Benicio

295 24 0
                                    

Kediaman Klan Benicio

Semerbak aroma tembakau memenuhi ruangan. Alkohol dan kartu remi menjadi pemeran utama di meja bundar itu. Sorak-sorai menguasai gelapnya markas ini. Di tempat ini lah, Klan Benicio yang dianggap kejam hidup.

Súlfr Benicio, pemimpin dari segala werewolf yang ada di dunia ini. Dengan kartu andalannya, kini ia memenangkan permainan, membungkam sorak-sorai itu, tergantikan oleh tawanya yang kini memenuhi markas.

"Hahaha, apakah ada lagi yang ingin bermain denganku?" tanyanya sambil menghembuskan segumpal asap tembakau dari mulutnya.

Tidak ada yang berani menjawab, semuanya menciut.

"Benar-benar tidak ada yang berani bermain lagi? Payah sekali," ucap Tuan Súlfr.

Pintu terbuka. "Biarkan saya menjadi lawan Anda." Seorang gadis masuk berkawalkan beberapa bawahnya.

"Wahh, sayang, kau sudah pulang, bagaimana kabarmu?"

"Tentu saja Putrimu yang cantik ini baik-baik saja."

"Kemari, duduklah, Shelena Benicio." Tuan Súlfr mempersilahkan putrinya.

Shelena duduk. "Tolong bagikan kartunya," ucapnya kepada pelayan.

"Apakah kau senang bisa bekerja di perusahaan baru? Apakah Sekertaris Cerys menyelesaikan pekerjaannya dengan baik? Bagaimana kerja sama dengan Perusahaan D'Arcy?" tanya Tuan Súlfr.

"Owh, owh, tunggu, satu satu, Ayah." Shelena tertawa. "Baiklah, yang pertama, aku senang sekali bisa bekerja di perusahaan baru, aku akan belajar lebih banyak dari Sekertaris Cerys, dia selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Dan mengenai Perusahaan D'Arcy, aku senang bisa berkerja sama dengan mereka, mereka terlihat seperti orang baik-baik. Dan lagi, entahlah kupikir aku sedang jatuh cinta dengan Putra Ketiga dari D'Arcy."

Tuan Súlfr mengadahkan pandangannya. "Jatuh cinta?"

"Hah, entahlah, sebenarnya aku hanya merasa kagum dengannya. Berbanding terbalik dengan kakak pertamanya yang sangat berambisi, dia terlihat begitu tenang walaupun sebenarnya dia tipe orang yang serius." Shelena meletakan kartu andalannya. Permainan belum selesai, Tuan Súlfr belum kalah.

Shelena tersenyum melihat kartu yang dikeluarkan oleh Ayahnya. Licik sekali, batinnya.

Gadis itu melanjutkan bicaranya, "Tetapi aku merasa sedikit sedih, tatapannya terlalu dingin ketika melihatku, seperti merasa tidak senang. Bahkan ketika meeting itu selesai tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Karena merasa tidak enak, aku tidak mengantar mereka, aku menyuruh Sekertaris Cerys untuk mengantarkan mereka sampai ke depan perusahaan."

"Siapa nama dia?"

"Kurasa, Lyron, Lyron D'Arcy."

"Nama yang bagus." Tuan Súlfr mengeluarkan kartu terkahirnya. Kini ia menang.

Beliau menghela napasnya. "Sepertinya kau terlalu banyak menghabiskan waktu dengan Cerys makanya menjadi seperti ini."

"Manusia ya? Mereka memang terlihat sangat menarik. Mungkin secara fisik wujud kita tidak berbeda jauh dengan mereka, ya, kaupasti tahu, kita hanya berubah menjadi werewolf jika kita mau saja, selebihnya wujud kita sama dengan mereka, tetapi sifat mereka yang lemah namun gigih, apakah itu yang membuatmu tertarik? Tidakkah kau berpikir kerabat kita yang lain lebih menarik dibandingkan mereka?" sambung Tuan Súlfr.

"Hahaha, mungkin perkataan Anda ada benarnya juga, terlihat lemah namun gigih, enatahlah. Tetapi Ayah tenang saja, aku tidak akan membuat diriku jatuh cinta padanya." Nona Shelena tertawa kecil.

ARCANE || ENHYPEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang