Undangan

173 24 0
                                    

Brakk!!

"LYRON, BERAPA KALI KAU HARUS MEMBANTING PINTU?!!" teriak Cadfael.

Lyron yang tadinya emosi malah cengengesan sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Maaf," ucapnya.

"Haydennnnn!!" teriak Lyron.

"Bisa tidak jangan teriak-teriak! Astaga," ucap Cadfael.

"Kakak tadi juga teriak kepadaku," gerutu Lyron.

"Ohh, sekarang kamu berani melawan kakak?"

"Iya, jelas enggak lah," sahut Lyron.

"Kakak kan galak," gumam Lyron.

"Telingaku tidak tuli ya, Ron."

"Hehehe."

"Kenapa ribut-ribut?"

"Dari mana saja kamu?" tanya Lyron.

"Habis latihan, baru juga mau duduk sambil baca buku, sudah diteriakin saja," sahut Hayden.

"Ada apa, Kak?" tanya Hayden pada Lyron.

"Hmm, hari ini aku kebagian tugas untuk datang ke perusahaan, pergi bareng mau tidak?"

"Saya lelah, tidak bisa diganggu." Hayden merebahkan tubuhnya di sofa sambil membuka buku bacaannya.

"Tidak ada penolakan, bangun."

"Idih. Kak Fael, lihatlah, adikmu yang satu ini bossy sekali."

"Sudahlah, Den, ikuti saja apa kata dia. Jangan sampai pintu di rumah ini copot semua karena dia."

"Gila ya Anda," ucap Hayden ditujukan untuk Lyron.

"Saya lebih pintar daripada Anda."

Hayden hanya memutar bola matanya jengah. Ia bangun dari sofa dan berjalan keluar dari ruangan khusus Putra Mildred.

"Mau ke mana?"

"Bangun sekarang, kalau tidak aku tidak mau menemani kakak," ucap Hayden sambil menutup pintu.

"Sebentarrrrrr." Lyron berlari menyusul Hayden.

"Kalung liontinnya sudah pinjam belum?" teriak Cadfael.

"Sudahhh, pinjam punya Beryl tadi," jawab Lyron.

"Baiklah," jawab Cadfael.

Cadfael menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ya Tuhan, adik-adikku ini kenapa sih," batin cadfael.

Baru saja Cadfael merasakan suasana yang tenang. Tak lama, suara bel maison berbunyi, merusak fokusnya. Karena merasa terusik, akhirnya ia memutuskan untuk turun ke lantai dua, dan berniat untuk membukakan pintu kepada seseorang yang datang.

Sesampainya di bawah, ternyata Pelayan Anila sudah lebih dulu ada di sana.

"Siapa yang datang?" tanya Cadfael.

"Penjaga depan, Tuan. Ini, ada surat untuk Anda, Tuan."

"Baiklah, terima kasih, Pelayan Anila."

"Sama-sama, Tuan, saya permisi."

Cadfael hanya menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan perkataan Pelayan Anila.

Cadfael menatap lekat surat itu. Dari Shelena Bencio, begitulah tulisan dari surat tersebut.

"Ada apa ini? Kenapa dari wanita itu?" gumamnya.

Cadafel membuka surat itu. Dibandingkan surat, benda itu lebih terlihat seperti undangan jamuan.

ARCANE || ENHYPEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang