadiran para Carrow, jadi mereka tidak akan pernah bisa menemukan ruangan ini. Tidak ada yang tahu bagaimana itu bisa terjadi. Namun katanya, ruangan ini bekerja sebagaimana yang diinginkan Neville Longbottom, orang yang menemukan ruangan ini.
Draco tampak tidak nyaman ketika dia memasuki ruangan ini. Semua pandangan mata mengarah padanya, membuatnya hanya bisa menundukkan kepala. Terlebih lagi mayoritas murid di dalam ruangan ini adalah murid asrama selain Slytherin.
Dia hanya mengekori kemana Kayra pergi, membuang wajahnya, menghindari tatapan tak suka dari penghuni ruangan.
"Kau pikir siapa yang kau bawa, Kayra?" Seamus Finnigan berkata dengan nada yang tidak bersahabat. Mungkin dari semua murid Gryffindor, dia yang paling sulit untuk di ajak bekerja sama--setidaknya menurut Kayra.
"Diamlah, Seamus. Aku sedang tidak ingin berdebat." Kayra berkata malas, meletakkan tas punggungnya di dekat tempat tidur yang tergantung rendah di pojok ruangan.
"Aku bisa diam kalau yang kau bawa orang lain. Tapi dia Draco Malfoy!" Seamus berseru kesal.
Draco hendak membuka suara, tidak suka dengan perkataan Seamus yang seperti merendahkan dirinya. Namun Kayra mendadak berdiri di depannya, memandang Seamus dengan tatapan sengit.
"Memangnya kenapa? Kenapa kau cerewet sekali sementara Neville terlihat baik-baik saja? Jangan memancing amarahku, Seamus. Aku sudah lelah seharian ini karena berurusan dengan si Carrow bersaudara itu," Kayra berseru, terlihat kesal karena Seamus hanya mempersulit semuanya.
"Tapi dia Pelahap Maut! Kau lupa?"
Kayra menutup matanya, mendadak frustrasi menghadapi Seamus yang emosinya selalu tidak bisa ditahan. Padahal Draco sendiri hanya diam, tidak melakukan hal yang mungkin akan membahayakan mereka.
"Lalu kenapa kalau aku Pelahap Maut? Kau merasa jijik berada satu ruangan denganku?" Draco lantas bersuara, tidak terima dirinya direndahkan begitu. Dia seperti parasit yang membahayakan mereka jika berada dalam satu ruangan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐚𝐢𝐦𝐥𝐞𝐬𝐬 || Draco Malfoy
Fiksi PenggemarHanya cerita singkat tentang Kayra Avereen dengan semua kesulitan yang dia hadapi di tengah tugas yang di berikan oleh salah satu profesornya di sekolah, Severus Snape. "𝘿𝙤𝙣'𝙩 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙢𝙚, 𝘿𝙧𝙖𝙘𝙤. 𝙔𝙤𝙪'𝙡𝙡 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙜𝙚𝙩 𝙝𝙪𝙧𝙩." . ...