29. SDA

41 24 6
                                    

"Sekeras apapun didiknya, dia adalah tempat pertama untuk ku bercerita "
-Shena Aulia

Happy Reading




Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat. Seorang pria ini mondar-mandir di ruang tamu, menunggu sang anak belum kunjung pulang juga. Bagaimana bisa seorang ayah tak khawatir sekaligus cemas, jika anak gadisnya belum pulang di jam selarut malam ini.

"Kenapa jam segini belum pulang juga?! Apa kamu kira Ayah tidak khawatir, selarut malam begini kamu belum pulang?" Kenzo cemas mengkhawatirkan Shena yang belum pulang juga.

Krek...

Suara pintu terbuka terdengar ditelinga Kenzo. Dengan cepat Kenzo menoleh ke arah itu- menampakkan Shena yang berjalan menundukkan kepala, mendekat ke sang Ayah.

"A-ayah ..." Lirihnya terbata tidak sanggup memanggil nama sang ayah karena takut.

"Dari mana aja kamu? Anak perempuan pulang selarut malam begini. Apa kamu gak lihat, jam berapa sekarang?!" Bentak Kenzo frustasi terhadap Shena.

"Seharusnya kamu bisa mencontoh seperti Adikmu itu. Dia penurut dan tidak selalu membantah perkataan Ayah. Bahkan untuk main malam saja ia tidak pernah. Apa kamu pantas dianggap sebagai Kakak? Jika kelakuanmu seperti ini, tidak bisa menjadi contoh bagi Adikmu." Ucap Kenzo kembali.

"Apa kamu gak mikirin perasaan Ayah?Hah! Ayah khawatir sama kamu, anak gadis Ayah diatas jam 12 malam belum kunjung pulang juga. Apa kamu gak mikir? Jika terjadi sesuatu dijalan terhadap diri kamu! Apa Ayah akan diam saja! Jika terjadi sesuatu buruk terhadap diri kamu!" Sentak Kenzo melayangkan tangannya ingin menampar pipi Shena namun Ia tahan. Amarahnya itu membuatnya sadar bisa menyakiti anaknya sendiri.

Bagaimana bisa Kenzo tak marah kepada Shena. Jika anak gadisnya itu, selarut malam begini belum pulang juga. Terlebih lagi pergi tanpa pamit dengan nya. Tak tertahan oleh bentakan sang ayah, buliran air mata Shena begitu saja jatuh di pipi mulusnya tanpa permisi.

Dengan rasa berani, Shena mendongakkan kepala menatap lekat wajah sang Ayah. "Tampar Shena Yah! Tampar Shena!!" Emosi Shena menunjuk pipinya sendiri. Kenzo hanya diam tak menanggapi pinta Shena itu.

"KENAPA DIAM?! KENAPA TIDAK JADI MENAMPAR SHENA! YANG SELALU SALAH DIMATA AYAH! DAN SIFA YANG SELALU AYAH BELA!! KENAPA AYAH SELALU BANDINGIN AKU DENGAN SIFA TERUS? KENAPA YAH!" Sentak Shena emosi- meluapkan amarahnya terhadap Kenzo. Dihadapan Kenzo hanya Sifa lah yang selalu benar, sedangkan Shena dianggap paling buruk bagi Kenzo. bukannya membandingkan namun setiap anak mempunyai karakter sendiri-sendiri.

"KENAPA SHENA SELALU SALAH DIHADAPAN AYAH!! KENAPA?!! APA AKU INI ANAK PUNGUT! MAKANYA AYAH SELALU PERHATIAN SIFA KETIMBANG SHENA!"

Kenzo sudah tak tahan dengan ucapan Shena itu langsung menampar keras pipi Shena. Membuat pipinya kemerahan serta sakit akibat tamparan sang Ayah. Tangannya menyentuh tamparan yang baru saja di lontarkan Kenzo. Rasanya begitu sakit, ini tamparan pertama kali dari seseorang laki-laki yang ia cintai, melayangkan hal tak terduga terhadap dirinya.

"DIAM!! JANGAN PERNAH SEKALI LAGI KAMU BILANG, KALAU KAMU ANAK PUNGUT!! KAMU SAMA SIFA ITU ANAK AYAH!! DAN AYAH GAK PERNAH BANDING-BANDINGIN KAMU SAMA SIFA! AYAH KECEWA, TERHADAP SIFAT KAMU ITU!!"

Derai air mata Shena membuat dirinya tak tahan lagi dengan emosinya. Pipi manisnya itu kini sudah terpenuhi air mata. Shena mengusap kasar, air matanya dengan sesenggukan.

"Shena benci Ayah!! Sangat... sangat benci. Terlebih Ayah ingin menampar Shena untuk pertama kalinya. Itu membuat hati Shena hancur dan benci terhadap Ayah!!" Jelas Shena berusaha tegas dihadapan Kenzo. Lalu pergi meninggalkan Kenzo begitu saja beranjak ke kamar tidur.

SEMESTA DAN ALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang