“Merelakan seseorang pergi dari hidup kita itu, tak semudah dengan yang orang bilang”
– Shena AuliaHappy Reading
•
•
•
•
•"Ta ..." lirihnya memanggil.
"Iya?" respon Semesta baik.
"Gue minta maaf sama lo. Gue udah nuduh lo yang enggak-enggak. Padahal disaat itu ada gue, lo, Arga disana. Seharusnya gue tau pasti, kalau itu bukan perbuatan lo, melainkan dari pelayan- yang disuruh lelaki itu."
"Otak gue saat itu gak tau kemana, yang ada dipikiran gue cuma... Dava. Iya, Dava."
"Saat Dokter bilang ke kita, kalau Dava meninggal... Saat itu gue langsung menuduh lo, gara-gara lo bawain makanan-nya dari tangan lo. Yang padahal, itu bukan salah lo. Dan anehnya lagi, gue sampai gak mikir, kenapa gue gak nuduh pelayan-nya aja." tutur cowok ini, bercerita.
Hatinya merasa bersalah. Setelah mengetahui kejadian sebenarnya. Selama ini ia telah menuduh sahabat-nya sendiri sebagai tersangka, namun kenyataannya bukan. Persahabatan-nya ia hancurkan sendiri, di hari itu.
Lengkuk bibir itu membuka suara. Walau tak sanggup mengungkapnya, tapi ia harus tetap mengungkapnya. Akankan persahabatan mereka bisa kembali? Atau malah sebaliknya?
Otaknya berpikir keras, bagaimana bisa ia berbicara, menanyakan hal seperti itu... Yang sudah mengecewakan para sahabatnya. Mungkin, persahabatan mereka kembali? Atau justru sahabatnya menjauhi Narendra, karena itu.
"Ayo kita mulai dari awal, gue pengen persahabatan kita kaya dulu, walau tanpa Dava."
Hening tak ada jawaban. Kepalanya ia tenggelamkan di ceruk leher. Harapan-nya kini musnah, tak ada kata mustahil bagi dirinya. Semuanya ia pasrahkan, jika benar ini takdir persahabatan mereka.
"Gue setuju," balas cowok itu. Gerhana yang mendengar kata itu, langsung mendongakkan kepala. Bibirnya kini lurus dengan senyuman manis. Tak bisa berkata lagi, cowok ini
Grep!
Langsung memeluk tubuh Semesta dengan haru. Semesta menegang, saat Narendra memeluknya tiba-tiba.
"Sorry Ta. Gue terharu sama ucapan lo tadi." haru Narendra, melepaskan pelukan.
"Gak papa, gue ikut seneng. Harapan gue sama yang lain, kini terkabul. Persahabatan kita bisa kembali kaya dulu," beo cowok itu menampilkan senyum.
"Pasti gue janji sama lo! Kalau gue nggak bakal ngulang kesalahan yang sama!" timpal cowok itu tersenyum bahagia.
"Gue pegang kata-kata lo, Ndra." singkatnya mempercayai ucapan cowok itu.
"Ayo kita pergi ke markas lo, Ta." ajak Narendra ingin mengunjungi markas Black Wolf setelah sekian lama tak mengunjunginya.
Rasanya ia rindu sekali dengan teman-teman disana. Sudah hampir setengah tahun, Narendra tak berkunjung. Dirinya juga merindukan sofa kesayangan-nya, yang selama ini ia nanti-nanti untuk duduk bersender disana.
"Kumpulin anggota inti Aodra buat datang ke markas gue. Shena juga, jangan lupa." pinta lelaki ini berjalan, menaiki motor sportnya.
"Apa yang diceritakan Arga ke gue itu gak benarkan Ta?" tanyanya memastikan bahwa itu hanya sekedar karangan cerita Arga.
"Nurut aja yang gue mau. Semua urusan entar kita selesain di markas gue," jawab Semesta datar. Entah mengapa mood lelaki itu berbeda dari biasanya.
Kepala yang sudah terlindungi pengalaman, membuat lelaki itu me-yetater motornya hingga menyala. Motornya ia jalankan, melenggang pergi tanpa berkata sebelum pergi menjauh dari Narendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN ALAM
Fiksi Remaja[ Cerita pertama! Jadi dimaklumi ya!! ] Semesta Ryan Alveno seorang anak tunggal dari keluarga mampu atau bisa disebut keluarga kaya raya. Saat disekolah ia menabrak seorang cewek bernama Alam Bintang Rayna Gadis bar-bar yang kekurangan kasih sayan...