Bulan besinar begitu terang malam ini. Dari atap rumah Ine, aku memandang langit yang dipenuhi kelap-kelip bintang. Namun dibandingkan dengan langit yang indah, kini atensiku lebih memilih untuk menatapnya, gadis cantik yang selalu aku idam-idamkan sejak aku masih kecil.
Senyum yang ia berikan sama besinarnya dengan rembulan. Bahkan begitu pun dengan jaraknya, dia sangat jauh, walau terasa dekat tetap saja aku tidak akan mungkin untuk menggapainya.
Zuu, bagiamana mungkin orang yang telah membuatmu bisa terlihat begitu menawan. Wajahnya yang mungil, tingkah lakunya yang mengagumkan, bahkan aroma khas miliknya, itu semua membuatku mabuk akannya. Aku tidak bisa jauh darinya.
"Tuan Wyclef." Ia tersenyum. "Bahkan dirimu yang sudah dewasa ini masih menyimpan barang kekanakan seperti ini?"
"Tuan? Kekanakan? Apa yang kamu bicarakan, Rabyan?" ucapku penuh penekanan.
"Zuu ya." Dia mengambil boneka itu dari tanganku. "Iya sih Anda tidak kekanakan, buktinya Anda tidak pernah membawa Zuu jika kita pergi ke dunia paralel."
"Malu lah, masa sudah besar aku masih bawa-bawa boneka seperti itu," protesku.
"Ohh, tahu malu juga rupanya." Dia melirik ke arahku seakan mengejek.
"Wahhh... Ngomong-ngomong saya hebat ya bisa membuat boneka seperti ini di umur yang terbilang masih kecil." Ia tertawa kecil.
"Tentu saja, kamu memang yang terhebat, 'kan? Maka dari itu, saya menyukaimu, Rabyan." Aku tak berani menatap wajahnya, aku benar-benar takut.
"Anda sudah mengatakannya berkali-kali. Kali ini tolong katakan sambil menatap saya." Ucapan itu, aku tahu dia sedang menjahiliku.
Kulekatkan mataku ke manik hitamnya.
"Saya menyukai Anda, Rabyan Elder."Untuk beberapa saat mata kami saling bertemu, menatap penuh makna. Sampai akhirnya ia memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Saya juga," ucapnya nyaris tak terdengar.
Imut sekali. Aku tertawa gemas melihat tingkahnya. Semakin kuperhatikan, pipinya semakin memerah. "Sudah, cukup, jangan dilihat!" protesnya.
Beginilah kisah cintaku dengan Rabyan. Ketika di hadapan orang lain kami akan bertingkah seakan tidak ada apa-apa di antara kami, seakan kami hanyalah teman masa kecil. Tetapi setiap kali kami mempunyai waktu untuk berdua, kami akan berubah seperti ini. Entah sampai kapan aku akan menyembunyikannya.
Aku jadi teringat sewaktu pertama kali aku mendengar kalau Raby di dunia paralel telah tewas, saat itu tubuhku bergetar hebat. Bukan tanpa alasan, aku hanya berpikir, bagaimana mungkin Wyclef dunia paralel hidup tanpa ada Rabyan, cinta pertamanya. Sebagaimana terlukanya dia ketika tahu gadisnya, orangtuanya beserta beberapa orang yang ia sayangi tewas karena ulah Klan Benicio.
Aku ingin menanyakan perasaannya, tetapi selalu tidak ada kesempatan, Wesley selalu bersama kami, entah itu Wesleyku ataupun Wesleynya, kami selalu bersama-sama. Namun, suatu saat aku pasti akan menanyakannya. Kalau ingat.
"Ini kukembalikan." Dia mengembalikan Zuu kepadaku.
Aku meraihnya. "Apakah kamu pernah berpikir, apakah boneka ini memiliki jiwa dan bisa hidup seperti kita?"
"Tentu. Apa Anda tahu Tuan, dengan Ruby semuanya akan menjadi mungkin."
"Wahh, Ruby memang sekeren itu ya. Jika nanti Ruby sudah jatuh ke tangan kita, mungkin Zuu bisa menggantikanku."
"Maksud Anda?"
Aku menggeleng. Atensiku kembali menatapnya. "Anda cantik."
Raby terlihat menghela napas jengah. "Anda selalu seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE || ENHYPEN [END]
Fantasia"Aku tidak ingin keluargaku menjadi lebih berantakan." Kehidupan terus berputar. Suka dan duka membalur menjadi satu. Kehidupan tanpa orangtua tidak mematahkan semangat mereka untuk tetap bertahan hidup dengan keharmonisan. Segala cara akan mereka l...