46. SDA

27 23 7
                                    

“Tidak ada kata terlambat untuk meminta maaf sebelum terlanjur menyakiti Nya”
— Shena Aulia

Happy Reading




“Gue dendam sama itu cewek, karena dia bisa dekatin Semesta secepat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Gue dendam sama itu cewek, karena dia bisa dekatin Semesta secepat itu.”

“Sebelum perjanjian itu selesai, gue nggak nyangka aja– Semesta dapat Alam secepat itu, kurang dalam waktu 3 bulan.”

“Sedangkan gue–” senyum tipis bibir itu rada sayu di wajah.

“Gue belum bisa move on dari Semesta. Dalam waktu sesingkat itu,” 

“Gue lakuin itu di luar nalar pikiran gue. Gue nggak sampai mikir sejauh itu, yang berakibat fatal untuk diri gue sendiri.”

“Hingga sampai– di keluarin dari sekolah. Namun di balik semua kelakuan yang gue lakuin itu, ada hikmah besar yang gue ambil. Dan gara-gara kejadian itu, gue belajar arti apa tentang sebenarnya kehidupan.” ungkap Shena sulit mengekspresikan wajah.

Bendungan air mata itu sudah meluruh dari kelopak mata. Isak cewek ini semakin menjadi– membuat cowok di sampingnya– mendekap tubuh mungil itu, hingga cewek itu sedikit tenang.

“Udah Shen, jangan kayak gini– aku nggak tega lihatnya,” kata cowok itu mengusap lembut pundak Shena.

Tatapan anak Aodra dan Black Wolf terheran dengan sikap perilaku mereka disana. Terlihat mereka akrab sekali, padahal sebelumnya... Mereka tidak pernah seperti itu di depan Narendra dan lainnya. Namun, kali ini cewek dan cowok itu seperti lebih akrab dari dugaan mereka disana.

Tatapan heran, penasaran, bingung menyertai para anggota Aodra dan Black Wolf di sini. Sebelah alis Dani terangkat, tatapannya ia lontarkan pada Marcell, seolah bertanya. Dengan maksud hubungan cowok dan cewek itu apa.

“Mesra banget mereka. Punya hubungan apa di antara mereka berdua? Kok gue penasaran ya.” bisik-bisik Dani kepada Marcell, terdengar di sayup-sayup telinga cewek dan cowok itu.

Semesta menatap sinis kedua sejoli itu. Docil yang ditatap sang ketua, menampilkan senyum paksa dibibir masing-masing.

“Lo sih! Jangan ghibah kaya gitu!” tutur Marcell menyalah Dani.

“Namanya orang penasaran, pasti kaya gitu.” ucap Dani membela diri sendiri, tak mau disalahkan.

Peluk kan Shena ia lepas dari Gerhana. Buliran air mata yang jatuh di pipi– ia halus perlahan. Taut mata yang terhubung satu sama lain, diangguki Gerhana.

SEMESTA DAN ALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang