Kicauan burung menyenandungkan irama indah. Matahari mulai terbit, membagikan sinarnya. Perlahan, sinarnya menusuk-nusuk lewat jerjak jendela, membuat siapapun yang menghadapnya merasa silau. Begitulah yang dirasakan oleh Cadfael saat ini.
Ia mulai mengerjapkan matanya. Berusaha memulihkan pikiran serta merenggangkan otot-ototnya. Semalaman ini ia tidur di samping kasur adik kembarnya hanya dengan beralaskan kursi yang kokoh.
"Selamat pagi. Apakah kalian belum mau bangun? Tidur kalian terlalu nyenyak, 'kah?"
"Wyclef, Wesley, bangunlah, tidak masalah jika kalian ingin membuat banyak hal onar di rumah ini, tolong, bangunlah. Jangan ting-galkan kakak..." Kalimat terakhir itu hampir tidak bisa di dengar oleh telinga.
Tok, tok, tok
"Masuklah."
"Permisi, Tuan Muda, apakah Tuan muda kembar sudah sadar?" Pak Mun mendekati Cadfael.
Cadfael menggelengkan kepalanya. "Seperti yang Anda lihat, Pak Mun."
"Saya hanya bisa berdoa untuk kesembuhan mereka." Pak Mun menatap Tuan Muda Kembarnya.
"Tuan, seperti yang Anda minta, ini obatnya. Dokter bilang, diminum jika Tuan Muda Kembar sudah siuman."
"Tidak adakah obat yang bisa langsung dikasihkan walaupun mereka belum sadar? Lihatlah, mereka bahkan belum bangun. Kalau begitu kapan obat ini akan diberikan, mereka tidak akan sembuh-sembuh."
"Maaf, Tuan."
"Tidak, saya yang minta maaf." Cadfael menundukkan kepalanya.
"Anda datang kemari bukan hanya ingin memberikan obat ini, 'kan?"
"Maaf, Tuan, sesuai jadwal hari ini kita akan---"
"Menyelesaikan hasil selidikan dari anak perusahaan Klan Benicio?" Cadfael tersenyum ramah. "Baiklah, tolong siapkan beberapa hal yang diperlukan, ya, Pak, saya akan datang ke ruang kerja dengan segera."
"Baik, Tuan, kalau begitu saya permisi." Pak Mun berlalu meninggalkan kamar.
Cadfael menatap lekat kedua adiknya itu. Sebelum meninggalkan kamar, Cadfael mengelus surai hitam mereka. "Jika sudah bangun, temui kakak di ruang kerja, ya. Jangan lupa untuk mengetuk pintu, tata krama nomor satu." Ia tertawa kecil. "Tidak, tidak, cukup gunakan telepon kamar dan kakak akan datang kemari."
Cadfael keluar dari kamar adiknya. Suara pintu yang tertutup menggema di kamar Si kembar. Perlahan mata mereka mengerjap. Mereka saling memandang untuk beberapa saat, sampai pada akhirnya senyum indah mereka merekah indah di bibirnya.
"Kausudah bangun?" tanya mereka serentak.
"HAHA--- Sstttt." Mereka baru ingat kalau mereka tidak boleh ribut.
"Kak Fael baik sekali ya," ucap Wyclef.
"Iya, dia terlalu baik untk mendapatkan adik-adik yang nakal seperti kita, hahah."
"Sssttt kau ini ribut sekali."
"Hehe, maaf, sejak kapan kamu bangun?" tanya Wesley.
"Sekitar sepuluh menit yang lalu. Bagaimana denganmu?"
"Ketika Kak Fael mengucapkan selamat pagi."
"Jadi kenapa kita tidak langsung bangun ya?" tanya Wesley.
"Entahlah, aku juga bingung. Rasanya masih linglung dengan kejadian kemarin. Kita keracunan makanan, 'kah?"
"Aku rasa tidak, kita makan seperti biasa, kok."
"Lalu kenapa ya....?"
"Wyclef, Wesley, kalian sudah bangun?" Seorang gadis muncul dari balik rak buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE || ENHYPEN [END]
Fantasy"Aku tidak ingin keluargaku menjadi lebih berantakan." Kehidupan terus berputar. Suka dan duka membalur menjadi satu. Kehidupan tanpa orangtua tidak mematahkan semangat mereka untuk tetap bertahan hidup dengan keharmonisan. Segala cara akan mereka l...