34. Pulang Bareng

30 20 4
                                    

"Semua butuh waktu, tidak ada yang instan"
- Margareta Nika

"Semua butuh waktu, tidak ada yang instan"- Margareta Nika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading



"Pulang sama siapa lo?" Tanya Reta merangkul pundak Manda.

"Gue lihat-lihat kayaknya lu gak bawa motor ya?" Tanya Reta melihat sekeliling parkiran yang tak terlihat motor Manda.

"Motor gue rusak, alias bannya bocor. Dan sekarang nginap di bengkel biasanya." Ketus Manda menjawab.

"Kok bisa bocor? Padahal kemarin baik-baik ajakan? Terus lo dorong motornya dari mana?" Tanya Reta beruntun.

"Dari jalan yang biasa kita lewati kalau healing. Dan gue gak tau ya, dari mana sumbernya, asalnya, ada orang yang tolongin gue. Secara tiba-tiba, dan anehnya lagi... "

"Apa?" Reta semakin penasaran dengan perkataan Manda yang digantung itu.

"Jalannya itu sepi gak kaya biasanya."

"Masa sih, perasaan gue kemarin jalan lewat situ rame. Gak sepi-sepi amat."  Reta menceritakan jalan yang di laluinya kemarin. Yang sama sekali tak sepi, dibicarakan Manda.

"Udahlah gue juga gak tau, kenapa itu jalannya bisa sepi." terserah Manda tidak ingin pikir panjang lagi.

"Tapi siapa yang tolongin lu secara tiba-tiba itu?"

"Sahabat Kakak gue. Tepatnya sekarang jadi musuh. Namanya Narendra Karla," jutek Manda ketika menyebut nama itu.

"Oalah gitu. Tapi si Narendra itu, ada motif lain nggak? Karena udah nolong lo. Misalnya pengen balas dendam sama Kakak lo lewat diri lu. Atau pengen sok baikin lu dan akhirnya bisa manfaatin lu sebagai balas dendamnya? Atau bahkan bisa neror lo diam-diam?" Pikir Reta mendeskripsikan pendapatnya.

Manda seketika ingat sesuatu mengenai Reta berbicara tentang teror, yang sekarang sedang menimpa sahabatnya sendiri... Alam.

"Kenapa bengong lu hah?! Mikirin apa sih sampai bengong?" Sentak Reta membuyarkan lamunan Manda.

"H-hah?! Gak mikirin apa-apa kok gue," kikuk Manda menjawab.

"Awas kalau ada hal yang lu sembunyi-in dari gue, gue jitak kepala lo nanti."

"Woy! Lo pada ghibah apa sih? Ayo katanya ngajak pulang. Kok malah pada diem semua sih, disitu. Keburu ketemu Kakel gak ada akhlak." Seru Alam meneriaki ke-dua sahabatnya.

Baru saja Alam berkata seperti itu, Kakel yang dia maksud sudah ada di depan mata. Dengan gaya belagu dan sok keren menurut dirinya.
"Ngatain gue gak ada akhlak?" Datar lelaki itu memundurkan motornya.

"Kakel banyak kali... yang gak punya akhlak. Jadi gak usah sok tersindir sama ucapan gue." ujar Alam ngeles.

"Gue masih bisa tau, maksud ucapan lo itu. Seenggaknya kalau punya mulut jangan cerewet. Entar cowok risih dekat-dekat lo."

SEMESTA DAN ALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang