Berat

371 35 0
                                    

Dua hari berlalu...

Jauh di sebelah timur maison, terlihat Cadfael dan Lyron keluar dari sebuah perusahaan besar dengan diiringi oleh beberapa pengawal perusahaan.

"Senang bisa bekerja sama dengan Anda, Tuan Muda."

"Terima kasih, Tuan," ucap Cadfael sambil membungkukkan tubuhnya.

"Berhati-hatilah di jalan."

Cadfael mengangguk sambil tersenyum. Ia langsung menaiki mobil yang di dalamnya sudah ada Lyron.

"Kaugila, Kak? Bagaimana mungkin kamu mau bekerja sama dengan orang-orang seperti mereka. Gila."

"Bukankah itu keren? Haha, kita mendapatkan satu mangsa, Lyron. Mereka anak perusahaan dari perusahaan musuh kita."

"Itu dia masalahnya, Kakak. Kita sedang ditipu."

"Sekarang hubungi Edelsteen, katakan padanya mereka telah masuk perangkap."

Lyron segera mengeluarkan handphonenya. "Perangkap apanya, yang ada keluarga kita bangkrut," gerutu Lyron.

Panggilan tersambungkan. "Kak Steen, Kak Fael bilan----"

"Semua berjalan dengan baik. Aku sudah mengatur semuanya. Data yang dikirim Kak Fael sudah teranalisa. Kita hanya tinggal menunggu," ucap Edelsteen melalui sambungan telepon.

"Hah? Apa maksdmu? Bukankah keluarga kita yang akan bangkrut?"

"Kau gila atau bagaimana? Sudah jelas kita yang menang. Tunggu lah sebentar lagi." Edelsteen mematikan teleponnya.

"Apa-apaan ini?"

"Lyron, harusnya kamu yang paling mengerti, bukan?"

"Mengerti? Justru aku tambah bingung."

"Ini namanya strategi licik." Cadfael tertawa.

Lyron membulatkan matanya. "Surat perjanjian apa yang kauberikan padanya?" tanya Lyron.

"Surat perjanjian palsu. Kamu 'kan yang membuatnya?"

"Hahah, Hahahha, bodoh. Ternyata kamu menggunakan strategi itu? Bodoh! Anda benar-benar sangat bodoh, Tuan!" ucap Lyron kesal.

"Kupikir strategi yang kau buat terlalu mudah ditebak oleh musuh, ternyata berhasil. Dengan data yang kuserap serta surat perjanjian itu, semuanya akan berjalan dengan baik. Ekspresi kagetmu lucu sekali, Hahahah."

"GILA! Seharusnya tidak. Kaulupa dengan apa yang kukatakan? Menerapkan strategi itu ke lawan sama saja memberikan diri untuk dibunuh secara hidup-hidup. Kau justru memancing mereka."

"Tenang saja, kita sudah mendapatkan lebih banyak pengikut dan tameng."

"Itu belum seberapa, Cadfael! Apa yang sebenarnya Anda pikirkan?! Tidakkah engkau memikirkan nasib kami sebagai adik-adikmu? Ini akan menjadi masalah besar!"

Cadfael tersenyum. "Lyron, kaumemang ahli strategi, tetapi kaumasih harus belajar lagi. Aku tidak akan membiarkan satu orang pun menyakiti adik-adikku," ucapnya sambil menepuk pelan pundak Lyron.

"Fren, berhentilah sebentar di sana. Kami akan membeli oleh-oleh untuk mereka yang di rumah," ucap Cadfael kepada supir.

"Baik, Tuan Muda."

"Ayo," ajak Cadfael.

Lyron tidak bergeming.

"Ayolah, Lyron, jangan marah. Percayakan semuanya pada kakakmu ini."

Lyron menghela napasnya. Turun dari mobil. Dan BRAAAKK, pintu mobil dibanting begitu saja.

"Belinya pakai uang, loh," batin Cadfael menahan amarahnya.

ARCANE || ENHYPEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang