Secuil Rahasia Lain

171 16 0
                                    

Hari terus berganti, bulan terus berlanjut, keberadaan Wyclef dan Wesley masih menjadi misteri. Kepulangan Cadfael, Pak Mun, dan Dua Ine masih menjadi angan-angan.

Berita besar mengenai kekacauan ulang tahun Shelena masih menjadi berita hangat di kalangan masyarakat. Mildred kini menjadi burunan yang siap dihabisi hidup-hidup oleh Klan benicio.

Semuanya kacau. Edelsteen tidak bisa berdiri kokoh tanpa sang kakak. Adik-adiknya mulai terlihat kurus tanpa semangat, begitupun dengan Leaf, Aley, dan Rabyan.

Walaupun keadaannya seperti itu, tetapi setidaknya mereka masih hidup dengan harapan Ruby akan menunjukkan kekuatannya pada malam bulan hitam. Waktunya tidak lama lagi, tinggal menunggu tanggal mainnya saja.

Edelsteen terlihat menuruni tangga. "Kakak mau ke mana?" tanya Beryl.

"Mencari Wyclef dan Wesley... Atau Kak Fael."

"Aku ikut." Beryl langsung mengekori Edelsteen dari belakang.

Hampir seluruh penghuni maison telah diberikan obat penawar oleh Rabyan agar mereka dapat melihat si kembar yang tanpa raga itu. Semuanya berharap pencarian jiwa Wyclef dan Wesley bisa ditemukan secepat mungkin.

Tetapi hasilnya nihil, sudah dua bulan berlalu, dan mereka belum ketemu. Banyak hal yang dikhawatirkan oleh semua orang, Wyclef dan Wesley bisa saja akan menjadi arwah selama-lamanya. Tanpa raga yang membuat mereka hidup, bisa saja mereka menjadi arwah gentayangan.

Edelsteen dan Beryl keluar dari maison. Dengan kekuatan levitasi milik Edelsteen mereka mulai mengembang di udara.

Edelsteen mengernyitkan alisnya. Maison mulai bisa terlihat. Dia kaget bukan main. Begitu pun dengan Beryl yang sama kagetnya.

"Kakak bagaimana mungkin? Liontin kita tidak bekerja? Jika seperti ini, Benicio akan menemukan kita."

Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini. Masalah yang satunya saja belum selesai kenapa harus ada lagi. Bagaimana caraku untuk melindungi keluargaku?

"Beryl apakah keluarga kita memang ditakdirkan untuk mati mengenaskan?" Edelsteen menatap sendu.

"Kakak, kakak tidak boleh berbicara seperti itu. Semuanya akan baik-baik saja. Aku yakin..."

"Beberapa bulan yang lalu kamu juga mengatakan hal yang sama, tetapi semua hal terlihat semakin memburuk."

Beryl terdiam. Ia menunduk. Bersusah-payah menahan bulir kristal yang hendak jatuh dari pelupuk matanya.

"Kakak, maaf."

Edelsteen mengalihkan pandangannya, menatap Beryl. "Maaf untuk apa?"

"Karena aku tidak bisa membantu apa-apa."

"Hahah, kenapa kalian semua suka sekali berbicara seperti itu sih? Sini, sini." Edelsteen memeluk tubuh Beryl.

"Kita semua anak Zephyr Mildred dan Arshavina. Kita anak-anak kuat. Tidak mungkin kalah."

Beryl tidak menjawab. Dia menangis di pelukan kakaknya. Tidak tahu lagi harus berbuat apa.

"Ayo, masih mau mencari saudara-saudara kita?"

Beryl mengangguk. Melepaskan pelukannya.

"Baiklah, ayo."

---

"Raby, kapan Ruby ini bisa kita gunakan?"

"Pada bulan menjadi warna hitam berangkaikan sinar putih di sekelilingnya, berapa kali aku harus mengatakannya?"

"Iya, tapi, kapan bulan hitam berangkaikan sinar putih di sekelilingnya itu tiba?"

"Dua hari lagi."

"Jangan bercanda, Rabyan. Katamu akhir Desember?"

ARCANE || ENHYPEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang