Clara membuka matanya secara perlahan karna cahaya matahari yang masuk melewati jendela kamar rumah sakit. Wanita itu menguap sambil beranjak bangkit. Tapi ia tersadar tubuhnya sulit bergerak dan ia tidak bisa bangun. Sepertinya seseorang memeluknya.
Clara ingat, semalam ia tertidur saat Danil meminta untuk menemaninya. Dan sekarang Danil masih memeluknya dengan erat.
Clara sudah berusaha melepaskan diri dari pelukan laki-laki itu, tapi Danil tak kunjung melepaskannya. Hingga akhirnya...
Bruk...
"Aduh."
Clara mendorong tubuh Danil dengan sekuat tenaga hingga membuat pria itu terjatuh dari atas kasur.
"Hua, akhirnya," ucap Clara sambil menguap. Ia lalu melirik Danil yang sedang menatapnya dengan sinis.
"Eh, kamu gapapa kan? Maaf, lagian salah kamu juga sih," kata Clara sambil berlari mendekati Danil lalu membantunya untuk berdiri.
Danil memegangi tangannya setelah ia terduduk di atas kasur. "Sakit Ra."
"Aduh sakit ya? Aku panggil dokter yah? Bentar."
Danil langsung menarik pergelangan tangan Clara saat Clara akan beranjak pergi hingga membuatnya terduduk di atas pangkuan pria itu.
Jantung Clara berdetak dua kali lebih kencang dari biasanya. Kedua pipinya pun berubah menjadi merah. Clara salah tingkah. Tentu saja, sekarang jarak antara wajah keduanya hanya tersisa beberapa cm saja. Di tambah lagi bola mata mereka saling beradu satu sama lain.
"Apa?"
"Cantik banget," kata Danil sambil tersenyum. Dan kali ini langsung membuat nafas Clara berhenti. Clara benar-benar salah tingkah.
"I want kis--." Danil menghentikan ucapannya karna Clara tiba-tiba mencubit perutnya hingga membuat ia melepaskan pelukannya.
Sebenarnya Clara refleks karna seseorang tiba-tiba mengetuk pintu dan seorang dokter bersama beberapa suster masuk ke dalam.
"Permisi pak, kami periksa bapak dulu ya?"
Danil mendudukkan dirinya sambil bersandar ke sandaran ranjang. Sekarang ia pasrah di apa-apakan oleh dokter.
"Tunggu dok." Clara membuat semua mata yang ada di sana menatapnya saat dokter akan membuka perban di kepala Danil.
"Mau di obatin lukanya?" tanya Clara. Sebenarnya pertanyaan Clara sama sekali tidak penting.
"Iyah."
"Jangan."
"Kenapa?" Danil ikut membuka suara.
"Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Aku gak salah kan?!" kata Clara dengan wajah polosnya.
Danil nyengir, memperlihatkan gigi-giginya lalu menutup kedua matanya dengan tangannya. Clara yang bertingkah, tapi ia yang merasa malu.
"Saya gak kenal dia Dok," kata Danil yang membuat Clara memelototinya.
Dokter dan beberapa suster hanya menggelengkan kepala sambil menahan tawa.
Danil berjalan di koridor rumah sakit dengan Clara di sampingnya yang membantunya berjalan dengan cara menggandeng salah satu tangannya.
"Anil?"
"Apa?"
"Dari sejak kapan kamu suka aku?" tanya Clara dengan pandangan yang lurus ke depan.
"Dari semenjak sang hujan tak lagi dingin dan cahaya mat--."
"Jawaban simple aja." Kali ini Clara melirik Danil sebentar lalu kembali memandang ke depan sana.
"Mungkin dari dulu, cuma aku nyadarnya saat kita nginep di rumah Mama."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Teman (On Going)
Novela Juvenil[Yuk bisa yuk minimal di follow dulu] Takdir memang penuh kejutan yang tak terduga. Danil dan Clara, yang dulu hanya sepasang sahabat biasa, kini telah berubah menjadi sepasang suami istri yang saling melengkapi. "Ra, apa aku serakah jika aku mengin...