Alunan musik memenuhi seisi ballroom. Semua orang terlihat bersukacita menarikan beberapa dansa bersama orang-orang tercintanya.
Tidak terkecuali Nona manis sang penggelar acara, Shelena Benicio. Wajah cantiknya memancarkan aura kemerahan. Padahal ketika gladi ia tidak merasakan apa pun jika harus berdansa dengan Lyron. Namun kali ini sangat berbeda, jantungnya berdegup kencang, tidak tahu harus berbuat apa. Pikirannya mulai kabur, tidak sanggup memikirkan apa pun selain Lyron.
Asmaraloka itu tidak hanya dirasakan oleh Shelena. Lyron juga merasa begitu. Sempat beberapa kali ia merasa linglung jika harus menetap wajah Shelena. Sesekali dia tersenyum dan menundukkan wajahnya karena malu.
Hari yang bersuka cita. Siapa tahu kalau hari ini akan membawa duka?
Dari kejauhan Cadfael memperhatikan keduanya. Jujur dia merasa tidak suka. Ia tidak mau jika adiknya harus jatuh cinta dengan putri seorang pembunuh, klan tercela yang hanya mementingkan keuntungan pribadinya.
Edelsteen yang mengetahui tatapan kakaknya itu, juga menatap tidak suka kepada sang adik, Lyron. Sependapat dengan Cadfael, dia berpikir bagaimana mungkin adiknya bisa menaruh hati kepada pembunuh gila yang telah menghancurkan keluarganya.
Tapi mau bagaimana, cinta itu buta. Sebenarnya Lyron juga merasa bingung dengan dirinya sendiri. Dia tidak ingin kalau dia harus jatuh cinta pada Shelena, namun hatinya berkata lain, jauh di dalam hatinya ia menginginkan Shelena. Entah apa yang harus dia perbuat ke depannya. Dia hanya tahu, Shelena akan membencinya tepat di hari ini.
Lyron membuyarkan pikiran tentang kebimbangannya. Ditatapnya Shelena. "Anda cantik sekali malam ini, Nona." Ia tersenyum.
Shelena tersipu. "Terima kasih... Anda juga sangat tampan." Ia tersenyum bahagia, sampai mata belonya itu menyipit.
"Suatu saat nanti, di kehidupan yang lain, mari kita tetap bersama. Bersama untuk selama-lamanya. Saya berharap Anda tidak melakukan hal yang seharusnya tidak Anda lakukan." Lyron menatap sendu.
Shelena tidak mengerti. Sebenarnya apa yang dimaksud Lyron?
"Kenapa harus di kehidupan selanjutnya? Lagi pula kesalahan apa yang saya perbuat sehingga saya tidak bisa bersama dengan Anda?" Ada banyak pertanyaan di kepala Shelena.
Lyron hanya tersenyum. Perlahan di dekatkannya wajahnya itu pada Shelena. Pikiran Lyron mulai kacau. Di tengah keramaian dansa, Lyron memberikan rasa baru untuk Shelena. Sebuah kecupan hangat mendarat indah di bibir ranum Shelena.
Shelena kaget bukan main. Namun seperdetik kemudian ia tersenyum. "Lancang sekali Anda, Tuan," bisik Shelena menggoda.
"Kita tidak akan pernah merasakan hal ini lagi ke depannya–" Lyron menggantungkan perkataanya. "Anda lihat orang yang di sana, dia kakak saya. Melihat saya yang melakukan hal tidak senonoh seperti ini pasti saya akan mati dibuatnya. Setelah ini saya harap Anda memberikan sesuatu untuk saya, saya menginginkan bunga indah untuk pemakaman saya."
Shelena terkekeh geli. "Ya ampun, Tuan Lyron. Ekhm, kalau begitu mari kita sudahi dansa kita." Shelena menarik tangan Lyron.
"Kita mau ke mana?" tanya Lyron.
"Ke taman bunga di mana Anda bisa memilih bunga yang Anda suka."
Lyron tersenyum hambar ketika Shelena menarik tangannya.
Di sisi lain, sang kakak, Cadfael, terlihat sesak dibuat Lyron. "Apa-apaan dia?!"
Edelsteen juga masih menatap tak percaya. "Lyron gila!" Ia berdecak kesal.
"Anak kurang ajar." Cadfael ingin mengejar Lyron.
"Kakak." Panggilan itu menghentikan langkahnya.
Hayden mendekati keduanya. "Kami menemukan tempatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE || ENHYPEN [END]
Fantastik"Aku tidak ingin keluargaku menjadi lebih berantakan." Kehidupan terus berputar. Suka dan duka membalur menjadi satu. Kehidupan tanpa orangtua tidak mematahkan semangat mereka untuk tetap bertahan hidup dengan keharmonisan. Segala cara akan mereka l...