Angin dingin menerpa sunyinya malam. Jam menunjukan pukul 01.00 dini hari. Tidak seperti biasanya, malam ini Lyron mencoba membuka dan menutup pintu secara perlahan, dia bahkan terlihat mengendap-endap seperti maling yang hendak mencuri.
Mati aku jika Kak Fael tahu. Batinnya
Tap, tap, tap. . .
Ia masih berjalan mengendap-endap menuju lift. Langkahnya terasa begitu berat dan begitu lama, seperti berada di dalam mimpi yang buruk. Bahkan lebih mengerikan dari mimpi buruk, Lyron justru lebih berharap jika ini adalah mimpi.
Bam! bam! bam!
Enam lemparan bantal dari lantai dua berhasil mengenai kepalanya. Bersamaan dengan itu, lampu redup khas Maison Mildred dinyalakan.
"Bagus sekali jam segini baru pulang? Tidak perlu pulang lagi saja. Ohh, atau Anda pulang cuma mau mengambil barang-barang Anda, kemudian kembali pergi lagi? Bagus sekali sifatmu, menitipkan adikmu untuk pulang dengan Pak Mun tadi sore, sedangkan kau justru bersenang-senang dengan wanitamu. Sejak kapan aku mengajarimu hal-hal memalukan seperti itu? JAWAB?!" Penalti, kata-kata Cadfael benar-benar terdengar seperti hantaman yang bertubi-tubi.
"Hayden sialan, kenapa dia harus mengatakan kalau aku jalan dengan wanita sih?" Lyron membatin. Tatapannya masih mengarah ke lantai, tidak berani menatap ke atas.
"Bagaimana? Mengasyikan?" cibir Edelsteen.
"Kak Lyron punya pacar rupanya?! Ahh tidak asik, pasti nanti kasih sayang ke kita terbagi-bagi," protes Wesley.
"Benar sekali, padahal kita menunggu dia pulang hingga selarut ini untuk mendapatkan salah satu bentuk kasih sayangnya, dibelikan martabak contohnya," timpal Wyclef.
"Pfftttt HAHAHAH martabak katanya." Wesley dan Beryl tidak bisa menahan tawanya, bisa-bisanya Wyclef bercanda di keadaan segenting ini.
"Ekhm," mereka berhenti tertawa ketika melihat tatapan tajam dari Cadfael.
"Mau apa kau sekarang?! Kenapa tidak menjawab? Sudah bisu? Sudah berapa teriakan yang kau lakukan sehingga pita suaramu tidak bekerja lagi?" Cadfael menatap datar ke arah Lyron.
"Jujur, perkataannya ambigu sekali," batin Hayden.
"Aku tidak melakukan apa-apa kok. Teriakan apanya? Aku cuma bersenang-senang."
"Ohh, bersenang-senang? Bagaimana tuh?" Perkataan itu terjeda sebentar. "Melihat tarian pole dance dari para wanita seksi? Meminum segelas atau bahkan sebotol alkohol? Atau..." Cadfael menggantungkan perkataannya.
Merasa perkataan Cadfael akan lebih memalukan untuk didengar, buru-buru Edelsteen dan Hayden menutup telinga ketiga adiknya yang masih di bawah umur.
"Atau bahkan bercumbu dengan beberapa wanita di sana?" Nah kan benar, akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulut Cadfael.
"Aku hanya melakukannya bersama Shelena, tidak lebih."
Mereka semua terkejut bukan main terutama Cadfael, tangannya sudah dikepalkan berancang-ancang ingin menghantam Lyron.
Bahkan Si Kembar dan Beryl juga ikut terkejut, sejujurnya telinga yang ditutup oleh kedua kakaknya tentu saja tidak mempan, ya bagaimana konsepnya, adiknya ada tiga, ada enam telinga yang harus di tutup. Sedangkan kakaknya hanya dua dengan masing-masing dua tangan. Mana bisa menutup sempurna keenam telinga adiknya.
Lyron yang baru sadar akan kata-katanya, ikut terlonjak kaget. "Bukan seperti itu maksudku, kak. Jujur, sumpah, demi Tuhan aku tidak melakukan hal kotor yang seperti kakak pikirkan." Lyron berjalan mundur ketika mendapati Cadfael yang sudah manapaki kaki di tangga untuk turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE || ENHYPEN [END]
Fantasy"Aku tidak ingin keluargaku menjadi lebih berantakan." Kehidupan terus berputar. Suka dan duka membalur menjadi satu. Kehidupan tanpa orangtua tidak mematahkan semangat mereka untuk tetap bertahan hidup dengan keharmonisan. Segala cara akan mereka l...