Danil berlarian menuruni tangga rumahnya dengan rusuh. Ia bahkan tak memperhatikan langkahnya.
"Bunda, Ara hilang," kata Danil dengan wajah melas setelah tiba di dapur tempat ibunya memasak.
Devi yang sedang bergulung dengan alat masaknya buru-buru melirik ke arah sumber suara dan mendapati Danil dengan rambut acak-acakan masih memakai piyama tidur memelaskan wajahnya.
"Ara hilang Bunda." Danil mengulangi ucapannya sambil berjalan menghampiri ibunya lalu memeluknya.
"Tadi waktu Anil bangun tidur, dia udah gak ada." Laki-laki itu benar-benar sudah seperti anak kecil yang merengek di tinggalkan oleh ibunya.
"Afa iyyah kack," sahut Danata.
Danil tidak sadar bahwa selain ibunya, di sana juga ada Danata yang sedang duduk manis melihat ibunya memasak sambil makan camilan. Tapi Danil tak menghiraukan itu dan terus bermanja kepada Devi. Danata jadi tidak yakin kalo ia anak bungsu.
"Sayang, Ara lagi beli bahan makanan ke supermarket, tadi katanya mau buat bekal tapi bahan-bahannya gak ada." Devi menjelaskan sambil mengusap-usap pundak Danil dengan lembut.
"Sendirian?"
"Iya, tadi kakak juga nolak buat di temenin." Danata mengambil alih jawaban.
"Bawa mobil apa sama supir?"
"Sama supir."
"Oke bund, Anil mau nyusul Ara dulu."
"Dih good forbid (amit-amit) bucin banget," nyinyir Danata. Tapi di lubuk hatinya ia merasa gemas dengan kisah cinta kakaknya itu.
"Sirik aja jomblo."
Danil langsung berlari lagi menuju kamarnya setelah sempat mencium pipi ibunya. "I love you Bund," kata Danil.
Tak berapa lama kemudian ia kembali turun dengan memakai kaos putih berbalut jaket dan celana bahan. Tidak mandi, hanya cuci muka. Rambut pun hanya di tutupi oleh topi karna ia pikir tak ada waktu untuk bersisir. Agar terlihat agak keren, ia mengenakan sebuah kacamata hitam.
Danil melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata menuju sebuah supermarket yang di bilang ibunya beberapa saat lalu. Ia menyalip beberapa mobil yang menurutnya menghalanginya.
Setelah memarkirkan mobilnya di tempat yang di tuju, Danil turun dan langsung masuk ke dalam supermarket itu. Sebelum itu ia sempat bertemu dengan supir yang mengantar Clara dan menyuruh supirnya itu untuk pulang saja.
Danil menghela nafas berat setelah tahu ia harus mencari Clara di supermarket yang lumayan besar. Tapi tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Anil, kamu lagi apa di sini?" tanya Clara setelah Danil membalik tubuhnya menghadap Clara.
Danil langsung memeluk Clara tanpa jeda sedikit pun setelah ia melihat wajah wanita itu. Ia lega karna tak harus mengelilingi supermarket untuk mencari wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih dari Teman (On Going)
Teen Fiction[Yuk bisa yuk minimal di follow dulu] Takdir memang sulit di tebak. Danil dan Clara yang awalnya hanya sepasang sahabat, sekarang mereka menjadi sepasang suami istri. "Ra, apa aku serakah jika menginginkan lebih?" Danil menghela nafas berat sebelum...