21. SDA

48 31 5
                                    

"Nyaman itu jebakan"
- Gerhana Mahendra

Happy Reading




Alam terbangun dari tidurnya karena merasa haus, ia mengucek matanya dengan rambut acak-acakan menuju dapur untuk minum air dingin.
Ia membuka pintu kulkas lalu mengambil air mineral dingin itu– menuangkannya ke dalam gelas berlalu meminumnya dengan lega.

"Akhirnya lega. Kebiasaan kalau malam suka haus." Ucap Alam lega setelah minum.

Ia menengok ke kanan kiri, melihat-melihat di mana Vano tidur sekarang. Kakinya berjalan ke kamar sebelah namun tak ada Vano disana. Kakinya kembali berjalan ke ruang keluarga namun nihil tak ada orangnya.

"Jangan-jangan udah balik itu orang." Gumam Alam berjalan ke ruang tamu. Ia tak melihat Vano disana, yang ia dapati hanya si Lulut, kucing kesayangan Alam berwarna hitam dengan mata berwarna kuning tidur di sofa membentuk badan lingkaran.

"Ayangku... Kamu tidur di sini ya? Kedinginan nggak?" Tanyanya seolah sang kucing mengerti bahasanya.

Vano mendengar suara Alam tadi langsung menutup paket itu, kembali seperti semula walaupun tidak rapi. Dengan cepat ia menyembunyikan paket itu di dalam got ditutupi daun kering. Alam beranjak keluar menuju pintu terbuka itu, entah kenapa pintunya bisa terbuka? Padahal ia tadi menutupnya.

"Perasaan tadi gue tutup. Tapi kok, sekarang ke buka? Apa jangan-jangan Vano tadi pulang sambil ngelidur? Terus pintu rumah gue kagak ditutup. Kalau kaya gini, maling bisa masuk seenaknya juga. Tapi maling mau nyolong apa di rumah gue yang gak ada apa-apanya ini?" Celoteh Alam bingung sendiri. Sambil memegang ganggang pintu.

Dari pada penasaran, cewek ini keluar rumah. Memeriksa apa Vano ada di luar atau tidak. Vano yang tau Alam sudah berada di depan pintu, ia berpura-pura mengantuk memejamkan matanya seperti orang tertidur namun diimbangi dengan jalannya kaki bergerak melangkah. Alam kaget melihat akan itu, kenapa bisa Vano di luar jam segini?

“Lu ngapain di luar Van? Terus sambil tidur berjalan kaya gitu?" Tanya alam dengan raut wajah bingung.

"Gue tadi buang air kecil di pinggir jalan sana. Makanya gue keluar rumah, sama pintunya gue lupa tutup." Jawab vano melangkah dekat ke cewek ini.

"Astagfirullah!" Alam menepuk jidatnya sambil geleng-geleng kepala.

"Lu kira rumah gue gak ada kamar mandinya gitu? Sampai-sampai lu buang air kecil di sana." Omel Alam menunjuk pinggir jalan.

"Awas ya, sampai bau kencing lu, gue laporin ke Kak Candra! Biar diejek!" Tegasnya penuh penekanan.

"Ya makanya lu bilang kalau punya kamar mandi, kan gue gak tau, soalnya lu gak bilang tadi." Balas Vano masih bisa menjawab. 

"Emangnya gue harus ngomong gitu?! Orang lu bisa cari sendiri di dalam rumah! Dan gak gitu juga buang air kecil di pinggir jalan. Terus gimana kalau para warga gebukin lu? Gara-gara cuma masalah buang air kecil ini!" Omel Alam panjang lebar membuat Vano menutup telinganya.

"Biarin. Mending sekarang tidur, dari pada kakean bacot lu!" Lanjut Vano melewati Alam didepan pintu.

Alam yang geram hanya bisa mengelus dada. "Sabar Lam, orang sabar pasti disayang Tuhan."

SEMESTA DAN ALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang