Rintikan hujan perlahan turun hingga akhirnya menjadi deras dan membuat mentari pagi enggan untuk muncul.
Berbagai insan di berbagai daerah yang terkena curahan hujan juga enggan untuk bangun. Mereka setidaknya ingin menikmati sedikit kenyamanan karna jarang-jarang hujan turun di pagi hari. Hujan juga menjadi alasan kebanyakan orang untuk bermalas-malasan. Tapi pikiran itu tidak berlaku untuk Clara.
Gadis dengan mata bulat hidung tomat, --canda. Gadis dengan mata coklat yang indah dengan rambut yang tergurai itu berjalan menuruni tangga rumahnya dengan memakai kemeja garis berwarna biru dan celana bahan hitam serta tas berukuran sedang yang terlampir di pundak sebelah kanannya."Pagi Ma, aku langsung berangkat ya, gak sarapan di rumah soalnya ada meeting mendadak."
"Tunggu sayang, ini minum susu dulu, dan ini mama buatin bekel buat jaga-jaga." Ibunya memberikan sebuah tas berisi masakan yang sudah ia siapkan. Berisi makanan ya, bukan harapan.
"Kamu gak cape berangkat pagi pulang pagi, hanya untuk mencari rezekiiii~." Si ibu malah nyanyi.
"Berangkat pagi pulang sore kadang malam maksudnya. Mama bahkan gak pernah liat kamu deket sama cowok, kecuali Anil. Padahal mama udah pengen banget liat kamu punya suami, mama jodohin ya?"
Clara melirik ibunya setelah susu yang ia minum habis. "Aku udah punya pacar Mah, mungkin bentar lagi dia bakal datang ke rumah buat ngelamar. Mama tunggu aja ya. Jangan segala ngejodohin aku. Yaudah aku berangkat dulu, sampai jumpa, i love you," kata Clara sambil mencium pipi dan tangan ibunya lalu berjalan keluar rumah. Beberapa detik kemudian ia kembali karna lupa membawa tasnya dan kembali berlari ke luar rumah setelah mendapatkannya.
"Eh mobil kamu kan masih di bengkel, kamu ke kantor naik apa?" teriak ibunya.
"Aku di jemput calon suami, Mah," balas Clara berteriak.
Clara kembali berlari sambil menutupi kepalanya dengan tangannya menuju sebuah mobil BMW putih yang ada di seberang rumahnya. Setelah masuk ke dalam mobil itu, seseorang langsung menyentuh rambutnya --membersihkan air hujan yang ikut di beberapa helai rambutnya.
"Kok hujan-hujanan sih?! Kalo sakit gimana?! Emang di rumah kamu gak ada payung? Klo tahu gitu, aku pasti jemput kamu sampai ke rumah, sekalian--." Clara mengarahkan ke 5 jarinya ke mulut Deon untuk menghentikannya bicara. Ia tahu, jika Deon sudah mulai mengomel, ia tak akan bisa berhenti sebelum Clara menghentikannya.
"Cuma hujan gerimis doang kok, aku gak bakal sakit, tenang aja," balas Clara sambil tersenyum menatap kekasihnya itu. Sang kekasih hanya bisa menghela nafas dengan tatapan yang tak jauh dari wajah Clara.
"Yaudah, kita berangkat sekarang?"
"Iya, agak cepet ya! Aku ada rapat mendadak."
Deon tersenyum sambil mengusap rambut Clara lalu mulai melajukan mobilnya. Beberapa menit kemudian mobil yang Clara tumpangi berhenti tepat di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi dengan tulisan 'Gramedia Utama' di atasnya. Benar, Clara bekerja di sebuah perusahaan penerbit buku.
"Kamu mau apa ke Medan?" tanya Clara sambil melepas sabuk pengamannya setelah beberapa saat lalu Deon memberitahunya.
"Ada sedikit masalah sama pekerjaan, mungkin pulangnya lusa. Kamu gapapa kan?" balas Deon sambil menatap ninik mata Clara.
"Gapapa, kamu hati-hati ya di jalannya, jangan telat makan, jangan ngelakuin hal yang bisa membuat aku murka, dan jangan lupa kabarin aku terus, yaudah aku pergi dulu," ucap Clara sambil mencubit pipi prianya sebelum keluar dari mobil itu.
"I love you-nya mana?" Deon tak menghiraukan ucapan panjang lebar Clara.
"I love you Deon," jawab Clara sambil tersenyum lebar lalu menutup pintu mobil putih itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Teman (On Going)
Teen Fiction[Yuk bisa yuk minimal di follow dulu] Takdir memang penuh kejutan yang tak terduga. Danil dan Clara, yang dulu hanya sepasang sahabat biasa, kini telah berubah menjadi sepasang suami istri yang saling melengkapi. "Ra, apa aku serakah jika aku mengin...